Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hakikat Sastra Anak


Hakikat Sastra Anak
Menurut Kamalia dkk (2013, hlm. 1) sastra merupakan “…alat mempererat jiwa dengan kehidupan yang sedang dilakoni…”. Sedangkan menurut Wulandari (2015, hlm. 2) sastra merupakan “…suatu karya imajinatif yang memiliki nilai keindahan…”.

Karya sastra dibuat sebagai sarana hiburan berisi pesan-pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca. Menurut Lado dkk (2016, hlm. 2) karya sastra merupakan “…bentuk gagasan seseorang tentang lingkungan sosial menggunakan bahasa yang indah…”. Lengkong (2016, hlm. 2) berpendapat bahwa karya sastra merupakan “…kegiatan kreatif manusia dalam mengungkapkaan penghayatannya  menggunakan bahasa sebagai medianya…”. Pujiono (2006, hlm. 14) juga berpendapat bahwa karya sastra adalah “…karya yang memiliki fungsi menghibur, memberikan kenikmatan emosional dan intelektual kepada pembacanya…”. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa karya sastra merupakan sarana hiburan berbentuk gagasan tentang lingkungan sosial yang dituangkan dengan bahasa sebagai medianya.

Menurut Faidah (2018, hlm. 126) sastra anak merupakan “…ungkapan perasaan seseorang yang dituangkan dalam bentuk tulisan dan dinikmati oleh anak-anak…”. Sedangkan Nurgiyantoro (2013, hlm. 6) menjelaskan sastra anak adalah “…sastra yang secara emosional psikologis dapat diterima dan dipahami oleh anak dan berangkat dari fakta konkret serta mudah diimajinasikan…”.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sastra anak merupakan bentuk tulisan kreasi imajinasi seseorang yang menggambarkan dunia rekaan yang diciptakan untuk anak-anak dan dapat diterima serta dipahami oleh anak-anak. Sejalan dengan hal tersebut, sastra anak juga dapat diartikan sebagai karya imajinatif yang sengaja diciptakan untuk anak-anak.

Sastra anak tidak harus dari anak-anak namun khusus diciptakan untuk anak-anak. Sastra anak dapat ditulis oleh orang dewasa maupun anak-anak namun terdapat batasan dalam membuat karya sastra anak. Nurgiyantoro (2013, hlm. 6) menjelaskan “…sastra anak dibatasi oleh pengalaman dan pengetahuan yang dapat dijangkau dan dipahami oleh anak dan sesuai dengan dunia anak-anak serta perkembangan emosi dan kejiwaannya…”.

Sastra anak dapat menceritakan apa saja mengenai kehidupan, seperti kehidupan manusia; kehidupan binatang; kehidupan tumbuhan, maupun kehidupan yang lainnya. Kisah kehidupan binatang yang dapat berbicara dan bertingkah laku seperti manusia, menurut orang dewasa tidak masuk akal. Namun hal tersebut wajar jika anak dapat menerima cerita semacam itu. Dalam menciptakan karya sastra anak maka harus melihat dunia anak dan harus berangkat dari sudut pandang anak bukan sudut pandang orang dewasa dalam memandang dan memperlakukan sesuatu agar tetap dalam jangkauan pemahaman emosional dan pikiran anak. 

Cerita anak merupakan salah satu karya sastra anak yang diciptakan khusus untuk anak-anak. Sulianto dkk (2014, hlm. 114) berpendapat bahwa cerita anak merupakan “…sebuah karya fiksi yang mengisahkan kehidupan anak dan berkaitan dengan dunia anak-anak…”. Sedangkan menurut Zubaidah (2015, hlm. 159) cerita anak ialah “…cerita yang didasarkan pada tingkat perkembangan usia anak-anak…”. Cerita anak dipandang sebagai sesuatu yang penting bagi anak karena secara tidak langsung anak akan belajar tentang kehidupan.

Ciri karya sastra anak ialah karya yang menggambarkan dunia anak dengan tujuan menumbuhkan apresiasi karya sastra. Sejalan dengan itu, sastra anak berfungsi sebagai media pendidikan, informasi dan hiburan, membentuk kepribadian anak, dan menuntun kecerdasan emosi anak. Fungsi hiburan dalam sastra anak menjadikan anak merasa terhibur sehingga anak merasa bahagia dan senang membaca serta berantusias dalam membaca dan mendengarkan cerita. Dengan membaca atau mendengarkan cerita, anak akan mendapatkan kepuasan batin yang dapat menuntun kecerdasan emosinya.