Permainan Tradisional Gobak Sodor Lengkap
Pengertian Permainan Tradisional
Permainan Tradisional
merupakan permainan yang sering diuntukkan pada daerah setempat yangdapat
menggembirakan dan menyenangkan bagi masyarakat khususnya anak-anak, setiap
permainan tradisional memiliki makna tersendiri dan memiliki nama yang beragam
setiap daerahnya. Sejalan dengan Kurniati, E (2016, hlm. 2) “bahwa permainan
tradisional merupakan salah satu aktivitas permainan yang tumbuh dan berkembang
di daerah tertentu, yang sarat dengan nilai-nilai budaya dan tata nilai
kehidupan masyarakat dan diajarkan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya”. Permainan Tradisional
memiliki manfaat tersendiri, salah satunya memberikan kesenangan terhadap
pelaku dalam permainan juga menumbuhkan rasa kebersamaan, kekompakan,
kedisiplinan dan kejujuran. Sejalan dengan hal yang dikemukakan oleh Direktorat
Nilai Budaya (dalam Kurniati, E 2016, hlm. 3) “bahwa setiap permainan rakyat
tradisional sebenarnya mengandung nilai-nilai yang dapat dimanfaatkan sebagai
saran pendidikan anak-anak. Permainan rakyat tradisional selain dapat memupuk
kesatuan dan persatuan juga dapat memupuk kerja sama, kebersamaan,
kedisiplinan, dan kejujuran”. Permainan tradisional di Indonesia memiliki
beragam macam misalnya Pecle, Gundu, Egrang, Gobak Sodor dll. Salah satu dari banyaknya
Permainan Tradisional tersebut yaitu Permainan Gobak Sodor.
Permainan Tradisional Gobak Sodor
Gobak sodor adalah
sejenis permainan daerah asli dari Indonesia biasanya permainan ini
dilakukan secara berkelompok yang terdiri dari dua kelompok dalam satu kali
permainan, masing-masing kelompok pemain terdiri dari 5-6 orang. Menurut Sriwianti (2018, hlm 20)
bahwa “gobak sodor, galah, galah asin, atau galasin merupakan salah
satu permainan tradisional asli Indonesia yang berasal dari Jawa Barat. Permainan
ini merupakan permainan kelompok yang dimainkan oleh 2 kelompok dengan
masing-masing kelompok beranggotakan 3-5 orang atau lebih.” Inti
permainannya adalah menghadang lawan agar tidak bisa lolos melewati garis ke
baris terakhir dengan bergerak bebas bolak balik dan untuk meraih
kemenangan seluruh anggota grup harus secara lengkap melakukan proses
bolak-balik dalam area lapangan yang telah ditentukan tanpa menghilangkan
aturan dari permainannya sendiri. Menurut Ariani dalam Riyanto (dalam 2017, hlm.
20-21) :
Ada dua pendapat,
soal asal usul permainan gobak sodor. Pertama, mengatakan bahwa permainan gobak
sodor dari luar negeri yaitu berasal dari bahasa asing go back to door. Oleh
karena lidah orang jawa sulit mengucapkan, maka agar lebih mudah diingat dan
diucapkan akhirnya menjadi gobak sodor. Kedua bahwa permainan tersebut berasal
dari dalam negeri, yang terdiri dari dua kata yaitu gobak dan sodor. Gobak
berarti bergerak dengan bebas kemudian menjadi nggobag berarti berjalan
memutar, sedang sodor berarti watang yaitu semacam tombak yang memiliki mata
tombak yang tajam, sehingga apabila gobak sodor dapat diartikan bergerak bebas
untuk menghindari sodor ataupun bisa disebut dengan watang.
Maka
dari itu permainan gobak sodor disebut sebagai permainan yang dilaksanakan
dengan cara bergerak bebas bolak-balik untuk menghindari serangan dari tim
jaga.
Waktu
Permainan
Setiap permainan
yang akan dilaksanakan tentunya tidak ada ketentuan mengenai waktu untuk
bermain itu sendiri, kecuali karena situasi tertentu misalnya akan diadakan
lomba yang melibatkan permainan tradisional tersebut. Begitu juga dengan
permainan gobak sodor, waktu permainannya fleksibel artinya permainan bebas
dilakukan kapan saja jika anak menginginkan. Menurut Sujarno (dalam Riyanto,
2017 hlm. 21) ‘pada masa lalu permainan gobak sodor sering dimainkan pada saat
terang bulan, sekarang sudah tidak lagi. Kalau sekarang permainan tersebut
hanya dilakukan pada siang hari, bahkan kadang kadang dipertandingan sodor’.
Tempat
dan Alat Permainan Gobak Sodor
Yang menjadi salah
satu ciri khas dari permainan gobak sodor adalah kesederhanaan alat
permainannya bahkan permainan gobak sodor tidak memerlukan peralatan
khusus. Menurut Sriwianti
(2018, hlm 21) “permainan tradisional gobak sodor tidak ada alat khusus yang
diuntukkan, pemain hanya memerlukan kapur tulis untuk menggambar garis
penjagaan lapangan, atau jika permainan dilakukan di dalam ruangan dapat
menguntukkan tali rapia dan lakban hitam untuk membuat garis
penjagaannya”. Permainan ini hanya memerlukan halaman yang cukup
mendukung untuk melakukannya, menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia. (dalam Riyanto, 2017 hlm. 21-22) “biasanya permainan gobak
sodor dimainkan di sebuah lapangan berbentuk segi empat dengan ukuran lapangan
15 x 9 meter yang dibagi menjadi 6 bagian”. Bagian-bagian tersebut dibatasi
dengan garis pembatas. Berikut ini adalah gambar arena permainan tradisional
gobak sodor yang telah dibakukan
Jalanya
Permainan Gobak Sodor
Jalannya Permainan
Gobak Sodor yaitu :
a) Persiapan
Mengumpulkan
anak-anak yang akan bermain gobak sodor, apabila sudah berkumpul dan bersepakat
untuk bermain gobak sodor, selanjutnya mereka membentuk 2 kelompok dengan cara
hompipa. Para peserta masing-masing mencari pasangannya, kemudian melakukan
pinsut. Mereka yang pinsutnya menang menjadi satu kelompok sebagai pemenang,
misalnya yang menang adalah kelompok B (terdiri dari : a ,b, c, d, dan e)
sedangkan yang kalah menjadi satu kelompok S (terdiri dari : p, q, r, s, dan
t). Kelompok yang menang pinsut (B) akan bermain terlebih dahulu. Sementara
kelompok kalah (S) harus berdiri digaris lapangan menjadi penjaga garis, untuk
menghadang anggota kelompok pemain agar tidak bisa masuk kedalam arena
permainan dan bertugas untuk membuat arena yang akan diuntukkan untuk bermain,
misalnya membuat garis-garis batas dengan menguntukkn kapur. Sujarno (dalam
Riyanto, 2017, hlm. 23).
b) Aturan
Permainan
1) Penjaga
boleh bergerak kesana kemari tetapi tidak boleh melewati arena garis yang
dijaganya.
2) Kaki
si penjaga tidak boleh keluar dari garis, meskipun yang keluar garis hanya satu
kaki. Karena akan berlaku aturan, jika penjaga menyentuh lawan tetapi salah
satu kaki nya tidak pada garis maka lawan tersebut masih tetap bisa melanjutkan
permainan.
3) Penjaga
hanya boleh menyentuh pemain lawan dengan tangan dan tidak boleh menyakiti.
4) Pemain
yang sudah masuk tidak boleh keluar lagi.
5) Garis
tengah arena (garis sodor) hanya dilewati oleh sodor.
6) Pemain
jika akan masuk harus melewati garis jaga, kalau dilanggar maka dianggap mati
dan terjadilah pergantian pemain.
7) Pemain
jika tersentuh penjaga dianggap mati terkecuali kaki si penjaga tidak menyentuh
garis jaga.
8) Jika
ada pemain beralih kotak diperbolehkan, asal harus hati-hati dengan lawan yang
sedang mengintai.
9) Kalau
pemain dapat melewati penjaga sampai garis belakang, harus kembali kedepan
arena melewati garis penjagaan kembali.
10) Jika
ada pemain yang dapat berhasil kembali ketempat semula, kelompoknya dianggap
menang dan mendapat poin.
11) Apabila
ada salah satu pemain yang melanggar aturan kelompoknya dianggap mati dan
berganti posisi menjadi penjaga. Sujarno (dalam Riyanto, 2017, hlm. 23)
c) Jalannya
Permainan
Kelompok B (a,
b,c, d, dan e) sebagai kelompok pemenang harus berusaha memasuki garis-garis
yang membentuk kotak dengan penjagaan dari lawan untuk menuju kebelakang arena
permainan dan berusaha untuk dapat kembali kedepan arena permainan. Dengan
berbagai cara dan kelincahannya anggota kelompok B berusaha mengelabuhi penjaga
dengan berbagai strategi yang jitu. Anggota kelompok B berusaha dengan segala
usaha agar dapat melewati kotak yang harus dilalui. Untuk itu diperlukan
konsentrasi tinggi dan strategi yang tepat supaya tidak tersentuh oleh lawan.
Jika sedikit saja lengah kemungkinan besar mereka dapat tersentuh oleh tangan
penjaga. Kalau sampai ada pemain yang tersentuh penjaga, kelompoknya dianggap
mati, sehingga terjadi pergantian kelompok pemain. Namun, jika ada pemain yang
berhasil menerobos sampai garis belakang ia harus kembali lagi ke depan arena
dengan hadangan ketat para penjaga dan tentunya strategi yang semakin ketat
supaya pemain tidak dapat mencapai arena depan. Dan apabila pemain berhasil
sampai kebelakang maka mereka mendapatkan poin 1 dan apabila berhasil kembali
ke dapan lagi mendapat poin 1 lagi, sehingga totalnya menjadi 2 poin. Sujarno
(dalam Riyanto, 2017, hlm. 23-24)