Teori Kekuasaan Lengkap
Kekuasaan dan
Pengaruh
Pengertian Kekuasaan Secara Teori
Definisi kekuasaan, manurut para ahli
sosiologi, yaitu :
a. Max
weber, kekuasaan adalah kemungkinan seorang pelaku mewujudkan keinginannya di
dalam suatu hubungan social yang ada termasuk dengan kekuatan atau tanpa
mengiraukan landasan yang menjadi pijakan kemungkinan itu.
b. Selo
soemardjan dan soelainan soemardi, menjelaskan bahwa adanya kekuasaan
tergantung dari yang berkuasa dan yang dikuasai.
c. Ralf
dahrendorf, kekuasaan adalah milik kelompok, milik individu dari pada milik
struktur social.
d. Soerjono
soekanto, kekuasaan diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi pihak
lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan
tersebut. (Abdulsyani, 2007:136)
Menurut French dan Raven, ada lima tipe
kekuasaan, yaitu :
pertama: Reward power, kekuasaan ini
memusatkan perhatian pada kemampuan untuk memberi ganjaran atau imbalan atas
pekerjaan atau tugas yang dilakukan orang lain. Kekuasaan ini akan terwujud
melalui suatu kejadian atau situasi yang memungkinkan orang lain menemukan
kepuasan. Seseorang dapat melalukan reward power karena ia mampu memberi
kepuasan kepada orang lain. (RI Kartono, Kartini. 2006).
Kedua, Coercive power yaitu sebuah kekuasaan yang bertipe paksaan yang lebih
memusatkan pandangan kemampuan untuk memberi hukuman kepada orang lain. Bawahan
merasakan bahwa atasannya yang mempunyai pengaruh untuk menghukum dengan
tugas-tugas yang sulit. Apabila kekuasaan ini terlalu banyak digunakan akan
membawa kemungkinan bawahan melakukan tindakan balas dendam atas perlakuan atau
hukuman yang dirasakannya tidak adil, bahkan sangat mungkin bawahan akan
meninggalkan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
Ketiga, Referent power adalah
kekuasaan yang didasarkan pada satu hubungan kesukaan, dalam arti ketika
seseorang mengidentifikasi orang lain yang mempunyai kualitas atau persyaratan
seperti yang diinginkannya. Seorang pimpinan akan mempunyai referensi terhadap
para bawahannya yang mampu melaksanakan pekerjaan dan bertanggung jawab atas
pekerjaan yang diberikan atasannya.
Keempat, Expert power
yaitu sebuah kekuasaan yang berdasar pada keahlian, memfokuskan diri pada suatu
keyakinan bahwa seseorang yang mempunyai kekuasaan, pastilah ia memiliki
pengetahuan, keahlian dan informasi yang lebih banyak dalam suatu persoalan.
Seorang atasan akan dianggap memiliki kekuasaan keahlian tentang pemecahan
suatu persoalan tertentu, kalau bawahannya selalu berkonsultasi dengan pimpinan
tersebut dan menerima jalan pemecahan yang diberikan pimpinan.
Kelima, Legitimate power
adalah sebuah kekuasaan yang sah adalah kekuasaan yang sebenarnya, ketika
seseorang melalui suatu persetujuan dan kesepakatan diberi hak untuk mengatur
dan menentukan perilaku orang lain dalam suatu organisasi. Kekuasaan ini
bersandar pada struktur sosial suatu organisasi, dan terutama pada nilai-nilai
kultural. Dalam contoh yang nyata, jika seseorang dianggap lebih tua, memiliki
senioritas dalam organisasi, maka orang lain setuju untuk mengizinkan orang
tersebut melaksanakan kekuasaan yang sudah dilegitimasi tersebut.
Konsepsi mengenai kepemimpinan tidak bisa
dilepaskan dari kemampuan, kewibawaan, dan kekuasaan. Seorang pemimpin, karena
status dan tugas-tugasnya pasti mempunyai kekuasaan. Kekuasaan merupakan
kapasitas untuk mempengaruhi secara unilateral sikap dan perilaku orang ke arah
yang diinginkan (Gary Yukl,1996: 183).
Konsepsi mengenai sumber kekuasaan yang
telah diterima secara luas adalah dikotomi antara “position power” (kekuasaan
karena kedudukan) dan “personal power” (kekuasaan pribadi). Menurut konsep
tersebut, kekuasaan sebagian diperoleh dari peluang yang melekat pada posisi
seseorang dalam organisasi dan sebagian lagi disebabkan oleh atribut-atribut
pemimpin tersebut serta dari hubungan pemimpin – pengikut. Termasuk dalam
position power adalah kewenangan formal, kontrol terhadap sumber daya dan
imbalan, kontrol terhadap hukuman, kontrol terhadap informasi, kontrol
ekologis.
Personal power berasal dari keahlian dalam
tugas, persahabatan, kesetiaan, kemampuan persuasif dan karismatik dari seorang
pemimpin (Gary Yukl,1996:167-175). Dengan bahasa yang sedikit berbeda, Kartini
Kartono (1994:140) mengungkapkan bahwa sumber kekuasaan seorang pemimpin dapat
berasal dari :
1. Kemampuannya
untuk mempengaruhi orang lain;
2. Sifat
dan sikapnya yang unggul, sehingga mempunyai kewibawaan terhadap pengikutnya;
3. Memiliki
informasi, pengetahuan, dan pengalaman yang luas;
4. Memiliki
kemahiran human relation yang baik, kepandaian bergaul dan
berkomunikasi. (Mathis, Robert dan John Jackson. 2002).
Kekuasaan merupakan kondisi dinamis yang
dapat berubah sesuai perubahan kondisi dan tindakan-tindakan individu atau
kelompok. Ada dua teori yang dapat menjelaskan bagaimana kekuasaan diperoleh,
dipertahankan atau hilang dalam organisasi. Teori tersebut adalah :
Social Exchange Theory, menjelaskan
bagaimana kekuasaan diperoleh dan hilang selagi proses mempengaruhi yang timbal
balik terjadi selama beberapa waktu antara pemimpin dan pengikut. Fokus dari
teori ini mengenai expert power dan kewenangan.
Strategic Contingencies Theory,
menjelaskan bahwa kekuasaan dari suatu subunit organisasi tergantung pada
faktor keahlian dalam menangani masalah penting, sentralisasi unit kerja dalam
arus kerja, dan tingkat keahlian dari subunit tersebut. (Nawawi, Hadari & Hadari, M. Martini. 2004).
Para pemimpin membutuhkan kekuasaan
tertentu untuk dapat efektif, namun hal itu tidak berarti bahwa lebih banyak
kekuasaan akan lebih baik. Jumlah keseluruhan kekuasaan yang diperlukan bagi
kepemimpinan yang efektif tergantung pada sifat organisasi, tugas, para
bawahan, dan situasi. Pemimpin yang mempunyai position power yang cukup, sering
tergoda untuk membuat banyak orang tergantung padanya daripada mengembangkan
dan menggunakan expert power dan referent power. (Robbins S.P dan Judge,
T.A. 2008)
Sejarah telah menunjukkan bahwa pemimpin
yang mempunyai position power yang terlalu kuat cenderung menggunakannya untuk
mendominasi dan mengeksploatasi pengikut. Sebaliknya, seorang pemimpin yang
tidak mempunyai position power yang cukup akan mengalami kesukaran dalam
mengembangkan kelompok yang berkinerja tinggi dalam organisasi.
Pada umumnya, mungkin lebih baik bagi seorang
pemimpin untuk mempunyai position power yang sedang saja jumlahnya, meskipun
jumlah yang optimal akan bervariasi tergantung situasi. Sedangkan dalam
personal power, seorang pemimpin yang mempunyai expert power atau daya tarik
karismatik sering tergoda untuk bertindak dengan cara-cara yang pada akhirnya
akan mengakibatkan kegagalan.
Pengertian Pengaruh Secara Teori
Sebagai esensi dari kepemimpinan, pengaruh
diperlukan untuk menyampaikan gagasan, mendapatkan penerimaan dari kebijakan
atau rencana dan untuk memotivasi orang lain agar mendukung dan melaksanakan
berbagai keputusan. (Siagian P. Sondang. 2003).
Jika kekuasaan merupakan kapasitas untuk
menjalankan pengaruh, maka cara kekuasaan itu dilaksanakan berkaitan dengan
perilaku mempengaruhi. Oleh karena itu, cara kekuasaan itu dijalankan dalam
berbagai bentuk perilaku mempengaruhi dan proses-proses mempengaruhi yang
timbal balik antara pemimpin dan pengikut, juga akan menentukan efektivitas
kepemimpinan. (Sugiyono, 2006).
Jenis-jenis spesifik perilaku yang
digunakan untuk mempengaruhi dapat dijadikan jembatan bagi pendekatan kekuasaan
dan pendekatan perilaku mengenai kepemimpinan.
Sejumlah studi telah mengidentifikasi
kategori perilaku mempengaruhi yang proaktif yang disebut sebagai taktik
mempengaruhi, antara lain :
1. Persuasi
Rasional:
Pemimpin menggunakan argumentasi logis dan
bukti faktual untuk mempersuasi pengikut bahwa suatu usulan adalah masuk akal
dan kemungkinan dapat mencapai sasaran.
2. Permintaan
Inspirasional:
Pemimpin membuat usulan yang membangkitkan
entusiasme pada pengikut dengan menunjuk pada nilai-nilai, ide dan aspirasi
pengikut atau dengan meningkatkan rasa percaya diri dari pengikut.
3. Konsultasi:
Pemimpin mengajak partisipasi pengikut
dalam merencanakan sasaran, aktivitas atau perubahan yang untuk itu diperlukan
dukungan dan bantuan pengikut atau pemimpin bersedia memodifikasi usulan untuk
menanggapi perhatian dan saran dari pengikut.
4. Menjilat:
Pemimpin menggunakan pujian, rayuan,
perilaku ramah-tamah, atau perilaku yang membantu agar pengikut berada dalam
keadaan yang menyenangkan atau mempunyai pikiran yang menguntungkan pemimpin
tersebut sebelum meminta sesuatu.
5. Permintaan
Pribadi:
Pemimpin menggunakan perasaan pengikut
mengenai kesetiaan dan persahabatan terhadap dirinya ketika meminta sesuatu.
6. Pertukaran:
Pemimpin menawarkan suatu pertukaran budi
baik, memberi indikasi kesediaan untuk membalasnya pada suatu saat nanti, atau
menjanjikan bagian dari manfaat bila pengikut membantu pencapaian tugas.
7. Taktik
Koalisi:
Pemimpin mencari bantuan dari orang lain
untuk mempersuasi pengikut agar melakukan sesuatu atau menggunakan dukungan
orang lain sebagai suatu alasan bagi pengikut untuk juga menyetujuinya.
8. Taktik
Mengesahkan:
Pemimpin mencoba untuk menetapkan
validitas permintaan dengan menyatakan kewenangan atau hak untuk membuatnya
atau dengan membuktikan bahwa hal itu adalah konsisten dengan kebijakan,
peraturan, praktik atau tradisi organisasi.
9. Menekan:
Pemimpin menggunakan permintaan, ancaman,
seringnya pemeriksaan, atau peringatan-peringatan terus menerus untuk
mempengaruhi pengikut melakukan apa yang diinginkan.
1.
Pilihan mengenai perilaku mempengaruhi
tergantung pada position power dan personal power yang dimiliki pemimpin
terhadap orang yang dipimpinnya pada situasi tertentu. Perilaku mempengaruhi
seorang pemimpin secara langsung mempengaruhi sikap dan perilaku orang yang
dipimpin baik berupa komitmen, kepatuhan maupun perlawanan. Hasil dari proses
mempengaruhi, juga mempunyai efek umpan balik terhadap perilaku pemimpin.Selain
itu, dampak kekuasaan pemimpin pada dasarnya tergantung pada apa yang dilakukan
pemimpin dalam mempengaruhi orang yang dipimpin.Dengan demikian, hasil dari
usaha mempengaruhi merupakan akumulasi dari keterampilan mempengaruhi, perilaku
mempengaruhi, dan kekuasaan pemimpin. (Thoha, Miftah.2007).