Manusia Pembelajar Lengkap
A. Manusia Pembelajar
Hakikat tugas pertama manusia dalam proses menjadi
dirinya yang sebenarnya adalah menerima tanggung jawab untuk menjadi
pembelajar. Bahwasannya manusia hidup untuk belajar bukan belajar untuk hidup. Manusia
adalah keyword yang harus dipahami terlebih dahulu mengenai hakikat manusia
sebagai pembelajar harus dipahami bahwasannya sebagai manusia pembelajar harus
bersedia menerima tanggung jawab dalam menyadari untuk melakukan dua hal
penting dalam kehidupannya yaitu, berusaha mengenali hakikat dirinya, potensi, dan bakatnya dan berusaha
sekuat tenaga untuk mengaktualisasikan diri dari segenap potensinya.
Berkaitan dengan dua hal penting diatas hubungan manusia dan
kehidupan belajarnya merupakan kegiatan yang melibatkan manusia secara penuh,
dilakukan oleh manusia, antar manusia, dan untuk manusia. Dengan demikian berbicara tentang pendidikan
tidak dapat dilepaskan dari pembicaraan tentang manusia. Banyak pendapat
tentang pendidikan yang dikemukan oleh para ahli pendidikan pada umumnya
sepakat pendidikan itu diberikan atau diselenggarakan dalam rangka
mengembangkan seluruh potensi manusia ke
arah yang positif. Melalui pendidikan, manusia diharapkan mampu meningkatkan
dan mengembangkan seluruh potensi pemberian Tuhan kepada manusia sehingga menjadi manusia yang lebih baik,
lebih berbudaya, dan lebih manusiawi.
Menurut pandangan
humanistik para humanis menyatakan bahwa manusia memiliki dorongan-dorongan
dari dalam dirinya untuk mengarahkan dirinya mencapai tujuan yang positif.
Mereka menganggap manusia itu rasional dan dapat menentukan nasibnya sendiri.
Hal ini membuat manusia itu terus berubah dan berkembang untuk menjadi pribadi
yang lebih baik dan lebih sempurna. Manusia dapat pula menjadi anggota kelompok
masyarakat dengan tingkah laku yang baik. Mereka juga mengatakan selain adanya
dorongan-dorongan tersebut, manusia dalam hidupnya juga digerakkan oleh rasa
tanggung jawab sosial dan keinginan mendapatkan sesuatu. Dalam hal ini manusia
dianggap sebagai makhluk individu dan juga sebagai makhluk social. Beberapa definisi manusia diantaranya :
1. Manusia adalah makhluk utama,yaitu
diantara semua makhluk natural dan supranatural,manusia mempunyai jiwa bebas
dan hakikat mulia.
2. Manusia adalah kemauan bebas. Kemauan
dalam arti bahwa kemanusiaan telah masuk ke dalam sumber utama yang bebas,dunia
alam,tempat sejarah,dan masyarakat sepenuhnya bergantung.
3. Manusia adalah makhluk yang sadar.
Kesadaran dalam arti bahwa melalui daya refleksi yang menakjubkan,ia memahami
aktualitas dunia eksternal,menyingkap rahasia,dan mampu menganalisis realita
dan peristiwa.
4. Manusia adalah makhluk yang sadar diri.
Ini berarti bahwa ia adalah satu-satunya makhluk hidup yang mempunyai
pengetahuan atas kehadirannya,mampu mempelajari,menganalisis,mengetahui,dan
menilai dirinya.
5. Manusia adalah makhluk kreatif. Manusia
memiliki kekuatan yang memberinya kemampuan untuk melewati parameter alami dari
eksistensi dirinya,dan menempatkannya pada posisi menikmati apa yang belum
diberikan alam.
6. Manusia adalah makhluk idealis. Ia tidak
pernah puas dengan apa yang ada,tapi berjuang untuk mengubahnya menjadi apa
yang seharusnya.
7. Manusia adalah makhluk utama dalam dunia
alami,mempunyai esensi uniknya sendiri dan sebagai suatu penciptaan atau gejala
yang bersifat istimewa dan mulia. Ikut campur dalam alam,memiliki kekuatan
untuk memilih,dan mempunyai andil dalam menciptakan gaya hidup melawan
kehidupan alami.
8. Manusia adalah makhluk moral. Disinilah
terdapat nilai yang tediri dari ikatan antara manusia dan setiap
gejala,perilaku,perbuatan,atau ketika suatu motif yang lebih tinggi daripada
motif manfaat timbul.
Manusia adalah makhluk
paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah swt. Kesempurnaan yang
dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai
makhluk di muka dumi ini.Manusia tidak pernah berhenti berpikir, kecuali dalam
keadaan tidur atau sedang berada dalam situasi diluar kesadaran. Manusia pada
hakikatnya sama saja dengan makhluk hidup lainnya, yaitu memiliki hasrat dan
tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan di dukung oleh pengetahuan
dan kesadaran. Perbedaan di antara keduanya terletak pada dimensi pengetahuan,
kesadaran, dan tingkat tujuan. Di sinilah letak kelebihan dan keunggulan yang
di banding dengan makhluk lain.
Manusia harus menganggap dan
menyadari bahwa hidup untuk belajar
esensinya akan berbeda yakni esensi dalam hidup untuk belajar adalah manusia
mampu mengeluarkan potensi dirinya dan membuat dirinya nyata ( bermanfaat )
bagi sesamanya. Manusia dalam pilihan ini senantiasa akan tumbuh dan
berkembang, sehingga manusia seperti ini akan memandang hidup ini sebagai
kesempatan untuk terus belajar. Manusia tersebut adalah kategori manusia
pembelajar seumur hidup ( Life long
learner ). Adapun yang menganggap
keduanya sama antara pengertian “hidup untuk belajar” dan “belajar untuk hidup”
atau ketidakmampuan untuk membedakannya hal itu persoalan yang mendasar.
Sehingga paradigma yang mungkin harus kita tekankan bagaimana manusia itu dapat
menilai dengan cara pandangnya tersendiri, artinya cara kita melihat
dunia, cara kita memahami, serta
mentafsirkan peristiwa-peristiwa yang kita alami. Dengan demikian, kita
sebenarnya tidak melihat dunia sebagaimana realitas yang sebenarnya. Tetapi
kita melihatnya dengan realitas kita sendiri. Lebih luasnya adalah sikap yang
seharusnya diambil oleh manusia itu sendiri atas apa yang dirasakannya.
Paradigma dan sikap bisa kita
analogikan pada sebuah kacamata, paradigma adalah bingkai yang ada pada sebuah
kacamata dan sikap adalah lensa kacamata
tersebut. Perumpaan jika kita melihat
dunia di sekitar kita dengan keduanya bingkai dan lensa. Maka hanya lensa yang
bisa menangkap semua keadaan yang ada karena sikap adalah lensa kacamata yang
mungkin bisa kabur, kotor, dan menjadi buram, sehingga sikap ini akan terkurung
dalam sebuah bingkai, yaitu paradigma.
Pengertian dalam sebuah analogi
kacamata ini, menurut kelompok kami mungkin mengarah pada suatu pandangan yang
diungkapkan manusia pada hal belajar yang mana
setiap manusia akan memandangnya dan mengungkapkannya secara
berbeda-beda tergantung cara pandangnya dan sikapnya, jika cara pandangnya
lebih ke arah positif atau negatif itu akan berdampak pada sikap yang di
tonjolkan oleh seorang manusia, hal tersebutlah mengungkapkan bahwasannya sikap
akan terkurung pada sebuah bingkainnya yaitu lensa kacamata pada bingkainnya
sebuah paradigma.
Pada intinya ada dua
pandangan atau paradigma yang mendasar
terhadap manusia. Paradigma pertama adalah “memiliki“, kedua adalah “Menjadi”.
Paradigma “memiliki” merupakan sebuah pandangan yang dianut oleh manusia
modern. Dalam arti kesuksesan manusia merupakan kepemilikan atas benda, jabatan
pekerjaan atau lain sebagainnya. Paradigma kedua “Menjadi” ukuran dari
kesuksesan manusi dalam hal ini diartikan pada seberapa jauh seorang manusia
dapat meningkatkan kualitas kemanusiaannya. Keduanya dapat dijadikan sebuah
kalimat, dimana seseorang merupakan subjek yang akan hidup seperti apa pada
paradigma kata menjadi “saya adalah siapa saya”, kemudian kehidupan atas
ketercapaiannya akan mengungkapkan seorang subjek atas apa yang dia miliki
“saya adalah apa yang saya miliki”. Ungkapan pada kedua kalimat atas pandangan
tersebut merupakan salah satu goal yang harus dipilih oleh manusia, yang
kaitannya dengan konsekuensi sebagaimana manusia memilih cara pandangnya
sendiri. Paradigma membingkai sikap itulah yang menjadi dasar bagi seorang manusia untuk bertindak dan
berperilaku. Perilaku kita tidak bisa keluar dari kedua hal tersebut karena
kita melihat segala sesuatu diluar diri
kita yaitu dengan paradigma dan sikap kita. Diri kita adalah cerminan dari bagaimana kita
melihat diri kita. Paradigma juga dapat diilustrasikan sebagai fondasi dari sebuah bangunan. Maka, bila ingin
mendirikan suatu bangunan yang tinggi dan megah, harus membuat fondasi yang
dalam da kukuh. Dalam konteks ini, sikap adalah kerangka bangunan tersebut yang
bertumpu pada fondasi bangunan. Perilaku kita adalah bangunan sebagaimana yang
tampak kasat mata. Paradigma dan sikap tak kasat mata,sedangkan perilaku adalah
yang tampak oleh mata.
Mengingat paradigma adalah sebuah
pandangan yang harus diambil oleh setiap manusia terhadap memahami dunianya,
sebagaimana seharusnya manusia memilih dengan cara nya masing-masing baik cara
pandang positif atau negatif tergantung pada manusia itu sendiri. Namun pada
hakikatnya manusia tidaklah sempurna dikala mengambil cara pandang yang positif atau negatif tetap
di dalam proses menjalaninya manusia terkadang
hilang arah atau kendali adakalanya suatu pandangan yang diambil menjadi
lebih sulit dan mungkin mengalami suatu perubahan, maka suatu perubahan dalam
paradigma akan jauh lebih sulit dilakukan bila tanpa adanya kesediaan untuk
meninjau kembali visi,misi, dan strategi hidup pribadinya, atau tanpa adanya
keinginan yang kuat untuk melakukan
semacam reformasi diri. Tanpa hal itu, seseorang akan cenderung bersikap enggan
utuk mengubah perilakunya. Kenyataan bahwa
paradigma dapat bergeser, berkembang, dan bertumbuh mengikuti proses
pertumbuhan diri kita menunjukkan bahwa paradigma itu bersifat dinamis,
tergantung sejauh mana usaha kita untuk mengubahnya dari powerless dan
powerful. Oleh karena itu, untuk mengubah cara berperilaku dan sikap kita, yang
perlu kita lakukan adalah mengubah paradigma. Kesulitan dan kemudahan, kesedihan
dan kebahagiaan , kegagalan dan kesuksesan, serta juga nasib semua hanya dipisahkan oleh satu sekat tipis yaitu
bernama “paradigma”.
Pergeseran paradigma dapat terjadi dengan dua cara. Pertama, dilakukan
secara sadar dan proaktif. Dengan mengikuti pembelajaran, memperluas wawasan,
belajar dari pengalaman masa lalu, banyak membaca, bergaul dengan orang-orang
dari berbagai latar belakang, berusaha mengenali visi dan misi hidup
pribadi,melakukan pendekatan secara spiritual,dan berbagi waktu dengan alam (
intisemua itu adalah meningkatkan kapasitas diri dengan ilmu ), proses
perluasan paradigma dapat dilakuka
secara sadar dan proaktif seingga
melalui proses pertamaini manusi tidak terk
ungkung oleh paradigmanya yang sempit. Kedua dilakukan dalam keadaan
terpaksa yang berad diluar kehendak kita. Misalnya mengalami kegagalan, kebangkrutan usaha, mengalami depresi, berkepanjangan, dan
sebagainya. Tentu proses kedua ini tidak kita kehendaki.
Oleh karena itu, untuk melakukan
perubahan paradigma mendasar terlebih dahulu mengubah paradigmanya, baru
kemudian sikap dan perilaku. Namun bisa
saja ketika ingin mengubah perilaku
tanpa mengubah paradigma mendasar dari diri kita, yang ada hanya ada perubahan
yang relatif kecil dan tidak mengakar kuat.
Dalam prosesnya, perubahan
paradigma memang tidak semudah yang dibayangkan serta diucapkan bahkan
dituliskan sekalipun, yang jelas untuk melalui prosesnya manusia harus memiliki
semangat sebagai seorang pembelajar sejati artinya ada berbagai masalah yang
akan dihadapi baik secara kompleks maka akan mengalami suatu “penderitaan” ,
namun tidak serta merta selalu menderita tetapi semua penderitaan itu akan
berlarut pada waktunya, bisa saja hal ini di ibaratkan sebuah kalimat pantun, “berakit-rakit ke hulu berenang ketepian,
bersakit-sakit dahulu bersenang kemudian”.
Pada hakikatnya semakin ia terus berusaha belajar, semakin banyak ketidaktahuan yang ia rasakan,
bukannya semakin ia lebih banyak yang diketahui. Hal inilah yang membuat
seseorang merasa bahwa semakin banyak
ia mereguk ilmu dari proses belajar,
akan semakin haus yang ia rasakan, disinilah terletak hakikat manusia hidup
untuk belajar.
Perlu disadari bahwa
hakikat manusia merupakan suatu tanggung jawab dan amanah dalam menjalankan
segala kehidupan didunia, meliputi berbagai aspek bidang kehidupan maka mausia
itu sendiri yang harus berusaha maksimal dalam mengimbangi kehidupan,
sebagaimana telah dijelaskan diawal mengenai potensi yang dimiliki oleh manusia
itu sendiri. Mengingat bahwa sebagai calon guru hendaknya mulai merubah sikap
dan pandangan atas kehidupan menyadari dan bergerak mengarah pada kemajuan
serta mampu mengembangkan baik potensi diri pribadi serta potensi kepada anak
didiknya, namun perlu ditekankan pada pembahasan kali ini adalah pada pengembangan kinerja pembelajar para ( calon
) guru .
B. Kebiasaan Manusia pembelajar
Kebiasaan manusia
pembelajar, terdiri dari beberapa hambatan yang dilaluinya, juga manusia melakukan upaya-upaya untuk
menghindari kebiasaan yang bersifat negatif, serta manusia juga senantiasa
melakukan upaya untuk meningkatkan kemampuan otakdiantaranya sebagai
berikut:
1.
Hambatan dalam Proses Belajar
a.
Tidak adanya tujuan jelas
Tujuan itu berfungsi sebagai suatu titik cahaya yang akan
mendorong kita untuk terus fokus,berusaha,dan belajar agar keluar dari
“kegelapan”.
b.
Terlalu banyak menetapkan tujuan
Awalnya mematok banyak tujuan atau harapan terasa
menyenangkan dan menanantang,namun setelah beberapa lama,tujuan atau harapan
yang tersebar seperti ini akan membuat kita tidak mencapai satu tujuan.
c.
Terlalu sulit
Membangun
kebiasaan yang tidak realistis akan menimbulkan frustasi dan akhirnya akan
membuat kita menyerah.
d.
Kita akui bahwa belajar tidak akan selalu menyenangkan,ada saat kita
diharuskan memiliki keterampilan atau pengetahuan baru yang sebenarnya bukanlah
minat kita,berdisiplin memang ebantu,tapi perlu didukung dengan motivasi yang
tinggi.
2.
Kebiasaan Manusia yang Harus Dihindari
a.
Tidak menampakkan diri
Hanya dengan menampakkan diri lebih sering,akan membuat
sebuah perbedaan yang sangat besar untuk sebuah kesuksesan. Contoh,jika anda
sering bertemu atau berkumpul dengan teman-teman,kemungkinan anda bertemu
dengan seseorang yang spesial bertambah besar.
b.
Menunda Pekerjaan
Cara agar dapat keluar dari kebiasaan menunda pekerjaan :
1) Lakukan tugas terberat dan terpenting terlebih dahulu
di pagi hari.
2) Pecahlah tugas menjadi langkah-langkah kecil dan
fokuslah pada langkah pertama,setelah selesai bisa dilanjutkan ke langkah kecil
berikutnya.
3) Sebaiknya mulai berpikir bagaimana,jika tiba-tiba
mendapatkan tugas baru sementara tugas lama belum dikerjakan.
c.
Melakukan sesuatu yang tidak penting
Untuk menghindari hal ini,tulis apa yang harus dilakukan
setiap hari baik di atas kertas atau notebook,lalu mengerjakannya dari urutan
teratas.
3.
Kebiasaan Untuk Meningkatkan Kemampuan Otak
a.
Tidak mengkonsumsi alcohol
b.
Menonton televisi tidak lebih dari satu jam setiap harinya
c.
Sering membaca
d.
Mengkonsumsi ikan.
e.
Selalu membuat catatan dalam bentuk jurnal atau notes kecil
Kebiasaan pada manusia terdiri dari kebiasaan
yang baik dan kebiasaan yang buruk. Mengubah kebiasaan membutuhkan bantuan dan
kontrol orang lain. Tanpa orang lain maka kita akan jatuh pada kalimat,
"Gini juga tidak apa apa kok." Kalau prinsipnya sudah seperti itu,
maka tidak akan ada perubahan. Padahal fitrahnya manusia itu harus terus
menerus berubah ke arah yang lebih baik.Tidak akan sulit untuk mengubah
kebiasaan buruk pada diri manusia,asalkan ada keinginan atau niat untuk berubah
kearah yang lebih baik.
C.
Gaya Belajar Manusia Pembelajar
Menurut DePetter dan Hearchi, 2003, tipe
belajar merupakan gaya belajar yang dimiliki oleh setiap individu yang
merupakan cara termudah dalam menyerap, mengatur dan mengolah informasi.
Sutanto, 2006, membagi tipe belajar seseorang menjadi tiga hal diataranya:
1.
Gaya Belajar Visual ( Belajar
dengan cara dilihat )
Tipe belajar
visual lebih memahami apa yang dilihat, dimana ia akan secara optimal
menyerap informasi yang dibacanya/dilihatnya.
2.
Gaya Belajar Audio ( Belajar
dengan cara didengar )
Tipe belajar auditori belajar lebih memahami sesuatu melalui apa
yang didengar, mengakses segala jenis bunyi dan kata. Musik irama, dialog
internal, dan suara yang merupakan faktor utama. Dimana informasi yang masuk
melalui apa yang didengarnya akan diserap secara optimal.
3.
Gaya Belajar Kinestetik ( Belajar dengan gerakan, menyentuh )
Tipe Kinestetik belajar melalui gerak, emosi,
dan sentuhan. Hal utama pada tipe ini adalah mengakses gerakan,koordinasi,
irama tanggapan emosional. dimana ia akan sangat senang dan cepat mengerti bila
informasi yang harus diserapnya terlebih dahulu “dicontohkan” atau ia
membayangkan orang lain melakukan hal yang akan dipelajarinya.Tipe kinestetik
adalah tipe belajar yang cenderung mudah menerima dan mengolah informasi
melalui serangkaian aktivitas yang menggerakan sebagian atau seluruh anggota
tubuh dan mempraktekkan hal-hal yang dipelajari. Penulis menambahkan secara
spesifik ditemukan tipe gaya belajar kinestetik dibagi lagi menjadi dua bagian,
berdasarkan :
a.
Movement ( Gerakan Badan )
Belajar dengan cara penyampaian melalui
gerakan tubuh. Seperti
b.
Touch ( Gerakan Tangan )
Belajar dengan cara penyampaian melalui
penggunaan jari,perabaan dan sentuhan tubuh. Kemampuan gerakan tangan melalui
jemarinya, biasanya mampu membuat kreasi tangan, menulis dengan tulisan yang
baik dan rapi, menggambar dengan cukup teliti dan detail serta menari gemulai dengan berbagai tarian.
D. Strategi Untuk Mempermudah Proses Gaya Belajar Peserta
Didik
Setiap manusia, atau
peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, ada yang lebih cepat menangkap pelajaran melalui penjelasan secara
visual (penglihatan), auditorial (pendengaran), ataupun kinestetik (gerakan). Sehingga
perlunya seorang guru untuk menyiapkan serta mempunyai strategi dalam mengatasi
cara belajar peserta didik yang bebeda-beda diantaranya sebagai berikut:
1.
Strategi untuk mempermudah gaya belajar Visual ( Belajar dengan cara dilihat )
·
Gunakan materi-materi visual, seperti gambar, peta dan
diagram
·
Eksplorasi anak dengan membaca buku, terutama pada anak
SD buku-buku yang menarik dan berilustrasi
·
Gunakan multimedia, jika memungkinkan ada seperti
komputer, dan video sebaga imedia nya
·
Guru inisiatif untuk mengarahkan kepada peserta didik
mengilustrasikan ide-idenya kedalam gambar.
2.
Strategi untuk mempermudah Gaya Belajar Audio (Belajar dengan cara
didengar)
·
Guru memberikan arahan kepada peserta didik, untuk
berpartisipasi dalam diskusi.
·
Guru mendorong peserta didik untuk membaca materi
pelajaran dengan keras
·
Guru mengupayakan pembelajaran diskusi dengan peserta didik
secara verbal
·
Guru
memperbolehkan seorang peserta didik untuk merekam materi pelajaran melalui
media perekam suara
3.
Strategi untuk mempermudah belajar Kinestetik ( Belajar dengan gerakan,
menyentuh )
·
Guru mengupayakan peserta didik untuk belajar sambil mengeksplorasi
lingkungannya, misalnya membaca sambil gerak jalan mengelilingi lingkungan
sekolah.
Sehingga seorang guru
mencoba untuk memahami dan menemukan cara supaya peserta didik yang
terindetifikasi memiliki kemampuan dan cara belajarnya. Karena setiap peserta
didik memiliki cara belajar yang berbeda-beda, oleh karena itu guru harus
mengimbangkan dengan strategi yang dimiliki,untuk mengajarkannya.Dengan begitu
gaya belajar akan menentukan prestasi belajar peserta didik.
E.
Karakter Pembelajar
a.
Konsep karakter
Konsep karakter pebelajar terdiri atas konsep
karakter dan belajar. Dimana setiap guru harus memahami kedua konsep tersebut,
sebagai berikut:
1.
Konsep Karakter
Konsep karakter untuk pengembangan kinerja
pebelajar para (calon) guru adalah sebagaimana yang diusung oleh Lickona (dalam
Kesuma, 2011). Secara garis besar
karakter terbentuk oleh tiga dimensi: perasaan moral, pengetahuan moral, dan
tindakan moral. Perasaan moral antara
lain adalah kemampuan merasa bersalah jika melakukan perbuatan tidak/kurang
bermoral dan merasa berbahagia jika dapat melakukan perbuatan baik. Pengetahuan moral antara lain kemampuan
literasi moral dan berargumentasi moral.
Dan, tindakan moral terdiri atas: kompetensi, kemauan, dan
kebiasaan. Pengetahuan moral dan
perasaan moral merupakan faktor-faktor pendukung bagi tindakan moral.
2.
Konsep Belajar
Konsep belajar terdiri atas dua golongan: (1)
menguasai Iptek yang ada dan (2) penciptaan Iptek baru. Terdapat kecenderungan bahwa belajar utamanya
adalah penguasaan Iptek yang ada.
Belajar menjadi identik dengan memorisasi; kemudian uji kemampuan
memorisasi ini adalah melalui tes tulis yang ditujukan kepada reproduksi verbal
(melalui kata-kata) Iptek.
Konsep
karakter pembelajar, ini harus memiliki 5 aspek diantaranya :
1.
Rasa ingin tahu-keinginan mengemansipasi.
Adanya rasa ingin tahu alami pada setiap orang. Ia adalah bagian tak-terpisahkan dari manusia
ketika ia menghadapi sesuatu yang asing, baru, tantangan, ancaman, kesenjangan,
dan masalah.
2. Kompetensi belajar. Menurut Freire, kompetensi
belajar adalah kompetensi mem-problematisasi kehidupan, apapun yang anda hadapi
dalam rangka mempelajarinya.
Problematisasi dilakukan dalam rangka pencarian pengetahuan, kehidupan
yang lebih baik. Problematisasi yang
berhasil dilakukan oleh orang yang perkembangannya sudah berada pada tahapan kesadaran kritis.
3.
Kemandirian.
Ketika orang menjadi semakin relatif kompeten dalam belajar, dalam
menerapkan proses belajar metakognisi, maka ia menjadi pribadi yang
mandiri. Ia menjadi terbebaskan dari
kebergantungannya secara buruk kepada pihak lain, ia menjadi pribadi
bebas. Ia menjadi paham bertindak
sebagai seorang profesional.
4.
Kemauan.
Kemauan harus ditumbuhkan sendiri oleh masing-masing individu
pebelajar. Tanpa kemauan kuat kompetensi-karakter
pebelajar tidak akan tumbuh. Pihak luar
(pendidik dan rekan) peranannya adalah fasilitasi, membangun lingkungan
sosiobudaya yang kondusif untuk kuatnya kemauan.
5.
Kebiasaan. Kebiasaan
adalah produk dari pembiasaan. Apa yang
dibiasakan adalah empat subdimensi karakter yang dideskripsikan di atas. Secara demikian kebiasaan dalam kasus ini
akan merupakan keberulangan atau kecenderungan kuat empat subdimensi karakter
yang dikembangkan.
Menurut pemahaman
kelompok kami dari lima aspek karakter yang telah disebutkan di atas, kiranya
kita sebagai calon seorang guru harus memiliki rasa keingintahuan yang besar
untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri pembelajar. Dalam pendidikan
dewasa ini Kompetensi belajar harus teritegrasi dalam proses pendidikan agar
menjadi lebih baik, dengan adanya kompetensi belajar diharapkan pengetahuan,
kreativitas, dan perilaku pembelajar diaktualisasikan dalam menjalankan tugas
keprofesionalannya. Kemandirian tentunya harus ada pada pembelajar, agar guru
sebagai pembelajar tidak bergantung dari pihak lain yang justru akan
menimbulkan sisi buruk pada pembelajar. Dengan adanya kemandirian ini
pembelajar tidak hanya menjadi pengikut peraturan yang telah ada tapi menjadi
pemikir yang berargumen, pengujian dan pembuktian kearah yang lebih baik serta
akan bebas dalam bertindak mengembangkan keprofesionalan tanpa adanya
ketergantungan yang besar pihak lain.
Disamping itu, Kemauan harus tumbuh pada pembelajar tanpa adanya keterpaksaan oleh siapapun
artinya Kemamuan ini harus murni dari dalam diri pembelajar itu sendiri, tanpa
adanya kemauan yang kuat tidak mungkin kompetensi-karakter pembelajar akan tumbuh dengan baik. Tentu
empat poin yang telah dikembangkan diatas tidak akan menjadi sebuah karakter
yang utuh apabila tidak ada pembiasaan dari pembelajar. Pembiasaan harus
benar-benar diaplikasikan dan dilaksanakan dengan berulang-ulang sehingga pada
akhirnya ini akan menjadi membudaya dan menjadi sebuah kebiasaan sang pembelajar
dalam menjalankan tugasnya secara professional.
F. Indikator Karakter Kompetensi Belajar
KARAKTER-KOMPETENSI
PEBELAJAR
|
INDIKATOR CAPAIAN KOMPETENSI
|
|
Kebiasaan
|
Rasa ingin tahu-keinginan meng-emansipasi
|
·
Selalu memunculkan pertanyaan
signifikan.
·
Selalu berupaya mencari
informasi secara mandiri.
·
Selalu prihatin melihat
kelemahan/kekurangan.
·
Selalu berupaya kontributif
atas diri sendiri dan pihak lain.
|
Kompetensi
belajar
|
·
Selalu memunculkan
masalah/pertanyaan spesifik, ide, atau hipotesis atas fenomena yang sedang
dipelajari.
·
Selalu melakukan upaya-upaya
untuk menjawab permasalahan yang dihadapinya.
·
Selalu mendiskusikan hasil
kerja dalam rangka memantau proses/hasil belajarnya.
·
Selalu memiliki peningkatan skill & knowledge.
|
|
Kemandirian
|
·
Selalu mampu merancang
pengujian atas teori yang ada.
·
Selalu mampu melaksanakan
pengujian atas teori yang ada.
·
Selalu menghargai/menerima
argumentasi yang lebih baik.
·
Selalu berupaya memenuhi
kebutuhan belajar rekan.
|
|
Kemauan
|
·
Selalu memiliki respon
positif-kontributif atas permasalahan sendiri dan lingkungannya.
|
Berdasarkan tabel indikator karakter pembelajar diatas, dapat kami simpulkan bahwa, kebiasaan merupakan hal penting/ yang utama dalam memunculkan empat karakter-kompetensi pembelajar yang lebih baik. Pertama Karakter rasa ingin tahu ini bisa diukur salah satunya dengan selalu memuculkan pertanyaan yang signifikan atau mencolok dan selalu berupaya mencari informasi secara mandiri. Kedua karakter kompetensi belajar salah satunya bisa di ukur dengan selalu memunculkan masalah/ pertanyaan spesifik, idea tau hipotesis atas fenomena yang sedang dipelajari. Selalu melakukan upaya-upaya untuk menjawab permaslahan yang dihadapinya. Ketiga Karakter Kemandirian ini bisa diukur salah satunya dengan selalu merancang pengujian atas teori yang ada dan mampu melaksanakan pengujian atas teori yang ada. Dan yang kempat Kemauan bisa di identifikasi pada ketercapaian kompetensi dengan selalu memiliki respon positif-konstributif atas permasalahan sendiri dan lingkungannya.
G. Program Guru Pembelajar
a.
Kebijakan Program Guru Pembelajar
Menurut Bapak Anies Baswedan definisi Guru pembelajar adalah guru yang ideal yang terus belajar dan
mengembangkan (upgrade) diri di setiap saat dan di manapun. Guru terus belajar
dan mengembangkan diri bukan untuk pemerintah atau kepala sekolah, tapi memang
sejatinya setiap pendidik atau guru adalah pembelajar. Hanya dari guru yang
terus belajar dan berkarya akan muncul generasi pembelajar sepanjang hayat yang
terus menerus berkontribusi pada masyarakat dan lingkungannya. Guru pembelajar adalah guru yang
senantiasa terus belajar selama dia mengabdikan dirinya di dunia pendidikan.
Oleh karena itu, ketika seorang guru memutuskan untuk berhenti atau tidak mau
belajar maka pada saat itu dia berhenti menjadi guru atau pendidik.
Guru merupakan role model ata contoh bagi
para peserta didik sehingga tampilan awal seorang guru sangat berpengaruh
terhadap kelanjutan pembelajaran. Dalam proses pembelajaranya guru menghasilkan
karya dan inovasi yang mencerahkan untuk diaplikasikan dalam proses
pembelajaran di dalam kelas sehingga sehingga menumbuhan potensi peserta didik
dan mereka bukan bisa sekedar meraih melainkan malampaui cita – citanya. Guru
bukan hanya sekedar pengajar dikelas tetapi lebih dari itu guru merupakan
pendidik yang memiliki berbagai kemampuan sebagai kompetensi yang harus
dimiliki sebagai pendidik yang profesional.
Ada beberapa alasan mengapa seorang guru harus terus
belajar selama dia berprofesi sebagai pendidik, sebagai berikut :
1.
Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan
berdasarkan prinsip profesionalitas memiliki kesempatan untuk mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat
2.
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni menuntut guru untuk
harus belajar beradaptasi dengan hal-hal baru yang berlaku saat ini. Dalam
kondisi ini, seorang guru dituntut untuk bisa beradaptasi dengan berbagai
perubahan yang baru. Adapun kemampuan tersebut bisa diperoleh melalui
pelatihan, seminar maupun melalui studi kepustakaan.
3.
Karakter peserta didik yang senantiasa berbeda dari generasi ke generasi
menjadi tantangan tersendiri bagi seorang guru. Metode pembelajaran yang
digunakan pada peserta didik generasi terdahulu akan sulit diterapkan pada
peserta didik generasi sekarang. Oleh karena itu, cara ataupun metode
pembelajaran yang digunakan guru harus disesuaikan dengan kondisi peserta didik
saat ini.
Guru sebagai panutan
bagi peserta didiknya, seperti yang tersirat dalam tut wuri handayani yang
memiliki arti di depan, seorang pendidik
harus mampu atau memberikan suri tauladan yang baik,ditengah mampu
memberikan inovasi – inovasi dan dibelakang mampu memberikan semangat, dorongan
atua arahan . Selain itu guru pembelajar adalah guru yang terus mengembangkan
dirinya guru, harus menyiapkan berbagai metode, strategi, model untuk berbagai
karakteristik peserta didik.
b.
Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar
Program Peningkatan
Kompetensi Guru Pembelajar merupakan proses penyelanggaraan kegiatan belajar
mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan dan kompetensi guru dalam
meningkatkan kemampuan dan kompetensi guru dalam melaksanakan tugas profesinya.
Peningkatan kemampuan tersbeut mencakup kegiatan – kegiatan yang bertujuan
untuk perbaikan dan pertumbuhan kemampuan, sikap, dan keterampilan. Diharapkan
akan menghasilkan suatu perubahan perilaku guru yang secara nyata perubahan
perilaku tersebut berdampak pada peningkatan kinerja guru dalam proses belaar
mengajar dikelas . ( Kemendikbud, 2016 )
Guru sebagai
pembelajar menjadikan Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar sebagai
salah satu cara untuk memenuhi standar kompetensi guru sesuai dengan tuntutan
profesi dan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Program
peningkatan kompetensi guru pembelajar mejnadi bagian penting yang harus dilakukan
secara terus menurus atau berkelanjutan untuk menjaga profesionalitas guru.
1.
Tujuan Umum PGP
Program peningkatan
kompetensi guru pembalajar secara umum untuk meningkatkan kompetensi guru, baik
pedagogik maupun profesional, serta memiliki performa sebagai pendidik dan
pemimpin bagi peserta didiknya, menjadi performa sebagai pendidik dan pemimpin
bagi peserta didiknya, menjadi contoh tentang ketangguhan, optimisme dan
keceriaan bagi peserta didiknya, melalui metoda dan media di berbagai pusat
belajar.
2.
Tujuan Khusus
Secara khusus, program peningkatan
kompetensi guru pembelajar bertujuan agar peserta:
a.
Menguasai kompetensi pedagogik dan profesional sesuai dengan modul yang
dipelajari
b.
Memiliki performa sebagai pendidik dan pemimpin bagi peserta didiknya
c.
Menjadi contoh ketangguhan, optimisme dan keceriaan bagi peserta
didiknya
d.
Memiliki kemauan untuk terus belajar mengembangkan potensi dirinya.
Jadi tujuan
peningkatan kompetensi guru untuk menguasai kompetensi guru dengan melalui
proses belajar mengajar dan menjadi contoh kepada peserta didik untuk menjadi
guru yang layak baik teori maupun pelaksaannya, menjadi guru yang bisa
mengembangkan potensi dirinya dan dapat mengikuti perkembangan zaman.
c.
Tiga Program Peningkatan guru Pembelajar
1.
Moda Tatap Muka
a. Jumlah
modul yang harus dipelajari sebanyak 8-10 modul. Artinya nilairatarata UKG yang
belum memenuhi KCM sebanyak 8-10 modul.
b.
Semua guru yang bertugas di
daerah 3T.
c. Guru
yang karena pertimbangan geografis dan/atau pertimbangan lain yang disepakati
oleh otoritas terkait tidak memungkinkan untuk mengikuti Moda Diklat Daring.
d.
Guru akan diberikan modul manual yakni modul A, B, C sembari Diklat
selama 3 bulan
e. Kemudian Modul C, E, G, I, dan J dipelajari secara mandiri menggunakan
modul
2.
Moda Daring Kombinasi
a.
Memiliki 6-7 modul yang harus dipelajari
b.
Guru maksimal mengambil/menyelesaikan KK
c.
Guru wajib mengikuti kegiatan online selama 6 minggu dengan 10
jam/minggu
d.
Guru mengikuti pertemuan dengan Mentor untuk bimbingan tatap muka 1 kali
per minggu
e.
Setelah selesai Diklat Guru wajib menyelesaikan Ujian Kompetensi Guru
f.
Target peningkatan nilai UKG tiap peserta adalah minimal ≥ 65
3.
Moda Daring ( Dalam Jaringan )
Ketentuan
a.
Memiliki 3-5 modul yang harus dipelajari.
b.
Guru maksimal mengambil/menyelesaikan 3 KK
c.
Guru wajib mengikuti kegiatan online selama 6 minggu dengan 10
jam/minggu
d.
Difasilitasi oleh Guru Pengampu
e.
Setelah selesai Diklat Guru wajib menyelesaikan Ujian Kompetensi Guru
f.
UKG dapat dilakukan lebih dari 1 kali diluar keikutsertaannya dalam
diklat.
d.
Skenario Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar
Dalam meningkatkan
Kompetensi Guru Pembelajar dimulai dari upaya penyadaran guru sebagai
pembelajar, dengan adanya upaya penyadaran ini diharapkan adanya perubahan
sikap sebagai guru pembelajar. Indikatornya adalah bangkitnya kemauan untuk
belajar dan mengembangkan potensi diri.Selanjutnya adalah pengembangan
kompetensi profesional yang indikatornya adalah guru mampu menguasai prinsio
dan prosedur disiplin ilmu yang mendukung mata pelajaran yang diampu. Kemudian
penguasaan kompetensi pedagogik yang indikatornya guru bisa terampil mengelola
pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik, pada jalur, jenis dan
jenjang pendidikan. Tujuan akhir program ini adalah peningkatan kinerja dan
kompetensi guru.
Jadi dalam skenario
program peningkatan kompetensi guru pembelajar diharapkan guru memiliki
perubahan sikap, penguasaan kompetensi profesional, penguasaan kompetensi
pedagogik dimana didalamnya terdapat indikator, materi dan kegiatan.
Indikatornya yaitu kemampluan keras untuk belajar mengembangkan potensi diri,
menguasai konsep, prinsip dan prosedur disiplin ilmu yang mendukung
matapelajaran yang diampu serta terampil mengelola pembelajaran sesuai dengan
karakteristik peserta didik pada jalur, jenis dan jenjang pendidikan. Materinya
berisi refleksi diri sebagai guru pembelajar , konsep, prinsip dan presodur
disiplin ilmu yang mendukung mata pelajaran
yang diampu serta pengelolaan pembelajaran yang efektif. Kegiatanya berisi
tanya jawab, diskusi, praktik dan penugasan . Tujuan akhir dalam program ini
yaitu peningkatan kinerja dalam mengembangkan kapasistasnya sebagai guru
pembelajar yang diiimplementasikan pada peningkatan kinerja guru dan kompetensi
guru.