Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Implementasi Zone of Proximal di Sekolah Dasaf Pembelajaran Matematika

IMPLEMENTASI ZPD DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Berdasarkan teori Zone of Proximal Development dari Vygotsky serta teori scaffolding dari Bruner, proses perubahan dari tahapan perkembangan aktual ke perkembangan potensial bisa terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara individu dengan individu lain yang mempunyai kemampuan lebih. Oleh karena itu, guru memegang peranan penting dalam menciptakan suasana pembelajaran yang dapat menunjang peningkatan pemahaman siswa sehingga siswa mampu mencapai perkembangan potensialnya. Ketika siswa telah mampu mencapai perkembangan potensialnya, maka siswa tersebut telah mampu berpikir matematika tingkat tinggi.
Agar implementasi pembelajaran dapat mencapai hasil yang memuaskan, maka teori pembelajaran Vygotsky-Bruner yakni ZPD dan scaffolding perlu dijadikan sebagai landasan utama. Hal yang tak kalah penting, di dalam perencanaan guru perlu menyiapkan bahan ajar yang tepat dan relevan. Bahan ajar yang digunakan harus dirancang oleh guru ke dalam bentuk soal pemecahan masalah yang memungkinkan disajikan di awal pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Hoffman dan Ritchie (1997) (Lie, 2010) bahwa Scaffolding selalu digunakan untuk mendukung pembelajaran berbasis masalah (PBL).
Setelah guru menyiapkan perencanaan pembelajaran dengan matang, selanjutnya guru mulai mengatur pelaksanaan kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
Kegiatan Awal
Guru mengkondisikan siswa untuk siap memulai pembelajaran
Guru melakukan apersepsi dan memberikan motivasi kepada siswa
Mengajukan suatu konteks permasalahan
Kegiatan Inti
Setelah siswa memahami konteks permasalahan, kemudian siswa diberi lembar kegiatan
Pada 15 menit pertama siswa diberikan kesempatan untuk menyelesaikan jawaban secara individual. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat menelaah permasalahan yang diajukan
Kemudian ±25menit selanjutnya siswa diminta untuk menyelesaikan jawaban secara berkelompok heterogen (2-4 orang). Hal ini dimaksudkan agar anak dapat berinteraksi dan saling bertukar pemikiran. Secara tidak langsung dalam kegiatan ini intervensi dapat terjadi antara siswa dengan siswa lain di dalam satu kelompok. Disamping itu, guru juga dapat melakukan teknik scaffolding dengan tepat selama proses kegiatan. 
Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil pekerjaan mereka
Kegiatan Akhir
Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang dipelajari
Guru menutup pembelajaran
Penilaian 
Penilaian prestasi aspek kognitif dilakukan melalui pemberian pre tes dan pos tes yang harus dikerjakan oleh siswa pada awal tindakan dan akhir pelaksanaan tindakan. Penilaian prestasi belajar aspek afektif pada pembelajaran ini dapat dilihat dari kegiatan siswa ketika bekerja sama di dalam kelompok, keaktifan di dalam kelpmpok serta keberanian bertanya dan menjawab.
Sedangkan untuk penilaian prestasi belajar aspek psikomotorik pada pembelajaran ini dapat dilihat dari kemampuan siswa memasukkan rumus atau konsep matematika ke dalam penyelesaian masalah serta kemampuanya di dalam mengaplikasikan pengetahuan ke dalam kegiatan sehari-hari. Pada dasarnya penilaian ditujukan untuk melihat sampai dimana tingkat keberhasilan teknik scaffolding dalam meningkatkan perkembangan siswa dari perkembangan aktualnya ke perkembangan potensialnya. Sehingga ia mampu berpikir tingkat tinggi.