Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Metode Diskusi Lengkap

Pengetahuan orang dewasa banyak diperoleh melalui partisipasinya dalam diskusi di rumah, sekolah, kantor, laboratorium, pabrik, ruang rapat, tempat rekreasi, atau di jalan. Diskusi biasanya terjadi secara spontan  ketika beberapa orang yang saling kenal bertemu. Makin banyak orang yang bergabung, makin berkurang spontanitas diskusi tersebut. Individu yang ingin berdiskusi secara bebas dengan teman-teman dekatnya sering enggan berpartisipasi dalm diskusi ketika orang lain yang kurang dikenal itu ikut serta.
Metode diskusi merupakan alat yang sangat efektif jika peserta yang terlibat hanya sedikit. Penggunaan diskusi untuk kelompok yang berjumlah 10 orang atau lebih memerlukan perencanaan yang cermat dan pimpinan diskusi yang kompeten.
Pendidik dan ahli sosiologi telah mengembangkan sejumlah teknik yang menyebabkan penggunaan metode diskusi dalam pendidikan orang dewasa menjadi efektif. Penting pagi pimpinan program pendidikan untuk mengenal teknik-teknik tersebut dan memiliki kemampuan menggunakannya secara efektif. Penjelasan tentang teknik-teknik tersebut disajikan pada bab ini.
Metode diskusi yang akan dibahas dalam bagian ini adalah diskusi kelompok, beberapa teknik khusus dalam diskusi kkelompok antara lain kelompok huddle, kelompok buzz, teknik Philips 66, dua pimpinan diskusi, tim kepemimpinan diskusi, tim pendengar (tim perumus), permainan peran (role playing), curah pendapat (brainstorming), dramatic skit, diskusi informal, debat, diskusi mangkuk ikan, dan teknik kelompok nominal.

  
B.       DISKUSI KELOMPOK
Terdapat beberapa pendapat tentang diskusi kelompok, yang pada intinya menekankan partisipasi dan interaksi semua anggota kelompok dalam diskusi tersebut. Morgan, et al. (1976) menyatakan bahwa diskusi kelompok yang ideal adalah partisipasinya sekelompok orang orang dalam diskusi suatu subjek atau masalah yang memerlukan informasi atau tindakan lebih lanjut.
Sementara itu Kang & Song (1984) mendifinisikan diskusi kelompok sebagai pertemuan atau percakapan antara  dua orang atau lebih yang membahas topic tertentu yang menjadi pusat perhatian bersama. Dalam diskusi kelompok, anggota kelompok menunjuk moderator (pimpinan diskusi), menentukan tujuan, dan agenda yang harus ditaati. Menurut Gulo (2002), diskusi kelompok merupakan strategi belajar mengajar yang tepat untuk meningkatkan kualitas interaksi antara peserta didik. Selanjutnya, cirri kelompok dinamis menurutnya adalah (1) ada interaksi antara anggota, (2) ada kepemimpinan, (3) ada tujuan yang akan dicapai, (4) ada norma yang diikuti, dan (5) melibatkan emosi.
1.        Manfaat Diskusi kelompok dalam Pendidikan Orang Dewasa
Manfaat diskusi kelompok adalah sebagai berikut.
a.       Diskusi memberi kesempatan kepada setiap peserta untuk menyampaikan pendapatnya, dan mendorong setiap individu untuk berpikir dan mengambil keputusan.
b.      Belajar sambil bekerja. Diskusi mendorong partisipasi peserta. Mereka yang aktif secara fisik dan mental dalam diskusi, belajar lebih banyak daripada mereka yang hanyak duduk dan mendengarkan.
c.       Diskusi cenderung membuat peserta lebih toleran dan berwawasan luas. Peserta akan menyadari bahwa dalam diskusi ada dua sisi argumentasi atau lebih.
d.      Diskusi mendorong seseorang untuk mendengarkan dengan baik. Mendengarkan secara aktif membantu menghilangkan kesalahpahaman.
e.       Memberikan alat pemersatu fakta dan pendapat anggota kelompok sehingga kesimpulan dapat diambil. Sumbangkan pemikiran dari setiap anggota kelompok akan menambah gudang pengethuan kita.
f.        Melalui metode diskusi pemimpin berlatih. Seseorang melakukan tugas kepemimpinan ketika menyuarakan kebutuhan dan penilaian masyarakat. Jika tidak ada pemimpin yang cakap dalam menggunakan teknik diskusi, akibatnya diskusi akan memakan waktu yang lama dan tidak produktif.
g.      Diskusi mungkin digunakan untuk: (1) mendorong orang untuk menjadi sadar  akan adanya masalah, (2) membantu mereka mengidentifikasi masalah, (3) membantu mereka dalam mencari masalah tersebut, (4) membantu mereka dalam menemukan pemecahan masalah, dan (5)  kesempatan untuk merencanakan program aksi.
2.        Memilih Masalah atau Isu
Diskusi yang baik tidak begitu saja terjadi. Diskusi harus direncanakan dan kunci keberhasilan diskusi terletak pada isu atau masalah yang didiskusikan. Pimpinan diskusi harus dapat mendorong anggota kelompoknya untuk menemukan dan mengemukakan isu tersebut. Pimpinan harus tahu perbedaan isu dan fakta, dan menentukan isu mana yang penting bagi kelompok.
Pemilihan topik diskusi dapat mempengaruhi keberhasilan diskusi sehingga topik harus dipilih dengan baik. Suatu masalah atau isu yang memenuhi standar berikut ini biasanya terbukti menjadi masalah yang baik.
a.         Semua atau sebagian besar anggota kelompok sangat tertarik terhadap masalah atau isu tersebut.
b.        Masalah atau isu dikenal benar oleh semua atau sebagian besar anggota kelompok.
c.         Isu atau masalah jelas, pasti dan dimengerti oleh semua anggota kelompok.
d.        Masalah atau isu mempunyai tingkat kesulitan yang dapat menumbuhkan diskusi yang berkelanjutan.
e.         Informasi cukup tersedia bagi anggota kelompok untuk memecahkan masalah dengan memuaskan.
f.          Isu atau masalah dapat dibagi menjadi bagia-bagian yang logis.
g.        Isu atau masalah merangsang pemikiran yang bermutu.

3.        Merencanakan Diskusi Kelompok
Perencanaan yang teliti merupakan hal penting agar diskusi berhasil. Jika masalah atau isu yang didiskusikan sudah memenuhi criteria, masih ada tiga faktor tambahan yang mungkin memengaruhi keberhasilan diskusi, yaitu (1) kemampuan pimpinan menjalankan tanggung jawabnya, (2) tingkat pengaturan fisik yang diperlukan, dan (3) tingkat dan jenis partisipasi anggota kelompok.
Tanggung jawab pimpinan diskusi. Pimpinan diskusi bertanggung jawab untuk: (1) mendorong pengungkapan ide oleh anggota kelompok, (2) memeriksa apakah fakta yang diperlukan tersedia, (3) mengajukan pertanyaan dari waktu ke waktu untuk mengarahkan diskusi, (4) membuat kesimpulan sementara tanpa memasukan pendapat pribadi, dan (5) bertindak sebgai ahli yang efisien untuk memperlancar jalannya diskusi tanpa menggunakan taktik yang otokratis (Morgan, et al. 1976).
Fungsi pimpinan diskusi. Fungi pimpinan diskusi antara lain: (1) mengarahkan, (2) member informasi, (3) member pendapat, (4) membuat klarifikasi, (5) mengontrol, (6) mengemukakan standar, (7) mengurangi ketegangan, (8) merangkum, dan (9) menjaga giliran berbicara yang merata diantara anggota kelompok (Gulo, 2002). Disamping itu, pimpinan juga berfungsi membuat rencana diskusi sehingga diskusi berjalan dengan lancar dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pimpinan yang efisien merencanakan kata pembukaan atau pendekatan yang menarik. Kata pembukaan mungkin terdiri atas penjelasan tentang hubungan antara topik yang didiskusikan dengan individu dalam kelompok, atau peristiwa yang dikenal anggota atau tujuan yang ingin dicapai oleh anggota kelompok. Pendekatan yang menarik bertindak sebgai batu loncatan. Pendekatan ini harus dapat menumbuhkan perhatian, minat, dan partisipasi semua anggota kelompok. Humor sering digunakan sebagai alat yang efektif untuk memperkenalkan subjek yang didiskusikan.
Rencana harus dibuat oleh pimpinan diskusi untuk memastikan agar setiap orang mengetahui nama anggota kelompok, apa yang mereka minati dan apa latar belakang mereka. Ia mungkin memperkenalkan setiap anggota kelompok kecil, atau mugkin meminta setiap anggota kelompok besar untuk memperkenalkan diri dan menjelaskan pekerjaan, minat, atau pengalamannya.
Pimpinan diskusi sekali-sekali membantu anggota kelompok menganalisis kemajuan mereka. Ia juga harus merencanakan pertanyaan-pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui tingkat kesetujuan atau ketidaksetujuan mereka. Rencana kesimpulan yang mungkin dicapai dan tindak lanjut yang perlu diambil oleh anggota kelompok harus dibuat secara hati-hati.
Pengaturan fisik yang diperlukan.Pengaturan mimbar sangat penting untuk merencanakan produksi gambar hidup. Pengaturan fisik sama pentingnya dengan perencanaan diskusi kelompok. Orang akan merasa lebih akrab dan informal satu sama lain sebagai satu kelompok, jika mereka duduk berhadapan seperti yang mereka lakukan dirumah. Pimpinan harus mengatur kursi sehingga semua anggota kelompok dapat melihat muka mereka nasing-masing. Biasanya yang paling baik mengatur kelompok dalam bentuk lingkaran atau setengah lingkaran.
Ruangan yang paling baik bagi kelompok untuk berdiskusi adalah ruangan kecil. Sulit untuk untuk mengembangkan rasa persatuan dan informalitas bagi kelompook kecil jika kelompok tersebut duduk berdiskusi di salah satu ujung atau sudut ruangan yang luas.
Partisipasi kelompok.Pimpinan diskusi harus merencanakan lebih dahulu prosedur yang mendorong anggota kelompok berpartisipasi. Ia mungkin mengatur dengan cara berbicara lebih dahulu secara pribadi kepada individu kunci sebelum pertemua. Ia mungkin memberikan informasi tentang masalah atau isu yang akan dibahas kepada anggota kelompok. Bahan cetakan mungkin digunakan. Surat kabr, radio, atau televise mungkin berguna. Sesuatu yang dapat meningkatakan minat dan kesiapan diskusi harus dilakukan.
 






Kadang-kadang pimpinan diskusi memilih individu yang akan berpartisipasi dalam kelompoknya. Pemilihan ini ditambah dengan individu kiunci, mungkin dapat mempengaruhi partisipasi kelompok. Sebaliknya, pemilihan individu yang lemah akan memeperlemah diskusi. Pimpinan harus menggunakan teknik yang dapat meminimalkan efek yang tidak dikehendaki dari orang yang terlalu agresif, terlalu pasif, atau orang yang tidak dapat mengendalikan emosi.
4.        Memimpin Diskusi Kelompok
Dibawah ini ini terdapat beberapa hal penting tentang bagaimana cara memimpin diskusi yang disarankan oleh Morgan, et al (1976).
Pimpinan diskusi harus lebih banyak berbuat demi kesuksesan kelompok daripada orang lain (sehingga ia hanya sedikit berbicara). Tugasnya adalah membuat setiap orang berperan pada waktu yang tepat dan dengan sikap yang paling menguntung (dapat memberikan hasil).
Pimpinan diskusi yang baik tidak dilahirkan. Mereka dibentuk. Mereka mungkin mewarisi sifat-sifat tertentu yang memengaruhi kepemimpinan yang efektif. Keterampilan dalam memimpin kelompok, bagaimanapun, adalah hasi dari latihan dan evaluasi yang kontinu.

5.        Kualitas Pribadi Pimpinan Diskusi
Kemampuan berbicara. Pimpinan diskusi harus mampu mengekspresikan dirinya secara jelas dan tepat. Waktu berbicara, ia harus menggunakan bahasa yang baik dan suaranya harus cukup keras untuk dapat didengar oleh semua peserta. Perbendaharaan katanya harus banyak dan dimengerti oleh anggota kelompok. Penggunaan kata-kata yang asing bagi pendidikan dan pengalaman peserta akan membuat jarak antara anggota kelompok. Hal ini akan memperlemah diskusi.
Kemampuan berbicara dengan sikap informal, ramah, dan bijaksana merupakan aset pimpinan diskusi yang berharga. Kemampuan ini bukan kemampuan bawaan, tetapi kemampuan yang dikembangkan dengan latihan.
Kemampuan berpikir. Pimpinan diskusi harus mampu berpikir lebih cepat daripada anggota kelompok lain. Ia harus mmengimbangi pendapat-pendapat anggota kelompok yang berkembang dengan cepat. Tugas pimpinan diskusi menganalisis pendapat-pendapat tersebut dengan menghubungkannya dengan tujuan yang telah ditetapkan. Ketika pimpinan mengatur jalannya diskusi, sangat penting baginya untuk menjadi pemikir yang cepat dan berkualitas.
Temperamen. Orang yang mudah gugup dengan suara melengking atau orang yang kurang rasa humornya, biasanya tidak dapat memimpin diskusi dengan baik. Pimpinan harus mempunyai wajah yang cerah dan sifat yang bersemangat, serta mempunyai temperamen yang stabil. Ia perlu mempunyai rasa humor. Diskusi melibatkan orang dan perbedaan pendapat. Perbedaan pendapat tersebut dapat menyebabkan meningkatnya pertentangan dan perlawanan pribadi. Pimpinan yang bertempramen stabil, dengan rasa humor yang sehat dapat menghindari masalah tersebut.
Sabar. Pada suatu saat pimpinan diskusi cennderung berusaha menggerakkan kelompok terlalu cepat. Pimpinan mungkin telah berada dalam kerangka rencananya ketika terlibat dalam masalah dan pemecahan masalah. Anggota kelompok mungkin tidak diberi kesempatan yang cukup untuk menemukan fakta yang diperlukan dan membuat kesimpulan. Pimpinan yang cakap mempelajari kelompoknya. Ia memberikan kesempatan kepada anggota kelompok untuk memikirkan diri mereka dan mendiskusikan isu sebelum mencoba menggerakkan kelompok atau memberikan sumbangannya pada diskusi. Pimpinan syogianya tidak berbicara terlalu banyak, namun harus memberikan semangat anggota kelompok untuk berbicara banyak. Kadang-kadang diamnya pimpinan adalah emas.
Tidak memihak. Metode yang cepat memperlemah diskusi adalah menunjukkan favoritisme, memberikan hak istimewa kepada beberapa individu, atau mengabaikan kehadiran atau pendapat beberapa anggota kelompok yang lain. Sementara tidak mungkin bagi pimpinan diskusi untuk berlaku adil secara sempurna, ia harus dapat menggunakan metode yang dapat menyembunyikan ketidakadilan yang mungkin terjadi.
6.        Tahapan Pemecahan Masalah
Dapat dikatakan bahwa titik awal ketika diskusi harus dimulai adalah titik ketika Anda menemukan suatu isu. Masalah yang menjadi perhatian anggota kelompok akan menjadi isu. Diskusi yang baik adalah proses pemecahan masalah yang terdiri atas beberapa tahap sebagai berikut.
a.         Anggota kelompok menjadi sadar terhadap adanya kesulitan atau masalah. Tidak ada usaha yang dapat dilakukan untuk menemukan pemecahan masalah sebelum masalahnya dirumuskan dengan jelas dan ruang lingkupnya dibatasi, dalam waktu yang tersedia.
b.        Anggota secara individu mencari kesimpulan atau dugaan sebagai pemecahan masalah sementara. Dugaan yang dikemukakan biasanya ada perbedaan pendapat. Sering ada individu yang meloncat langsung ke kesimpulan, sementara yang lain lebih berhati-hati sebelum menyatakan pemecahan masalah.
c.         Anggota kelompok mencoba mengingat fakta atau pengalaman yang dapat mendukung atau memperlemah pemecahan masalah tentatif yang telah dikemukakan. Setiap pemecahan tentatif dicek dengan fakta-fakta tersebut.
d.        Apabila pemecahan ternyata bertentangan dengan fakta-fakta yang ada, pemecahan tersebut harus diperbaiki atau pengecekan dilanjutkan terhadap pemecahan yang lain sampai ada salah satu pemecahan yang sesuai dengan semua informasi yang tersedia. Makin banyak individu yang berpartisipasi, makin baik diskusinya.
e.         Tahap terakhir dalam proses pemecahan masalah adalah mengecek kesimpulan yang telah dipernbaiki. Anggota kelompok menerapkan pemecahan masalah pada sebanyak mungkin situasi. Partisipasi kelompok sering diperlukan dalam merencanakan program aksi kelompok berdasarkan pemecahan yang telah disepakati.
7.        Tahapan dalam Memimpin Diskusi Kelompok
Saran berikut dapat diterapkan dalam memimpin diskusi kelompok. Setiap pimpinan dapat menyesuaikan teknik ini dengan kebutuhannya.
Mempertahankan minat dan memperkenalkan masalah atau isu
a.         Pekenalkan masalah atau isu menggunakan pendekatan yang menarik yang dipersiapkan dengan cermat.
b.        Ambil masalah atau isu yang timbul dari topik utama dengan cara yang efektif.
c.         Nyatakan masalah atau isu pertama dengan jelas dan periksa bahwa kondisi yang akan membawa pemecahan masalah dimengerti denga jelas. Mungkin perlu menuliskan masalah atau isu di papan tulis.
d.        Minta beberapa anggota kelompok untuk menjawab atau menyimpilkan tanpa minta alasannya. Jawaban ini dianggap sebagai kesimpulan tentatif.
e.         Pastikan bahwa jawaban tersebut dimengerti dengan jelas oleh semua anggota kelompok. Apabila ada papan tulis, ringkas jawaban di papan tulis.

Tes pemecahan masalah atau isu yang disarankan.
a.         Apabila lebih dari satu jawaban yang disarankan, pimpinan dapat menanyakan kelompok jawaban yang amana yang dites pertama, atau ia dapat memilih sendiri jawaban mana yang kelihatan paling baik.
b.        Tanyakan alasannya kepada orang yang memiliki pendapat yang berlawanan dengan cara sedimikian rupa untuk menjaga keseimbangan argumentasi.
c.         Mungkin perlu untuk menulis di papan tulis argumentasi yang mendukung dan menentang, atau keuntungan dan kerugian pemecahan yang disarankan.
d.        Biasanya pimpinan perlu mempunyai persediaaan sejumlah pertanyaan yang terseleksi dengan cermat untuk memancing pemikiran. Pertanyaan-pertanyaan ini harus dapat mengarahkan kelompok kepada faktor penting yang memengaruhi pemecahan masalah.
e.         Apabila fakta penting sudah dikemukakan semuanya, tanyakan pemecahan mana yang benar-benar sesuai dengan fakta
f.          Jika sejak awal tifak ada yangh menentang jawaban, pertama tanyakan fakta-faktanya jika ada, kedua cocokkan fakta tersebut dengan jawaban yang sedang dibahas. Jika masalah atau isu dipilih dengan baik, pemikiran yang cermat akan adapat memberikan sejumlah fakta semacam itu. Setelah semua fakta dicatat, fakta-fakta yang mendukung jawaban harus diberi tanda.
g.        Dalam kasus pimpinan mengetahui ada beberapa fakta atau prinsip penting yang terlewatkan, maka ia harus mengungkapkannya melalui pertanyaan atau pemberian informasi jika anggota kelompok belum begitu mengenal fakta atau prinsip tersebut.

Memberi semangat semua anggota kelompok untuk berpartisipasi.
a.         Berusaha untuk mendapatkan beberapa pendapat dari semua anggota kelompok dangan cara mengajukan pertanyaan seperti: Apa pendapat Anda tentang hal ini? (ditunjukkan kepada annggota kelompok yang belum menyatakan pendapatnya), Ada yang tidak setuju dengan pendapat itu? Ada anggota kelompok lain yang mempunyai pengalaman berkenaan dengan hal ini?
b.        Beri dorongan kepada anggota kelompok untuk saling mengajukan pertanyaan. Pimpinan dapat mengajukan kembali kepada kelompok pertanyaan kelompok atau pertanyaan dari salah seorang anggota kelompok yang ditunjukkan kepadanya.
c.         Cegah, dengan cara setaktis mungkin, orang yang cenderung memonopoli diskusi.
d.        Pertahankan diskusi pada masalah atau isu yang telah ditetapkan. Dengarkan semua pendapat, tetapi tekankan hal-hal yang penting dan bimbing diskusi sehingga terhindar dari hal-hal yang tidak penting.

Membuat kesimpulan sementara.
a.         Kesimpulan sementara tentang hal-hal yang penting akan membantu mengarahkan diskusi dan menekankan hal-hal yang harus diingat oleh anggota kelompok. Kesimpulan ini, jika ditulis dipapan tulis, dapat membantu dalam merumuskan kesimpulan akhir pada akhir diskusi.
b.        Pimpinan harus mengesampingkan pendapat atau prasangka pribadi dari diskusi. Tugasnya adalah memperoleh pendapat orang lain sebelum keputusan kelompok diambil dan memasok diskusi dengan fakta-fakta.
c.         Pimpinan harus menunjukkan bahwa ia ingin bekerja sama dengan kelompok dalam menemukan jawaban/ pemecahan masalah yang ada, dan pendapat atau kesulitan tertentu harus dipertimbangkan sebelum jawaban diputuskan.

Mempertahankan minat yang tinggi.
a.         Kembangkan persaan santai, informalitas, dan humor yang sehat.
b.        Biarkan setiap orang menikmati diskusi.
c.         Dorong ketidaksetujuan yang ramah.
d.        Dorong anggota kelompok untuk menyatakan perasaan yang sebenarnya.
e.         Hubungkan isu atau masalah yang sedang dibahas dengan hal-hal yang menarik anggota kelompok.
f.          Ajukan pertanyaan yang memancing pemikiran daripada pertanyaan yang melibatkan ingatan.
g.        Atur waktu istirahat dalam pertengahan diskusi sekitar 5 atau 10 menit.
h.        Arahkan anggota kelompok untuk melihat bahwa mereka sedang bergerak menuju tujuan yang ingin dicapai.
i.          Gunanakan grafik, materi bergambar, dan papan tulis.

Menutup diskusi dengan generalisasi, kesimpulan, dan penerapan.
a.         Tutup diskusi atas setiap masalah atau isu dengan ringkasan prinsip atau kesimpulan tindakan yang diinginkan.
b.        Diskusikan penerapan prinsip untuk memecahkan masalah lain yang sama.
c.         Usahakan agar setiap anggota kelompok sampai pada rencana tindakan individual.
d.        Minta perhatian terhadap masalah atau isu terkai yang belum terpecahkan untuk dipertimbangkan di masa datang. Dorong keinginan anggota kelompok untuk mempelajari dan mendiskusikan masalah atau isu terkait di antara mereka sendiri di pertemuan yang akan datang.

C.      TEKNIK DISKUSI
Sejumlah teknik telah disediakan untuk mendorong partisipasi dan meningkatkan efektivitas diskusi kelompok. Setiap teknik telah dikembangkan dengan menganalisis situasi dan menggunakan secara efektif metode tambahan yang paling sesuai dengan situasi. Beberapa metode membantu dalam mengatur diskusi, yang lainnya cenderung meningkatkan partisispasi. Maksud menggunakan beberapa metode adalah untuk membangkitkan semangat diskusi. Berikut ini akan dijelaskan sejumlah metode tambahan.


D.       DUA PIMPINAN (CO-LEADER) DALAM DISKUSI KELOMPOK
The Great Book Foundation mempopulerkan penggunnaan dua pimpinan dalam diskusi kelompok. Sistem ini banyak digunakan orang dalam diskusi kelompok. Keberhasilan penggunaannya sangat tergantung pada kualifikasi kedua pimpinan dan kemampuan mereka untuk menjalankan tanggung jawab khusus mereka.
Ada beberapa keeuntungan dari diskusi yang menggunakan dua pimpinan ini. Kepemimpinan penting dalam mendapatkan partisipasi dalam diskusi. Penggunaan dua pimpinan dapat memeperlancar diskusi dan mempermudah dalam mencakup keseluruhan subjek. Kedua pimpinan dapat mengajukan pertanyaan. Sementara pimpinan yang satu mengajukan pertanyaan untuk mengarahkan diskusi menuju tujuan yang tealh ditetapkan, pimpinan yang lain mungkin bertindak sebagai pengecek agar infoormasi penting tidak ada yang tertinggal. Atau dapat juga, pimpinan yang satu memimpin diskusi dan pimpinan yang lain memimpin permainan peran.
Dua pimpinan dapat saling membantu jika diskusi berlarut-larut. Dua orang dapat berpikir lebih baik daripada satu orang, dan dua orang dapat menganalisis reaksi peserta lebih baik daripada satu orang.
Biasanya jika dua pimpinan digunakan, mereka duduk bersama-sama di ujung meja jika kelompok duduk di satu meja, atau mereka duduk bersama di salah satu sisi lingkaran jika kelompok duduk ditempat duduk yang diatur melingkar. Kedua orang itu harus membagi tanggung jawab mereka sebagai pimpinan sama besar. Dua pimpinan yang kurang mampu tidak dapat menggantikan satu pimpinan yang cakap. Peringatan khusus yang perlu diperhatikan adalah jangan sampai salah seorang dari kedua pimpinan itu mendominasi diskusi.
Sistem dua pimpinan bekerja dengan baik dalam kelompok kurang dari 20 atau 30 orang. Sistem ini kurang efektif untuk kelompok yang besar.

E.       KELOMPOK HUDDLE  
Sulit untuk mendapatkan partisipasi dalam diskusi jika kelompoknya besar, kecuali untuk sementara waktu kelompok dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil. Ini dapat dilakukan dengan mudah.






Sebagian besar diskusi informal di lobi hotel atau sesudah pertemuan biasa dilakukan dalam kelompok kecil. Kelompok 5 orang adalah kelompok yang normal untuk berbincang-bincang. Para anggota dalam kelompok 5 orang secara fisik dan psikologis merasa dekat satu sama lain (Morgan, et al., 1976).
Praktik yang paling umum dalam menggunakan sistem huddle adalah ketika pimpinan memperkenalkan masalah atau isu, menjelaskannya jika perlu, kemudian memotivasi kelompok untuk memecahkan masalah tersebut. Jika kelompok termotivasi, mereka akan membahas masalah itu.
Pimpinan menyarankan agar satu orang dipilih dalam setiap kelompok untuk bertindak sebagai ketua, dan dalam waktu 10 atau 20 menit, tergantung pada masalahnya, mereka berdiakusi dan menghasilkan keputusan yang berkaitan dengan pemecahan masalah.
Selama periode huddle, anggota kelompok bertukar pengalaman, berbagi ide, mengecek pemecahan tentatif dan akhirnya sepakat terhadap pemecahan tentatif tersebut.
Apabila menggunakan pembatasan waktu, atau apabila tampak semua kelompok huddle sudah menyelesaikan diskusinya, pimpinan dapat memanggil kelompok asal dan meminta juru bicara setiap kelompok huddle untuk melaporkan hasil diskusinya. Ia atau sekertaris yang ditunjuk menyimpulkan masing-masing laporan di papan tulis.
Setelah laporan singkat setiap kelompok selesai disampaikan, pimpinan dapat mendorong anggota kelompok huddle yang lain untuk mengajukan pertanyaan atau ia dapat menahan pertanyaan sampai seluruh kelompok huddle menyampaikan laporan mereka.
Setelah semua kelompok huddle menyampaikan laopran mereka, biasanya pimpinan memimpin diskusi kelompok besar untuk menyimpulkan prinsip-prinsip yang telah disampaikan satu per satu dan untuk menyusun rencana kegiatan. Jika diperlukan informasi tambahan, pimpinan dapat memberikan informasi itu, atau sebuah panitia dibentuk untuk mencarinya. kelompok huddle ini dapat disamakan dengan kelompok syndicate dalam hal keduanya merupakan kelompok kecil, bagian dari kelompok besar.
F.       KELOMPOK BUZZ
Teknik kelompok buzz sangat mirip dengan metode huddle. Kedua-duanya merupakan alat untuk membagi kelompok diskusi besar menjadi kelompok-kelompok kecil. Dua variasi teknik ini sering digunakan oleh pendidik dan ahli sosiologi (Morgan, et al., 1976). Versi pertama, teknik yang paling sering digunakan adalah membagi kelompok asal menjadi kelompok buzz yang terdiri atas 10 sampai 15 orang. Jika anggota kelompok asal berjumlah 30 orang atau lebih.



Sekertaris membuat catatan tentang ide-ide yang disarankan oleh anggota kelompok dan menyiapkan kesimpulan yang akan disampaikan kepada kelompok besar setelah diskusi kelompok buzz selesai. Biasanya sesi buzz memerlukan waktu 10-20 menit tergantung pada topik yang dibicarakan.
Ketika pimpinan diskusi memanggil kelompok besar kembali, ia biasanya meminta sekertaris setiap kelompok buzz untuk melaporkan hasilnya sebelum membuka diskusi umum.
Penggunaan kelompok buzz memerlukan pengaturan tempat duduk yang lebih lengakap daripada kelompok huddle, setiap kelompok buzz sebaiknya duduk dalam posisi melingkar.
Untuk kelompok 30 orang atau kurang digunakan kelompok buzz kecil (versi kedua) yang mencakup formasi kelompok diskusi 2 atau 3 oran. Teknik yang disebut teknik diskusi minilab ini telah banyak digunakan orang. Teknik ini menumbuhkan minat dan kreativitas serta merupakan alat pemulai diskusi yang sangat baik. Selain itu, teknik ini juga dapat digunakan untuk memperoleh pendapat yang bertentangan, menyimpulkan dan mengevaluasi proses. Teknik ini, digunakan dalam pelatihan yang dilaksanakan oleh Proyek Deliveri (Proyek Deliveri, 2000a).
Kelompok dapat dibentuk tanpa memindahkan orang. Jika hanya dua atau tiga orang yang berpartisipasi dalam setiap kelompok, teknik ini kurang memerlukan formalitas. Salah seorang anggota kelompok melaporkan hasil kelompok. Metode ini menjamin partisipasi semua anggota kelompok.
Biasanya waktu yang dialokasikan untuk menggunakan versi kelompok buzz ini hanya sebentar kareana hanya melibatkan sedikit orang.
G.      TEKNIK PHILLIPS 66
Teknik “diskusi 66” yang dikembangkan oleh J. Donald Phillips adalah salah satu variasi dari sistem huddle dan diterapkan untuk situasi kelompok yang tidak menentu ketika partisipasi yang demokratis diperlukan. Teknik ini dapat digunakan dalam kelompok kecil 10 sampai 20 orang atau dalam kelompok besar.
Dalam menggunakan sistem ini kelompok bear diminta untuk membentuk kelompok kecil terdiri dari 6 orang dengan sedikit mungkin memindahkan tempat duduk. Jika tempat duduk tidak dapat dipindahkan seperti pada auditorium atau ruang kelas, kelompok 6 orang mudah dibentuk dengan membalikkan tiga orang yang duduk di baris depan dan berdiskusi langsung dengan tiga orang di belakang mereka. Dengan mulai dari salah satu sisi ruangan, akan mudah membagi seluruh kelompok menjadi kelompok-kelompok diskusi dalam waktu singkat. Jika orang duduk di belakang bangku kelas, kelompok dapat dibentuk dengan meminta tiga orang pertama dari baris kedua membentuk satu kelompok dengan tiga orang yang duduk di hadapan mereka.






Apabila pengaturan fisik dimungkinkan, kelompok lebih baik dibagi dengan menggunakan metode lain. Dengan membagi jumlah total yang hadir dengan enam, dapat ditentukan jumlah kelompok yang diperlukan. Kelompok kemudian dibagi menjadi kelompok kecil yang jumlahnya sesuai dengan perhitungan di atas dan ruangan yang berbeda dapat digunakan untuk masing-masing kelompok kecil tersebut. Cara ini untuk memutuskan hubungan psikologis yang telah terjalin sebelumnya yang dapat memengaruhi objektivitas seseorang dalam berdiskusi (seperti persekongkolan, hubungan keluarga, atau hubungan lain).
Teknik Phillips 66 didesain untuk mendapat setumpuk ide, saran, sikap atau rekomendasi secara tepat. Ini dapat digunakan sebagai pendekatan penarik minat pada pembukaan pertemuaan. Teknik ini tidak dimaksudkan untuk menjadi keseluruhan pertemuan.
H.      TIM KEPEMIMPINAN
Penggunaan tim kepemimpinan 4 orang dalam diskusi kelompok terbukti lebih efektif daripada penggunaan seorang pimpinan diskusi. Empat orang dapat berbuat lebih banyak daripada seorang, khususnya jika mereka dilatih dalam bidang tanggung jawab (Morgan, et al., 1976). Tim kepemimpinan ini biasa digunakan dalam rapat-rapat yang dilaksanakan oleh organisasi atau instansi, baik swasta maupun pemerintah. Tim kepemimpinan biasanya terdiri atas: (1) pimpinan diskusi, (2) pengamat proses, (3) notulen, (4) seorang atau lebih narasumber.
Dalam teknik ini tidak harus selalu menggunakan tim kepemimpinan 4 orang. Tim bisa terdiri atas dua orang, pimpinan diskusi dan narasumber, pimpinan diskusi dan notulen, atau pimpinan diskusi dan pengamat kelompok. Tim tiga tiga orang teridiri atas pimpinan diskusi dan dua orang asisten. Pimpinan diskusi dibantu oleh notulen dan narasumber adalah contoh lain kepemimpinan tiga orang yang efektif.
Penggunaan tim kepemimpinan 4 orang, 3 orang, atau 2 orang tergantung dari ruang lingkup dan kompleksitas masalah yang dibahas. Makin luas dan makin kompleks suatu masalah, makin banyak orang yang ditunjuk dalam tim kepemimpinan inti.
Tanggung jawab masing-masing anggota tim kepemimpinan akan dijelaskan dibawah ini.
1.        Pimpinan Diskusi
Sebagai pimpinan diskusi, ia mempunyai seorang asisten atau lebih. Tanggung jawabnya dapat dibagi-bagi. Ia dapat memberikan perhatian penuh kepada tanggung jawab kepemimpinannya. Pengamat, notulen dan narasumber mempunyai fungsi khusus yang biasanya dirangkap oleh pimpinan diskusi. Tugas pimpinan kemudian memberikan rasa tenang dengan memanfaatkan anggota kepemimpinan yang lain secara efektif.
Pimpinan diskusi membuka pertemuan atau diskusi dengan cara yang hampir sama seperti jika tanpa asisten. Biasanya pada awal pertemuan ia memperkenalkan pengamat proses dan menjelaskan fungsi mereka. Ia mungkin memperkenalkan narasumber pada wktu itu juga atau menundanya sampai diskusi memerlukan bantuan narasumber.
Sementara diskusi berlangsung, pimpinan dapat meminta pengamat proses untuk memberitahu arah jalannya diskusi dan perkembangan yang telah dicapai dalam menuju tujuan kelompok yang dikehendaki.
Pimpinan diskusi tergantung pada notulen atas pencatatan yang cermat untuk hal-hal atau pendapat-pendapat yang telah disampaikan dalam diskusi. Ia membantu notulen memperoleh kesimpulan pernyataan-pernyataan anggota kelompok untuk dicatat. Pimpinan dapat meminta notulen untuk membaca kembali hal-hal yang telah dibahas. Ia mungkin mendorong notulen untuk ikut aktif dalam diskusi pada saat diperlukan.
Efektivitas penggunaan narasumber sangat tergantung pada pimpinan diskusi. Tugas pimpinan adalah untuk mengecek bahwa narasumber dipilih secara hari-hati dan berperan pada saat yang tepat. Tugas pimpinan juga untuk menjaga agar narasumber tidak memonopoli diskusi.
Pimpinan diskusi menyimpulkan pertemuan. Dalam hal ini, ia memmanggil pengamat proses maupun  notulen untuk membantu merumuskan kesimpulan. Ia juga memanggil narasumber untuk memastikan apak kesimpulan yang telah dirumuskan itu sesuai dengan narasumber.

2.        Pengamat Proses
Fungsi pengamat proses adalah untuk mengamati dan mendengar pendapat kelompok selama diskusi dan selanjutnya melaporkan kepada kelompok, apa yang terjadi selama diskusi. Fokus perhatian pengamat proses terutama pada perilaku dan partisipasi kelompok. Pengamat proses harus bersifat objektif sepanjang waktu dan tidak kehilangan rasa memiliki kelompok.
Pengamat dapat memberi beberapa informasi kepada kelompok yang berguna untuk meningkatkan efisiensi. Kelompok bisa mendapatkan informasi tentang kondisinya melalui pengamat ketika ia memberi jawaban terhadap pertanyaan-perntanyaanb berikut.  
a.         Apakah kelompok telah menyapakati tujuan yang ingin dicapai?
b.        Apakah diskusi telah mengarah pada suatu tujuan tertentu ataumalah keluar dari jalur yang ditentukan?
c.         Seberapa jauh diskusi telah berkembang?
d.        Apakah diskusi berlangsung dengan memuaskan atau kelompok telah memacetkan?
e.         Apakah semua anggota kelompok telah berpartisipasi secara memuaskan?
f.          Apakah kelompok telah mencapai tingkat kedewasaan sehingga semua anggota dapat bekerja sama sebagai tim?
Pengamat proses mungkin melaporkan dan memberi saran kepada kelompok tanpa diminta oleh pimpinan diskusi atau mungkin menunggu diminta. Laporan dibuat secara informal dan harus singkat. Pengamat proses mungkin menyajikan data yang telah ditabulasi berdasarkan perngamatan dan perasaannya. Anggota kelompok mungkin meminta atau menolak interpretasi pengamat proses.


3.        Notulen
Notulen bertindak sebagai sekretaris kelompok. Tugas notulen adalah mencatat tentang isu atau pertanyaan yang didiskusikan, keputusan yang dicapai, dan proporsi anggota kelompok yang mencapai kesepakatan.
Notulen seperti pengamat proses, mungkin mengajukan pertanyaan atau berpasrtisipasi dalam diskusi atas keinginannya sendiri atau ia menunggu intruksi dari pimpinan diskusi. Biasanya, anggota kepemimpinan diskusi bertemu lebih dahulu sebelum pertemuan untuk menyepakati prosedur yang harus diikuti dan tanggung jawab yang harus dipikul oleh setiap anggota kepemimpinan.
Notulen biasanya melaporkan kepada kelompok satu atau dua kali selama pertemuan, tergantung pada lama pertemuan, kemudian menyimpulkan hasil pertemuan pada saat penutupan. Ia membandingkan catatannya dengan catatan pimpinan diskusi pada penutupan pertemuan, kemudian mengedit atau memperbaiki catatannya dan membuat kesimpulan diskusi sejelas mungkin secara tertulis.
4.        Narasumber
Narasumber bertugas memberi informasi kepada anggota kelompok yang kehabisan bahan diskusi, agar diskusi tidak macet. Dalam beberapa kasus, mereka adalah individu yang terlatih secara teknis yang dianggap sebagai spesialis. Dua atau lebih narasumber di dalam diskusi berperan sebagai anggota rim kepemimpinan. Narasumber berpartisipasi dalam diskusi secara informal.
Pimpinan diskusi mungkin meminta narasumber untuk berpartisipasi dalam diskusi jika dipandang perlu tanpa perkenalan oleh pimpinan. Dalam beberapa kasus, narasumber diinstruksikan untuk menunda partisipasinya sampai diminta oleh pimpinan. Pimpinan diskusi harus menganalisis secara cermat kapan diperlukan narasumber dan mengintruksikan agar sumbangan mereka dapat berperan lebih efektif.
Narasumber memberikan kesan bahwa seolah-olah hanya merekalah yang paling berhak atas suatu subjek. Kesan yang kurang baik ini akan mengurangi semangat diskusi. Narasumber mempunyai jawaban atau informasi dan menyampaikannya dengan cara rendah hati dan informal. Ia mendorong setiap individu dalam mengajukan pertanyaan kepadanya dan mungkin tidak sependapat dengan narasumber tersebut.
Biasanya, pimpinan diskusi memperkenalkan narasumber pada awal diskusi dan pertanyaan ditunjukkan kepadanya pada saat diperlukan. Kebanyakan pimpinan diskusi merasa tidak perlu mengajukan pertanyaan kepada narasumber sepanjang anggota kelompok mampu memberikan jawaban yang benar. Apabila jawaban salah atau tidak ada jawaban yang muncul dari kelompok, pada saat itulah pimpinan diskusi meminta sumbangan pengetahuan dan pengalaman dari narasumber.
I.         TIM PENDENGAR (TIM PERUMUS)
Secara umum ada dua kegunaan tim pendengar dalam diskusi kelompok. Tim pendengar mengajukan pertanyaaan kepada peserta kuliah formal atau simposium, atau ditunjukkan untuk mendengar, mengevaluasi dan mengajukan pertanyaan kepada peserta diskusi informal (Morgan, et al., 1976). Selain itu, menurut Kang & Song (1984), tim pendengar dimaksudkan untuk memfasilitasi interaksi antara pembicara dan pendengar dalam suatu pertemuan seperti kuliah, panel, dan kolokium.
Setiap anggota dari tim pendengar membuat catatan yang berisi ide-ide penting yang disampaikan oleh pembicara. Ia mengidentifikasi isu, pertanyaan, masalah dan pendapat yang dikembangkan oleh peserta.
Tim digunakan untuk meringkas nasalah atau konsep penting yang disampaikan oleh pembicara, panelis, atau simposium. Tim mungkin membuat ringkasan (rumusan) pada penutupan penyajian, atau mengajukan pertanyaan kepada pembicara atau peserta sebelum kan o rumusan masalah yang disajikan.
Anggota tim pendengar harus dipilih secara hati-hati dan terdiri atas orang-orang yang menguasai subjek yang dibahas dan tidak bias. Mereka harus pandai dan tajam dalam menginterpretasikan inti penyajian dalam diskusi.
Jumlah kelompok yang bertindak sebagai anggota tim bervariasi, umumnya tim teridiri atas dua atau tiga orang anggota. Jika pertemuan menggunakan metode formal dan pesertanya banyak maka jumalah anggota yang digunakan sebanyak lima atau enam orang.
J.        PERMAINAN PERAN
Permainan peran merupakan alat baru dalam pendidikan orang dewasa. Penggunaan teknik permainan peran yang pertama dalam pendidikan orang dewasa dilakukan oleh ahli psikologi dalam tahun 1900-an untuk membantu pasien dalam menyembuhkan kesehatan mental mereka. Proses ini dikenal sebagai psikodrama.
Penekanan utama dalam psikodrama adalah masalah-masalah individu khusus. Peran yang dimainkan oleh individu sifatnya pribadi. Psikodrama ini sebaiknya dilakukan dibawah bimbingan ahli terapi.
Istilah psikodrama dan permainan peran sering diartikan sama. Psikodrama berkaitan dengan interaksi antara individu dan individu lain atau individu dengan kelompok. Dua orang atau lebih terlibat dan mereka meamainkan peran berhubungan dengan masalah umum dari mayoritas anggota kelompok. Pemirsa membantu menginterpretasikan peran tersebut.





Berikut adalah perbedaaan antara psikodrama dan sosiodrama. Sosiodrama: (1) permainan peran yang membahas konflik sosial dan pribadi, (2) dilaksanakan untuk mendidik, (3) pemain memerankan orang lain atau dirinya sendiri, dan (4) fasilitatornya dapat guru atau konselor. Psikodrama: (1) permainan peran yang membahas konflik pribadi yang lebih mendalam, (2) dilaksanakan untuk meyembuhkan, (3) pemain memerankan dirinya sendiri, dan (4) terapinya dilakukan oleh konselor yang telah mendapat latihan khusus, psikolog, atau psikiater (Romalah, 1989).
1.        Pengertian Bermain Peran
Lunandi (1982) berpendapat bahwa permainan peran adalah memindahkan masalah yang tertulis ke dalam praktik. Permainan peran menimbulkan gambaran yang lebih tampak dan nyata, terutama tentang perilaku manusia dan segala akibatnya. Sejalan dengan itu, Kang & Song (1984) menyatakan bahwa maksud menggunakan teknik permainan peran adalah untuk melibatkan peserta dalam situasi nyata, mendorong peserta berpikir, belajar, dan berdiskusi tentang faktor-faktor yang dimasukkan dalam permainan peran.
Prosedur yang biasa dilakukukan dalam permainan peran adalah dua sampai lima orang anggota kelompok mereproduksi situasi yang ingin dibahas oleh kelompok dengan mengungkapkan gambaran singkat situasi seperti yang sebenarnya terjadi. Anggota kelompok yang lain mengamati penampilan.
Permainan peran biasanya tidak lebih dari 10 menit. Pimpinan diskusi atau anggota pemain peran sendiri menghentikan permainannya pada saat pemeran sudah dianggap cukup sebagai dasar diskusi. Diskusi kelompok kemudian dimulai. Berikut ini akan dijelaskan keuntungan, bahaya, dan proses permainan peran menurut Morgan, et al. (1976).
2.      Keuntungan Permainan Peran
Permainan peran mempunyai banyak keuntungan, antara lain sebagai berikut.
a.       Suatu metode baru
b.      Membuat lebih banyak peserta yang aktif daripada teknik diskusi lain
c.       Dapat membawa kehadapan kelompok contoh perilaku dan hubungan manusia yang tidak mudah disajikan dengan menggunakan metode tradisional.
d.      Mengenalkan situasi kepada pemain dan pengamat dengan pengaruh drama.
e.       Membawa kelompok dari pengalaman intelektual kenpengalaman emosional.
f.        Dapat meningkatkan minat terhadap masalah.
g.      Dapat membantu menjelaskan masalah.
h.      Memberi jalan untuk menyajikan beberapa pemecahan masalah kepada kelompok.
3.      Bahaya dalam Permainan Peran
Permainan peran bukan sekedar teknik yang digunakan untuk hiburan atau hanya menarik minat dan diskusi saja. Akan tetapi, permainan peran adalah metode yang bermanfaat jika digunakan dengan baik dan hati-hati. Sejumlah masalah yang akan timbul jika metode ini digunakan dengan kurang baik, yakni sebgai berikut.
a.       Permainan peran tidak selalu merupakan metode yang cocok. Penggunaan permainan peran dapat berakibat lebih buruk daripada membuang-buang waktu jika situasi tidak cocok untuk penggunaan teknik ini.
b.      Permainan peran memerlukan waktu. Metode ini tidak seharusnya digunakan, kecuali tersedia cukup waktu untuk menyajikan dan mendiskusikannya setelah permainan. Pembicara, demonstrasi permainan peran dan diskusi dalam satu pertemuan terlalu banyak.
c.       Permainan peran dapat menjadi sangat tidak efektif apabila dianggap sebagai tujuan akhir dari metode untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
d.      Permainan yang efektif biasanya sebentar. Metode menjadi tidak efektif jika digunakan terlalu lam. Permainan harus dipotong (dihentikan) pada saat yang tepat.
e.       Kadang-kadang peran yang dimainkan di atas atau di bawah tingkat pengertian dan kematangan kelompok.
f.        Kelompok tidak seharusnya mencoba berhubungan dengan masalah yang bukan milik atau bukan tingkat mereka.
g.      Permainan peran dapat menjadi tidak efektif atau bahkan menjadi buruk apabila orang yang ditunjuk tidak mampu melakukannya.
h.      Permainan peran tidak efektif apabila hanya ada satu pemecahan masalah saja.
i.        Permainan peran sangat berbahaya apabila dalam penggunaannya membingungkan beberapa anggota kelompok.
4.      Proses Permainan Peran
Keberhasilan proses permainan peran sangat sangat tergantung pada kecerdasan dan kemampuan pimpinan membantu pemain dalam menjalankan peran mereka. Pimpinan disini bisa ketua organisasi, ketua pertemuan, atau anggota kelompok yang menguasai proses permainan peran.
Permainan peran sebagai proses pendidikan meliputi beberapa langkah. Pimpinan harus menguasai setiap langkah dan memberitahukannya kepada anggota kelompok.
Langkah-langkah yang biasa berhubungan dengan proses permainan peran antara lain:
a.       Menentukan masalah;
b.      Membentuk situasi;
c.       Membentuk karakter;
d.      Mengarahkan pemain;
e.       Memainkan peran;
f.        Menghentikan/ memotong;
g.      Mendiskusikan dan menganalisis permainan.
Menentukan masalah. Partisipasi kelompok dalam memilih dan menentukan masalah sangat diperlukan. Masalah harus signifikan dan cukup dikenal oleh pemain maupun pengamat. Masalah harus valid, jelas, dan sederhana sehingga peserta dapat mendiskusikan secara rasional. Diperlukan kehati-hatian untuk menghindari masalah yang dapat mengungkapkan isu yang tersembunyi, tetapi menyimpang dari tujuan permainan peran. Dalam hal ini, baik pengamat maupun pemain harus benar-benar mengerti permasalahannya. Sebagai contoh, petani penyewa mencoba meyakinkan tuan tanah untuk membantu mereka membeli benih unggul untuk meningkatkan produksi (Kang & Sonf, 1984).
Membentuk situasi. Desain peran yang dimainkan atau situasi tergantung pada hasil yang diinginkan. Kehati-hatian perlu diambil untuk menghindari situasi yang kompleks, yang mungkin mengacaukan perhatian pengamat dari masalah yang dibahas.
Situasi harus memberikan sesuatu yang nyata kepada pemain dan kelompok, dan pada saat yang sama memberikan pandangan umum dan pengetahuan yang diinginkan.
Membentuk karakter. Keberhasilan proses permainan peran sering ditentukan oleh peran dan pemain yang layak dipilih. Peran yang akan dimainkan harus dipilih secara hati-hati. Pilihlah peran yang akan memberikan sumbangan untuk mencapai tujuan pertemuan. Biasanya, permainan peran melibatkan peran yang sedikit.
Mengarahkan pemain. Permainan yang spontan tidak memerlukan pengarahan. Akan tetapi, permainan peran yang terencana memerlukan pengarahan dan perencanaan yang matang. Penting bagi pemain untuk dapat memainkan perannya pada saat yang tepat dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Pengarahan diperlukan untuk memberitahukan tanggung  jawab mereka sebgai pemain. Pengarahan mungkin dilakukan secara resmi atau tidak resmi, tergantung situasi dan pengarahan tidak harus menentukan apa yang harus dikatakan atau dilakukan.
Memainkan peran. Biasanya, suatu hal yang baik bagi pengamat untuk tidak mengetahui peran apa yang sedang dimainkan. Permainan harus diatur waktunya secara hati-hati dan spontan. Penting untuk diketahui, apabila ada beberapa pemain, hendaknya mereka mulai bermain pada saat yang sama dan berakhir pada saat yang sama pula, yaitu ketika permainan dihentikan.
Menghentikan/memotong. Efektivitas permainan peran mungkin sangat berkurang jika permainan dihentikan terlalu cepat atau dibiarkan berlangsung terlalu lama. Pengaturan waktu sangat penting. Permainan peran yang lama tidak efektif, jika sebenarnya hanya diperlukan beberapa menit untuk memainkan peran yang diinginkan.
Permainan harus dihentikan sesegera mungkin setelah permainan dianggap cukup bagi kelompok untuk menganalisis situasi dan arah yang ingin  diambil. Dalam beberapa kasus, permainan dapat dihentikan apabila kelompok sudah dapat memperkirakan apa yang akan terjadi jika permainan tetap diteruskan, dan permainan harus dihentikan jika pemain mengalami kebuntuan yang disebabkan penugasan atau pengarahan yang kurang memadai.
Mendiskusikan dan menganalisis permainan. Langkah terakhir ini harus menjadi “pembersih”. Jika peranan dimainkan dengan baik, pengertian pengamat terhadap masalah yang dibahas akan semakin baik. Diskusi harus lebih difokuskan pada fakta dan prinsip yang terkandung daripada evaluasi pemain. Suatu ide yang baik, jika membiarkan pemain mengekspresikan pandangan mereka terlebih dahulu. Ada saatnya bagi pengamat untuk menganalisis, yaitu setelah pemain mengekpresikan diri.
Ketua mempunyai tanggung jawab untuk menyimpulkan fakta yang telah disajikan selam permainan peran dan diskusi, dan merumuskan kesimpulan untuk pemecahan masalah.
K.      CURAH PENDAPAT (BRAINSTORMING)
Istilah yang relative baru diperkenalkan dalam metode pendidikan orang dewasa adalah curah pendapat (brainstorming). Curah pendapat adalah salah satu bentuk berpikir kreatif sehingga pertimbangan memberikan jalan untuk berinisiatif kreatif. Peserta didorong untuk mencurahkan semua ide yang timbul dari pikirannya dalam jangka waktu tertentu berkenaan dengan beberapa masalah, dan tidak diminta untuk menilainya selama curah pendapat berlangsung. Penilaian akan dilakukan pada periode berikutnya dimana semua ide dipilih, dievaluasi, dan mungkin diterapkan (Morgan, et al., 1976). Sejalan dengan itu, Kang & Song (1984) menyatakan bahwa curah pendapat adalah teknik diskusi kelompok dimana anggota menyatakan sebanyak mungkin ide-idenya atas topik tertentu tanpa hambatan dan pertimbangan aplikasi praktisnya. Spontanitas dan kreativitas merupakan bagian penting dalam curah pendapat. Penilaian terhadap ide-ide dilakukan pada sesi berikutnya.
Dalam curah pendapat setiap orang didorong untuk bebas berimajinasi dan tidak mengekang pikirannya dengan mempertanyakan kepraktisan pemecahan masalah yang disarankan. Kualitas saran dikalahkan demi kuantitas saran. Kebebasan berekspresi adalah aturannya, dan diharapkan peserta akan merasa bebas untuk menggabungkan atau memodifikasi ide-ide yang diberikan oleh orang lain dalam sesi curah pendapat.






Ada beberapa cara dalam mengorganisasi curah pendapat. Perlu diingat bahwa proses curah pendapat lebih penting daripada hasil curah pendapat itu sendiri.
Oleh Karena itu, dalam curah pendapat, selain harus diperhatikan hasilnya juga harus diperhatikan prosesnya. Aturan dasar harus dipahami oleh peserta.
Aturan dasar tersebut antara lain sebgai berikut.
1.        Penilaian ide-ide yang masak harus diterima terlebih dahulu.
2.        Setiap orang harus didorong untuk bebas berpendapat walaupun mungkin idenya masih liar. Ide dapat lebih mudah “dijinakkan” daripada harus menemukan ide yang masak lebih dahulu.
3.        Diperbolehkan membonceng ide orang lain, khususnya jika ide  tersebut dapat mendorong kreativitas proses perpikir kelompok.
4.        Mungkin kurang dari 10% ide yang akan digunakan dalam analisis akhir, ini berarti kuantitas ide yang perlu ditekankan.
5.        Curah pendapat paling efektif dalam kelompok yang kecil, tidak lebih dari 12 sampai 15 orang.
6.        Pembatasan waktu tidak lebih dari satu jam adalah yang paling efektif bagi kelompok.
7.        Pimpinan sesi curah pendapat harus memeriksa hal-hal berikut ini.
a.       Anggota kelompok mengerti benar proses curah pendapat.
b.      Demikian juga, mereka harus mengerti benar masalah yang akan dipecahkan dalam curah pendapat.
c.       Pernyataan-pernyataan negatif atau “pembunuh” harus ditekan seminimum mungkin.
d.      Pada saat tertentu ide untuk memicu pemikiran harus dilemparkan ke kelompok untuk menghindari kemacetan diskusi.
e.       Sebisa mungkin pimpinan harus tetap berada dibelakang layar.
f.        Notulen mencatat semua ide sehingga pemilihan dan evaluasi dapat dilakukan dalam periode berikutnya.
g.      Komentar pembukaan atau penutupan, kedua-duanya harus diperhatikan secara berhati-hati. Tentukan interval waktu yang terbaik untuk memproduksi ide yang bermanfaat: beberapa orang mengatakan diawal diskusi, yang lain percaya setelah pimpinan memberitahukan waktu untuk berdiskusi tinggal beberapa menit lagi.
8.        Jika mugkin, seseorang mau menghubungi anggota kelompok sehari atau dua hari kemudian untuk mengetahui apakah ada ide yang timbul dari pada anggota kelompok.
9.        Dalam memilih atau mengevaluasi ide, ide-ide yang tidak bermanfaat harus dihilangkan, tetapi hanya setelah dilakukan identifikasi, ide mana yang dapat segera digunakan dan ide mana yang memerlukan penelitian lebih lanjut.

Berikut adalah beberapa keterbatasan dari curah pendapat.
1.        Proses ini memerlukan banyak waktu, khususnya apabila kurang dari 10% ide yang akhirnya digunakan.
2.        Seperti kelompok diskusi yang lain, produktivitas sesi curah pendapat tergantung pada kemampuan dan kualitas orientasi peserta.
3.        Manfaat akhirnya mungkin lebih berupa apa yang dilakukan terhadap peserta daripada produktivitas apa yang segera diperoleh dalam sesi curah pendapat, dan sulit diukur dengan tingkat keakuratan apa pun.
L.       PEMAINAN DRAMA (DRAMATIC SKIT)
Metode ini meliputi penggunaan dialog dan tindakan menginterpretasikan situasi dan peristiwa. Permainan drama berbeda dari permainan peran, drama memerlukan waktu yang lebih lama dan tempat yang lebih luas. Permainan drama dilatihkan lebih dahulu dan biasanya lebih ditekankan pada emosi peserta. Berikut ini akan dijelaskan jenis, keuntungan, kelemahan, dan prosedur permainan drama menurut Morgan, et al., (1976).
1.        Jenis Permainan Drama
Permainan penuh. Permainan penuh dapat digunakan untuk proyek besar yang tidak dibatasi waktu dan sumber. Permainan penuh ini merupakan alat yang sangat baik untuk menangani masalah yang kompleks dan kelompok yang berhubungan dengan masalah itu. Pemainan mungkin asli atau disesuaikan dengan situasi, untuk memenuhi permintaan distributor komersial atau oraganisasi perjuangan, keagamaaan, sosial, pendidikan, industry, dan professional.
Pementasan situasi atau kreasi baru. Teknik ini mungkin setingkat dengan permainan penuh, tetapi dirancang hanya untuk memainkan sebagian masalah atau situasi. Bentuk permainan drama memerlukan orientasi awal dan diskusi tambahan atau pengembangan lanjutan kesimpulan dengan menggunakan metode lain. Pementasan situasi dapat digunakan untuk memerankan kembali persidangan pengadilan, pertemuan dan persidangan badan legislative.
Playlet. Playlet adalah jenis permainan drama ketiga. Playlet meliputi kegiatan beskala kecil untuk menangani masalah kecil atau bagian kecil dari masalah besar. Jenis ini dapat digunakan secara tunggal atau untuk mengemas pementasan masalah yang mengguanakan metode lain, atau serangkaian Playlet dapat digunakan bersama untuk menggambarkan perkembangan masalah secara bertahap.
Blackout. Blackout adalah jenis permainan drama yang keempat. Jenis ini biasanya hanya meliputi dua atau tiga orang dengan dialog singkat mengembangkan latar belakang secukupnya dalam pementasan yang cepat berakhir.
2.        Keuntungan Permainan Drama 
Berikut ini keuntungan permainan drama.
a.         Pengetahuan dan pengalaman mungkin diberikan dengan cara melibatkan peserta secara emosional.
b.        Ide dapat ditempatkan dalam disituasi yang lebih dekat dengan pengalaman pengamat.
c.         Pemirsa mampu menempatkan diri dalam situasi sebagai pemain, sehingga dapat menyelami perasaan dan sikap orang lain.
d.        Merupakan alat yang dapat mengubah konsep abstrak atau teori ke dalam situasi kehidupan nyata.
e.         Permainan drama dapat digunakan secara efektif untuk memberikan alasan/ maksud, atau sudut pandangan khusus dengan cara yang tidak langsung, lembut dalam situasi yang mungkin menyebabkan penolakan jika pendekatan langsung dilakukan.
f.          Merupakan alat yang baik untuk melibatkan orang dalam suatu kegiatan dan membuat mereka merasa menjadi bagian dari kelompok.
g.        Permainan dapat direncanakan agar sesuai dengan situasi apapun, dan dapat dipentaskan tanpa dekorasi, perlengkapan atau skrip yang cermat.
3.        Kelemahan Permainan Drama
Kelemahan utama permainan drama.
a.         Fakta dan tujuan dapat disimpangkan dengan mudah dalam acting yang tidak diinginkan karena kekuatan emosional drama.
b.        Apabila situasi yang diciptakan terlalu pribadi atau sangat berhubungan dengan anggota kelompok, permainan dapat melukai perasaan.
c.         Penggunaan permainan yang berlebihan akan menghilangkan nilai.
d.        Drama tidak akan berhasil dilaksanakan untuk kelompok yang terdiri atas orang-orang yang penakut dan pemalu.
e.         Apabila masalah yang kompleks hanya diilustrasikan dengan pementasan yang dangkal dapat menyebabkan kebingungan dan salah paham.
4.        Prosedur
Diperlukan kehati-hatian untuk membangkitkan emosi dalam permainan yang dapat dirasakan oleh peserta sendiri. Pementasan yang bersifat amatir harus sederhana, skripnya harus fleksibel, dan akting harus sesepontan mungkin. Kehati-hatian pun harus diperhatiakan jika berhubungan dengan masalah yang serius dengan tujuan untuk menghindari hal yang berlebihan dan sensai. Orang yang pemalu dapat diikutkan dalam drama dengan memanfaatkannya sebagai petugas pentas, penata lampu.


M.     DISKUSI INFORMAL
Diskusi informal dalam kelompok kecil adalah tipe lain dari teknik kelompok. Contohnya, setiap sebulan sekali atau seminggu sekali para tetangga berkumpul di salah satu rumah tertentu untuk memikirkan atau mengkomunikasikan masalah-masalah masyarakat umum agar lebih saling mengenal tetangga, tukar-menukar informasi dan ide baerbagi masalah, dan masing-masing anggota dapat saling membantu serta dapat membantu masyarakat (Kang & Song, 1984).
Diskusi informal dapat dilaksanakan pada pertemuan bulanan warga desa. Diskusi informal ini tidak mempunyai pemimpin yang professional. Idenya adalah warga desa yang merasa bertanggung jawab dapat bersama-sama memikirkan masalah-masalah umum yang mereka hadapi.
Metode ini dapat berhasil apabila dilakukan sebgaimana mestinya, baik pada kegiatan desa maupun kota yang memperoleh bantuan pemerintah, yakni penyuluh tidak hanya membantu masyarakat meningkatkan tingkat kemelekan aksara, tetapi juga membantu meningkatkan kesehatan, sanitasi, dan keluarga berencana.
Diskusi informal ini dapat dilaksanakan di tempat-tempat yang informal, seperti warung, tempat pertemuan petani disawah, maupun ditempat-tempat formal, seperti ruang pertemuan organisasi atau instansi swasta maupun pemerintah. Jadi, yang informal adalah sifat pertemuannya bukan tempatnya.
N.      DEBAT
Debat biasanya dimaksudkan untuk adu pendapat antar individu atau kelompok yang berbeda pendapat, tidak dimaksudkan untuk memperoleh kesepakatan seperti diskusi pada umumnya (Mardikanto, 1992).
Dikarenakan sifatnya adu pendapat yang saling berusaha mengalahkan lawan bicara, maka debat sering bersifat subjektif dan tidak berdasarkan data/fakta, teori atau pengalaman yang dapat dipertanggung jawabkan.
Walaupun demikian, debat dapat menggali pendapat/ pandangan/ visi dan misi yeang lebih mendalam dibandingkan dengan brainstorming yang dilaksanakan kurang serius.
O.      DISKUSI MANGKUK IKAN
Ada metode diskusi khusus yang dinamakan metode diskusi mangkuk ikan atau fishbowl discussion. Dinamakan diskusi “mangkuk ikan” karena orang yang mengamati jalannya diskusi seolah-olah melihat “ikan dalam mangkuk”. Jadi, diskusi ini terdiri atas dua kelompok, yaitu kelompok pertama adalah kelompok diskusi atau kelompok “ikan” dan kelompok kedua adalah kelompok pengamat (Mardikanto, 1998).
Manfaat diskusi “mangkuk ikan” ini pernah diteliti oleh Matt Wayne dengan judul “The Fishbowl-Using Action Reseacrh to Meet Standards and Improve Class Discussions”. Menurutnya teknik diskusi mangkuk ikan ini dapat mendorong siswa berpikir kritis dan memberikan pengalaman kepada siswa bagaimana berdiskusi dengan baik, bagaimana berkomunikasi dengan baik, bagaimana menyatakan pendapat dengan baik, jelas, bagaimana memberikan contoh dengan tepat, dan bagaimana menanggapi masalah dengan kritis dan evaluatif.





Dalam action research-nya, ia membagi siswa menjadi dua bagian sama besar, yakni 50% kelompok diskusi dan 50% kelompok pengamat. Namun, pengaturan kelompok diskusi dan kelompok pengamat ini tidaklah harga mati, bisa fleksibel disesuaikan dengan tujuan diskusi, topik atau materi yang didiskusikan, dan jumlah siswa atau peserta diskusi.
Kelompok diskusi bisa saja hanya terdiri atas dua atau tiga orang, seperti yang dilaksanakan oleh Proyek Deliveri (Proyek Deliveri, 2000a).
Jika jumlah anggota diskusi yang digunakan adalah 50% maka jumlah peserta diskusi tergantung dari jumlah total kelas. Sebagai ilustrasi diskusi mangku ikan ini dapat dilihat diskusi yang dilaksanakan oleh mahasiswa yang mengambil mata kuliah komunikasi massa yang mendapat hibah pengajaran  dari SP4 (Program Peningkatan Kualitas ISS dan Jurusan). Unlam tahun 2005, seperti yang terlihat pada Gambar 6.7 (Suprijanto & Rosni, 2005).
P.       TEKNIK KELOMPOK NOMINAL
Menurut McAshan, 1983 (Pidarta, 1988), teknik kelompok nominal adalah pertemuan kelompok yang berstruktur, dimana individu bekerja sama dengan individu lain, tetapi dalam waktu tertentu satu sama lain tidak mengadakan interaksi verbal. Teknik ini dimaksudkan agar para anggota berusaha berpikir sendiri secara maksimal tanpa terpengaruh orang lain. Dengan teknik ini, ide-ide yang terbaik dapat dihasilkan. Teknik ini digunakan untuk kelompok yang jumlah anggotanya kurang dari 15 orang (Pidarta, 1988).
Prosedur proses kelompok nominal adalah sebgai berikut.
1.        Ketua kelompok membacakan masalah yang akan dipecahkan tanpa penjelasan.
2.        Selanjutnya, para anggota berpikir sendiri-sendiri tanpa berkomunikasi satu dengan yang lain untuk mencari pemecahan masalahnya.
3.        Selama 10 sampai 20 menit kemudian, masing-masing individu menyerahkan jawaban  atau idenya dalam bentuk tulisan.
4.        Jawaban tersebut ditulis di papan tulis satu per satu oleh ketua atau sekertaris, agar dapat dibaca oleh semua anggota.
5.        Jika masih ada anggota yang belum jelas mengenai ide-ide yang tertulis di papan tulis, bisa dilakukan diskusi dengan pencetus ide untuk memantapkan makna ide tersebut.
6.        Setelah itu, setiap anggota diminta untuk memilih 5 ide yang terbaik menurut rankingnya, dan ditulis di kartu yang sudah disediakan tanpa diberi nama.
7.        Kartu-kartu tersebut kemudian dikumpulkan, dan isinya ditulis di papan tulis sehingga semua anggota dapat mengetahui frekuensi ide yang terbanyak.
8.        Ide yang mendapat suara terbanyak, dijadikan keputusan kelompok.
9.        Jika ide itu dianggap kurang memuaskan maka proses pemilihan bisa diulang lagi hingga sebagian besar anggota merasa puas.
 






Prosedur teknik nominal tersebut, ternyata bukanlah satu-satunya prosedur yang harus digunakan. Ada prosedur lain yang diterapkan oleh Proyek Deliveri (2000a). Dalam prosedur ini, pendapat amsing-masing individu yang telah ditulis pada kartu ikemudian dibacakan langsung (dinyatakan secara lisan). Gambar 6.8 menunjukkan suasana teknik kelompok nominal, dimana masing-masing individu menyatakan pendapatnya.



RANGKUMAN
Diskusi kelompok adalah metode diskusi yang paling umum dilakukan. Diskusi kelompok yang ideal memerlukan perencanaan yang matang sehingga seluruh anggotanya dapat berpartisipasi dalam diskusi tersebut. Selanjutnya untuk mendorong dan meningkatkan efektivitas diskusi kelompok telah dikembangkan sejumlah teknik diskusi khusus antara lain: (1) dua pimpinan (co-leader) dalam diskusi kelompok, (2) kelompok huddle, (3) kelompok buzz, (4) teknik phillpis 66, (5) tim kepemimpianan, (6) tim pendengar (tim perumus), (7) permainan peran (role playing), (8) curah pendapat (branstorming), (9) dramtic skit, (10) diskusi informal, (11) debat, (12) diskusi mangkuk ikan (fishbowl discussion), dan (13) teknik kelompok nominal.
LATIHAN
1.        Lakukan diskusi dengan teknik diskusi kelompok!
2.        Lakukan diskusi dengan teknik dua pimpinan (co-leader)!
3.        Lakukan diskusi dengan teknik kelompok huddle!
4.        Lakukan diskusi dengan teknik kelompok buzz!
5.        Lakukan diskusi dengan teknik teknik phillpis 66!
6.        Lakukan diskusi dengan teknik tim kepemimpianan!
7.        Lakukan diskusi dengan teknik tim pendengar (tim perumus)!
8.        Lakukan permainan peran (role playing)!
9.        Lakukan curah pendapat (branstorming)!
10.    Lakukan dramtic skit!
11.    Lakukan diskusi informal!
12.    Lakukan debat!
13.    Lakukan diskusi dengan teknik diskusi mangkuk ikan (fishbowl discussion)!
14.    Lakukan diskusi dengan teknik kelompok nominal!

DAFTAR PUSTAKA
Suprijanto. (2008). Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: Bumi Akasara.
Morgan, et al. (1976) (dalam Suprijanto, 2008 hal 97)  menyatakan bahwa diskusi kelompok yang ideal adalah partisipasinya sekelompok orang orang dalam diskusi suatu subjek atau masalah yang memerlukan informasi atau tindakan lebih lanjut.
Kang & Song (1984) (dalam Suprijanto, 2008 hal 97)  mendifinisikan diskusi kelompok sebagai pertemuan atau percakapan antara  dua orang atau lebih yang membahas topic tertentu yang menjadi pusat perhatian bersama. Dalam diskusi kelompok, anggota kelompok menunjuk moderator (pimpinan diskusi), menentukan tujuan, dan agenda yang harus ditaati.
Gulo (2002) (dalam Suprijanto, 2008 hal 97), diskusi kelompok merupakan strategi belajar mengajar yang tepat untuk meningkatkan kualitas interaksi antara peserta didik. Selanjutnya, cirri kelompok dinamis menurutnya adalah (1) ada interaksi antara anggota, (2) ada kepemimpinan, (3) ada tujuan yang akan dicapai, (4) ada norma yang diikuti, dan (5) melibatkan emosi.
Morgan, et al., (1976)  (dalam Suprijanto, 2008 hal 116) Selain Secara umum ada dua kegunaan tim pendengar dalam diskusi kelompok. Tim pendengar mengajukan pertanyaaan kepada peserta kuliah formal atau simposium, atau ditunjukkan untuk mendengar, mengevaluasi dan mengajukan pertanyaan kepada peserta diskusi informal itu
menurut Kang & Song (1984) (dalam Suprijanto, 2008 hal 116), tim pendengar dimaksudkan untuk memfasilitasi interaksi antara pembicara dan pendengar dalam suatu pertemuan seperti kuliah, panel, dan kolokium.
Kang & Song (1984) (dalam Suprijanto, 2008 hal 122) menyatakan bahwa curah pendapat adalah teknik diskusi kelompok dimana anggota menyatakan sebanyak mungkin ide-idenya atas topik tertentu tanpa hambatan dan pertimbangan aplikasi praktisnya. Spontanitas dan kreativitas merupakan bagian penting dalam curah pendapat. Penilaian terhadap ide-ide dilakukan pada sesi berikutnya.
Menurut McAshan, 1983 (Pidarta, 1988) (dalam Suprijanto, 2008 hal 129), teknik kelompok nominal adalah pertemuan kelompok yang berstruktur, dimana individu bekerja sama dengan individu lain, tetapi dalam waktu tertentu satu sama lain tidak mengadakan interaksi verbal.