Gaya Kepemimpinan Lengkap
Penerapan Gaya
Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpan
bersikap, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain dalam mempengaruhi
orang untuk melakukan sesuatu.Gaya tersebut bisa berbeda-beda atas dasar
motivasi , kuasa ataupun orientasi terhadap tugas atau orang tertentu. Diantara
beberapa gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin yang positif dan negatif, dimana
perbedaan itu didasarkan pada cara dan upaya mereka memotivasi karyawan.
Apabila pendekatan dalam pemberian motivasi ditekankan pada imbalan atau reward
(baik ekonomis maupun nonekonomis) berartitelah digunakan gaya kepemimpinan
yang positif. Sebaliknya jika pendekatannya menekankan pada hukuman atau
punishment, berarti dia menerapkan gaya kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua
ini dapat menghasilakan prestasi yang diterima dalam banyak situasi, tetapi
menimbulkan kerugian manusiawi.
Selain gaya kepemimpinan
di atas masih terdapat gaya lainnya.
a.
Otokratis
Kepemimpinan seperti
ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan
pengembangan strukturnya. Kekuasaan sangat dominan digunakan. Memusatkan kekuasaan
dan pengambilan keputusan bagi dirinya sendiri, dan menata situasi kerja yang
rumit bagi pegawai sehingga mau melakukan apa saja yang diperintahkan.
Kepemimpinan ini pada umumnya negatif, yang berdasarkan atas ancaman dan
hukuman. Meskipun demikian, ada juga beberapa manfaatnya antaranya memungkinkan
pengambilan keputusan dengan cepat serta memungkinkan pendayagunaan pegawai
yang kurang kompeten.
b.
Partisipasif
Lebih banyak
mendesentrelisasikan wewenang yang dimilikinya sehingga keputusan yang diambil
tidak bersifat sepihak.
c.
Demokrasi
Ditandai adanya suatu
struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang
kooperatif. Di bawah kepemimpinan pemimpin yang demokrasis cenderung bermoral
tinggi dapat bekerjasama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri
sendiri.
d.
Kendali Bebas
Pemimpin memberikan
kekuasaan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi bersifat longgar dan
pemimpin bersifat pasif. Yaitu Pemimpin menghindari kuasa dan tanggung jawab,
kemudian menggantungkannya kepada kelompok baik dalam menetapkan tujuan dan
menanggulangi masalahnya sendiri.
Dilihat dari
orientasi si pemimpin, terdapat dua gaya kepemimpinan yang diterapkan, yaitu
gaya konsideral dan struktur, atau dikenal juga sebagai orientasi pegawai dan
orientasi tugas. Beberapa hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa prestasi
dan kepuasan kerja pegawai dapat ditingkatkan apabila konsiderasi merupakan
gaya kepemimpinan yang dominan. Sebaliknya, para pemimpin yang berorientasi
tugas yang terstruktur, percaya bahwa mereka memperoleh hasil dengan tetap
membuat orang-orang sibuk dan mendesak mereka untuk berproduksi.
Pemimpin yang
positif, partisipatif dan berorientasi konsiderasi,tidak selamanya merupakan
pemimpinyan terbaik.fiedler telah mengembakan suatu model pengecualian dari
ketiga gaya kepemimpinan diatas, yakni model kepemimpinan kontigennis.model ini
nyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang paling sesuai bergantung pada situasi
dimana pemimpin bekerja.dengan teorinya ini fiedler ingin menunjukkan bahwa
keefektifan ditunjukkan oleh interaksi antara orientasi pegawai dengan 3
variabel yang berkaitan dengan pengikut, tugas dan organisasi. Ketiga variabel
itu adalah hubungan antara pemimpin dengan anngota (Leader-member rolations),
struktur tugas (task strukture), dan kuasa posisi pemimpin (Leader
position power). Variabel pertama ditentukan oleh pengakuan atau penerimaan
(akseptabilitas) pemimpin oleh pengikut, variabel kedua mencerminkan kadar
diperlukannya cara spesifik untuk melakukan pekerjaan, variabel ketiga
menggambarkan kuasa organisasi yang melekat pada posisi pemimpin.
Model kontingensi
Fieldler ini serupa dengan gaya kepemimpinan situasional dari Hersey dan
Blanchard. Konsepsi kepemimpinan situasional ini melengkapi pemimpin dengan
pemahaman dari hubungan antara gaya kepemimpinan yang efektif dengan tingkat
kematangan (muturity) pengikutnya. Perilaku pengikut atau bawahan ini amat
penting untuk mengetahui kepemimpinan situasional, karena bukan saja pengikut
sebagai individu bisa menerima atau menolak pemimpinnya, akan tetapi sebagai
kelompok, pengikut dapat menemukan kekuatan pribadi apapun yang dimiliki
pemimpin.
Menurut Hersey dan
Blanchard (dalam Ludlow dan Panton, 1996:18 dst), masing-masing gaya
kepemimpinan ini hanya memadai dalm situasi yang tepat meskipun disadari bahwa
setiap orang memiliki gaya yang disukainya sendiri dan sering merasa sulit
untuk mengubahnya meskipun perlu.
Gaya kepemimpinan
dapat dianggap sebagai “modalitas” dalam kepemimpinan, dalam arti sebagai
cara-cara yang disenangi dan digunakan oleh seseorang sebagai wahana untuk
menjalankan kepemimpinannya.
Gaya kepemimpinan
merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut
mencoba mempengaruhi perilaku orang lain. Atau dapat pula dikatakan bahwa gaya
kepemimpinan adalah pola perilaku yang konsisten ditunjukkan dan sebagai yang
diketahui oleh pihak lain ketika seseorang berusaha mempengaruhi
kegiatan-kegiatan orang lain. Perilaku ini dikembangkan setiap saat dan yang
dipelajari oleh pihak lain untuk mengenal ataupun menilai kepemimpinan seseorang.
Namun demikian, gaya kepemimpinan seseorang tidaklah bersifat “fixed”.
Maksudnya adalah bahwa seorang pemimpin mempunyai kapasitas untuk membaca
situasi yang dihadapinya dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya sesuai dengan
situasi tersebut, meskipun penyesuaian itu mungkin hanya bersifat sementara.
Pada pihak lain, setiap pemimpin mempunyai sifat, kebiasaan, temperamen atau
watak, dan kepribadian sendiri yang unik/khas, sehingga tingkah laku dan
gayanyalah yang membedakannya dari orang lain. Gaya/style hidupnya ini pasti
akan mewarnai perilaku dan tipe kepemimpinannya.
Teknik Kekuasaan dan
Gaya Pengaruh dalam Kepemimpinan
Ada
tiga gaya kepemimpinan dalam suatu perusahaan atau organisasi pada umumnya,
yang mana ketiga gaya kepemimpinan tersebut memiliki ciri-ciri dan
karakteristik yang khas, yaitu gaya kepemimpinan otoriter, demokratis dan
laissez faire.
Gaya kepemimpinan yang ada pada seorang pemimpin dalam
suatu perusahaan atau organisasi mempunyai perbedaan dalam penerapan gaya
kepemimpinannya masing-masing, yang mana penerapan gaya kepemimpinan tersebut
dapat memberikan pengaruh kepada bawahannya terutama terhadap kepuasan kerja
karyawan.
Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan sesuatu yang
bersifat relatif dan individual, artinya dengan perbedaan yang ada tersebut,
maka tingkat kepuasan kerja individu akan berbeda sesuai dengan system dan
nilai yang berlaku pada masing-masing individu, rasa puas bukanlah merupakan
sesuatu yang tetap, karena dapat dipengaruhi oleh kekuatan dari dalam maupun
dari luar lingkungan kerja. Seorang pemimpin harus mampu memotivasi bawahannya
dengan efektif dan efisien. Motivasi itu sendiri adalah keinginan yang timbul
dari dalam diri pribadi maupun dari pihak luar dalam upaya untuk mencapai
tujuan hidupnya. Motivasi yang ada pada seseorang akan mewujudkan suatu
perilaku yang diarahkan pada suatu tujuan dalam rangka pencapaian kepuasan.