Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cinta Tidak Hanya Berdua

Semua berawal dari masa lalu yang ingin masa depannya lebih baik. Perihal kebersamaan ini, sebuah harapan tak hanya bisa dijalankan dan di ikhtiarkan hanya sendirian. Kita sudah bangun ini dari awal, awalnya saling negosiasi untuk berkomitmen saling membangun dan saling mengiyakan hingga siap untuk saling menemani. Namun di pertengahan jalan kita menuju tujuan, tentu saja rasa saling kita mulai jatuh. Aku memahami atas apa kesibukkan dengan kamu. Aku menghargai kesibukan-kesibukan kamu, tapi ada saatnya kamu mengerti atas apa yang pernah kamu ‘iya’kan pada saat itu.

Pada akhirnya aku merasa sendiri, tak ada yang menemani. Selalu berpikir bahwa aku bisa sendiri untuk melewati semua yang sudah dan akan terjadi. Tapi pada kenyataannya aku terlalu egois untuk berjuang sendirian ketika sedang ada badai datang melihat sang ombak yang besar menghampiri dengan berpikir sendiri untuk membawa kapal kita agar aman sampai pada tujuan. Aku coba untuk memanggilmu, tak ada yang jawab, aku ingin berteriak “Hey bantu, Aku” tapi aku sadar tak seharusnya aku begitu, lalu aku lakukan “Maaf...” tapi tetap saja, kau diam membisu pada saat itu.. Tak apa, mungkin aku hanya menunggu saja akan tergeraknya hatimu. Tapi percayalah aku sungguh tak sanggup untuk menjalani ini sendiri. Aku butuh kamu, kamu, kamu dan kamu. Jalan cinta kita sudah di tetapkan dalam periode, meskipun hanya tersirat.

Perlahan namun pasti, ada yang pergi dan ada yang kembali. Namun inginku saat ini adalah banyak yang kembali, karena sudah tak kuasa ku menahan rindu untuk bersama-sama lagi. Aku hanya ingin berterima kasih atas apa yang telah teman-teman iya-kan padaku. Setidaknya itu yang membuatku semangat, meskipun pada dasarnya aku tidak kuat sendiri tapi itu masih menjadi semangatku saat ini.