Model Pembelajaran Terpadu Lengkap
Model
Pembelajaran Terpadu merupakan model-model yang dipelajari bagi para pendidik
terutama karena berkaitan dengan kurikulum 2013. Ditinjau dari cara memadukan
konsep, keterampilan, topik, dan unit tematisnya, menurut seorang ahli yang
bernama Robin
Fogarty (1991) terdapat sepuluh cara atau model
pembelajaran terpadu. Kesepuluh cara atau model pembelajaran terpadu tersebut
adalah: (1) fragmented, (2) connected,
(3) nested, (4) sequenced, (5) shared, (6) webbed, (7) threaded, (8)
integrated, (9) immersed, dan (10) networked. Secara
singkat kesepuluh cara atau model tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Model Penggalan (Fragmented)
Model fragmented ditandai oleh ciri pemaduan
yang hanya terbatas pada satu mata pelajaran saja. Misalnya, dalam
mata pelajaran Bahasa Indonesia, materi pembelajaran tentang menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis dapat dipadukan dalam materi pembelajaran
keterampilan berbahasa. Dalam proses pembelajarannya, butir-butir materi
tersebut dilaksanakan secara terpisah-pisah pada jam yang berbeda-beda.
Menurut
Padmono dalam bukunya Pembelajaran
Terpadu melalui Kurikulum Terpadu dalam Satu Disiplin Ilmu,
mengatakan bahwa pembelajaran terpadu melalui kurikulum terpadu fragmented
terjadi jika seorang guru memiliki keinginan agar siswa setelah menempuh
pembelajaran satu kurun waktu tertentu memiliki kemampuan atau kecakapan
tertentu.
Kelebihan pembelajaran
model ini adalah siswa menguasai secara penuh satu kemampuan tertentu untuk
tiap mata pelajaran, ia ahli dan terampil dalam bidang tertentu.
Kekurangannya adalah
ia belajar hanya pada tempat dan sumber belajar dan kurang mampu membuat
hubungan atau integrasi dengan konsep sejenis.
Model Fragmented merupakan
konfigurasi kurikulum yang bermanfaat bagi sekolah-sekolah besar dengan
populasi beragam di mana tentu saja dengan berbagai fasilitas yang menyediakan
suatu spektrum sehingga subyek dapat menargetkan kepentingan-kepentingan
khusus. Hal ini paling berguna pada tingkat universitas di mana siswa melakukan
pelaksanaan pembelajaran di jalur studi khusus yang memerlukan pengetahuan para
ahli untuk mengajar, mentoring, pembinaan, dan berkolaborasi. Sebelum tingkat
universitas, model ini membantu guru, dalam persiapan sehingga dapat lebih
terfokus. Ini adalah model yang baik bagi para guru yang ingin meneliti dengan
hati-hati prioritas kurikulum sebelum menggunakan model lintas departemen untuk
perencanaan lintas disiplin.
Model
Keterhubungan (Connected)
Model connected dilandasi oleh anggapan
bahwa butir-butir pembelajaran dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran
tertentu. Butir-butir pembelajaran kosakata, struktur, membaca dan mengarang
misalnya, dapat dipayungkan pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
Penguasaan butir-butir pembelajaran tersebut merupakan keutuhan dalam membentuk
kemampuan berbahasa dan bersastra. Hanya saja pembentukan pemahaman, keterampilan
dan pengalaman secara utuh tersebut tidak berlangsung secara otomatis. Karena
itu, guru harus menata butir-butir pembelajaran dan proses pembelajarannya
secara terpadu.
Kelebihan yang
diperoleh dalam model connected ini adalah adanya hubungan antar ide-ide dalam
satu mata pelajaran, anak akan memperoleh gambaran yang lebih jelas dan luas
dari konsep yang dijelaskan dan siswa diberi kesempatan untuk melakukan
pedalaman, tinjauan, memperbaiki dan mengasimilasi gagasan secara bertahap.
Kekurangan dalam
model ini, model ini belum memberikan gambaran yang menyeluruh karena belum
menggabungkan bidang-bidang pengembangan/mata pelajaran lain.
Sementara
itu, menurut Prabowo dalam Trianto, langkah-langkah pembelajaran terpadu model
Keterhubungan (connected) adalah
sebagai berikut:
Tahap Perencanaan
- Menentukan Kompetensi
Dasar
- Menentukan Indikator
Menentukan Tujuan Pembelajaran
Langkah-Langkah
yang ditempuh guru
- Menyampaikan konsep
pendukung yang harus dikuasai peserta didik. (materi prasyarat)
- Menyampaikan
konsep-konsep yang hendak dikuasai peserta didik
- Menyampaikan
keterampilan proses yang dapat dikembangkan.
- Menyampaikan alat dan
bahan yang akan digunakan / dibutuhkan.
- Menyampaikan
pertanyaan kunci.
Tahap Pelaksanaan
- Pengelolaan kelas
dengan membangi kelas kedalam beberapa kelompok.
- Kegiatan proses.
- Kegiatan pencatatan
data.
- Diskusi secara
klasikal
Tahap Evaluasi, meliputi :
a) Evaluasi Proses, berupa :
- Ketepatan hasil
pengamatan
- Ketepatan dalam
menyusun alat dan bahan
- Ketepatan peserta
didik saat menganalisis data.
b)Evaluasi Produk
- Penguasaan peserta
didik terhadap konsep-konsep / materi sesuai dengan tujuan pembelajaran
khusus yang telah ditetapkan.
c)Evaluasi Psikomotor
- Kemampuan penguasaan
peserta didik terhadap penggunaan alat ukur.
Model Sarang (Nested)
Model nested merupakan pemaduan berbagai
bentuk penguasaan konsep keterampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran.
Misalnya, pada satuan jam tertentu seorang guru memfokuskan kegiatan
pembelajaran pada pemahaman tata bentuk kata, makna kata, dan ungkapan dengan
saran pembuahan keterampilan dalam mengembangkan daya imajinasi, daya berpikir
logis, menentukan ciri bentuk dan makna kata-kata dalam puisi, membuat ungkapan
dan menulis puisi. Pembelajaran berbagai bentuk penguasaan konsep dan
keterampilan tersebut keseluruhannya tidak harus dirumuskan dalam tujuan
pembelajaran.
Keterampilan dalam mengembangkan daya
imajinasi dan berpikir logis dalam hal ini disikapi sebagai bentuk keterampilan
yang tergarap saat siswa memakai kata-kata, membuat ungkapan dan mengarang
puisi. Penanda terkuasainya keterampilan tersebut dalam hal ini ditunjukkan
oleh kemampuan mereka dalam membuat ungkapan dan mengarang puisi.
Kelebihan model
ini yaitu guru dapat memadukan beberapa keterampilan sekaligus dalam
pembelajaran satu mata pelajaran, memberikan perhatian pada berbagai bidang
penting dalam satu saat sehingga tidak memerlukan penambahan waktu dan guru
dapat memadukan kurikulum secara luas.
Kekurangannya adalah
apabila taanpa perencanaan yang matang memadukan beberapa keterampilan yang
menjadi targget dalam suatu pembelajaran akan berdampak pada siswa dimana
prioritas pelajaran menjadi kabur.
Model Urutan/Rangkaian (Sequenced)
Model sequenced merupakan
model pemaduan topik-topik antar mata pelajaran yang berbeda secara paralel. Isi
cerita dalam roman sejarah misalnya, topik pembahasannya secara paralel atau
dalam jam yang sama dapat dipadukan dengan ikhwal sejarah perjuangan bangsa,
karakteristik kehidupan sosial masyarakat pada periode tertentu maupun topik
yang menyangkut perubahan makna kata. Topik-topik tersebut dapat dipadukan
pembelajarannya pada alokasi jam yang sama.
Kelebihannya yaitu
dengan menyusun kembali urutan topik, bagian dari unit, guru dapat mengutamakan
prioritas kurikulum daripada hanya mengikuti urutan yang dibuat penulis dalam
buku teks, membantu siswa memahami isi pembelajaran dengan lebih kuat dan
bermakna.
Kekurangannya yaitu
diperlukkan kolaborasi berkelanjutan dan fleksibilitas semua orang yang
terlibat dalam content
area dalam mengurutkan sesuai peristiwa terkini.
Model shared merupakan
bentuk pemaduan pembelajaran akibat adanya “overlapping” konsep
atau ide pada dua mata pelajaran atau lebih. Butir-butir pembelajaran tentang
kewarganegaraan dalam PPKN misalnya, dapat bertumpang tindih dengan butir
pembelajaran dalam Tata Negara, PSPB, dan sebagainya.
Kelebihannya yaitu
lebih mudah dalam menggunakannya sebagai langkah awal maju secara penuh menuju
model terpadu yang mencakup empat disiplin ilmu, dengan menggabungkan disiplin
ilmu serupa yang saling tumpang tindih akan memungkinkan mempelajari konsep
yang lebih dalam.
Kekurangannya yaitu
model integrasi antar dua disiplin ilmu memerlukan komitmen pasangan untuk
bekerjasama dalam fase awal, untuk menemukan konsep kurikula yang tumpang
tindih secara nyata diperlukan dialog dan percakapan yang mendalam.
Model Jaring Laba-laba (Webbed)
Model
yang paling populer adalah model webbed. Model
ini bertolak dari pendekatan tematis sebagai pemadu bahan dan kegiatan pembelajaran.
Dalam hubungan ini tema dapat mengikat kegiatan pembelajaran baik dalam mata
pelajaran tertentu maupun lintas mata pelajaran.
Kelebihan pendekatan
jaring laba-laba untuk mengintegrasikan kurikulum adalah faktor motivasi
sebagai hasil bentuk seleksi tema yang menarik perhatian paling besar, faktor
motivasi siswa juga dapat berkembang karena adanya pemilihan tema yang
didasarkan pada minat siswa.
Kekurangan model
ini adalah banyak guru sulit memilih tema. Mereka cenderung menyediakan tema
yang dangkal sehingga kurang bermanfaat bagi siswa, dan guru seringkali
terfokus pada kegiatan sehingga materi atau konsep menjadi terabaikan.
Langkah untuk membuat rancangan pembelajaran
terpadu dengan model jaring laba-laba yaitu:
- Mempelajari kompetensi
dasar, hasil belajar dan indikator setiap bidang pengembangan untuk
masing-masing kelompok usia.
- Mengidentifikasi tema
dan subtema dan memetakannya dalam jaring tema.
- Mengidentifikasi
indikator pada setiap kompetensi bidang pengembangan melalui tema dan
subtema.
- Menentukan kegiatan
pada setiap bidang pengembangan dengan mengacu pada indikator yang akan
dicapai dan subtema yang dipilih.
- Menyusun Rencana
Kegiatan Mingguan.
- Menyusun Rencana
Kegiatan Harian.
Model Galur/ benang(Threaded)
Model threaded merupakan
model pemaduan bentuk keterampilan misalnya, melakukan prediksi dan
estimasi dalam matematika, ramalan terhadap kejadian-kejadian, antisipasi
terhadap cerita dalam novel, dan sebagainya. Bentuk threaded ini berfokus pada
apa yang diesbut meta-curriculum.
Kelebihan dari
model ini antara lain: konsep berputar sekitar metakurikulum yang menekankan
pada perilaku metakognitif; materi untuk tiap mata pelajaran tetap murni, dan
siswa dapat belajar bagaimana seharusnya belajar di masa yang akan datang
sesuai dengan laju perkembangan era globalisasi.
Kekurangan yaitu
hubungan isi antar materi pelajaran tidak terlalu ditunjukkan sehingga secara
eksplisit siswa kurang dapat memahami keterkaitan konten antara mata pelajaran
satu dengan yang lainnya.
Hal-hal
yang perlu dilakukan dalam menyusun langkah-langkah pembelajaran terpadu modelThreaded yakni
:
- Menetapkan
keterampilan yang diuntaikan dalam pembelajaran ketrampilan.
- Memilih mata pelajaran
yang cocok untuk dipadukan dengan model ini.
- Mencocokkan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang dapat diuntaikan.
- Merumuskan indikator
pembelajaran secara terpadu.
- Menetapkan ketrampilan
berpikir yang akan diuntaikan.
Model threaded digunakan
untuk mengintegrasikan kurikulum ketika metakurikulum menjadi fokusnya. Model
ini cocok digunakan sebagai salah satu langkah alternatif menuju integrasi mata
pelajaran yang lebih intensif. Model tersebut merupakan model yang aktif untuk
yang mendorong guru menjaga isi pelajaran tetap utuh, dan memasukkan
keterampilan berfikir, bekerja sama, dan kecerdasan multiple dalam isi mata
pelajarannya. Pada model ini, pendekatan metakurikuler digunakan untuk mencapai
beberapa keterampilan dan tingkatan logika para siswa dengan berbagai mata
pelajaran. Misalnya, guru mempunyai target untuk membuat prediksi dalam
percobaan di laboratorium Matematika, IPA, Bahasa, yang pada saat bersamaan,
guru IPS mempunyai target dalam peramalan kejadian-kejadian saat ini, di mana
keseluruhan kegiatan tersebut membentuk suatu untaian keterampilan (membuat
ramalan) yang bersumber dari lintas berbagai mata pelajaran.
Model Keterpaduan (Integrated)
Model integrated merupakan pemaduan
sejumlah topik dari mata pelajaran yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam
sebuah topik tertentu. Topik evidensi yang semula terdapat dalam mata pelajaran
Matematika, Bahasa Indonesia, Pengetahuan Alam, dan Pengetahuan Sosial, agar
tidak membuat muatan kurikulum berlebihan cukup diletakkan dalam mata pelajaran
tertentu, misalnya Pengetahuan Alam. Contoh lain, dalam teks membaca yang
merupakan bagian mata pelajaran.
Bahasa Indonesia, dapat dimasukkan butir
pembelajaran yang dapat dihubungkan dengan Matematika, Pengetahuan Alam, dan
sebagainya. Dalam hal ini diperlukan penataan area isi bacaan yang lengkap
sehingga dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan berbagai butir pembelajaran dari
berbagai mata pelajaran yang berbeda tersebut. Ditinjau dari penerapannya,
model ini sangat baik dikembangkan di SD.
Kelebihan dari
model ini yaitu siswa saling mengaitkan, saling menghubungkan diantara
macam-macam bagian dari mata pelajaran. Keterpaduan secara sukses
diimplementasikan, pendekatan belajar yang lingkungan belajar yang ideal untuk
hari terpadu (integrated day)
secara eksternal dan untuk keterpaduan belajar untuk fokus internal. Selain itu
model ini juga mendorong motivasi murid.
Kekurangan yaitu
model ini sulit dilaksanakan secara penuh; membutuhkan keterampilan
tinggi,percaya diri dalam prioritas konsep, keterampilan dan sikap yang
menembus secara urut dari mata pelajaran; dan membutuhkan model tim ahli pada
bidang dan merencanakan dan mengajar bersama.
Adapun
langkah dan tahapan dalam pembelajaran terpadu model integrated, yaitu:
- Langkah guru merancang
program rencana pembelajaran dengan mengadakan penjajakan tema dengan cara
curah pendapat (brain stroming).
- Tahap pelaksanaan
melakukan kegiatan:
- Proses pengumpulan
informasi
- Pengelolaan informasi dengan
cara analisis komparasi dan sintesis
- Penyusunan laporan
dapat dilakukan dengan cara verbal, gravisi, victorial, audio, gerak, dan
model
- Tahap kulmunasi
dilakukan dengan:
- Penyajian laporan
(tertulis, oral, unjuk kerja, produk)
- Penilaian meliputi
proses dan produk dengan menggunakan prosedur formal dan informal dengan
tekanan pada penilaian produk.
Model ini merupakan pembelajaran terpadu yang
menggunakan pendekatan antar bidang studi, yaitu dengan cara menggabungakan
bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan
keterampilan, konsep dan sikap yang saling tumpang tindih didalam beberapa
bidang studi.
Model Celupan/Terbenam (Immersed)
Model immersed dirancang
untuk membantu siswa dalam menyaring dan memadukan berbagai pengalaman dan
pengetahuan dihubungkan dengan medan pemakaiannya. Dalam hal ini tukar
pengalaman dan pemanfaatan pengalaman sangat diperlukan dalam
kegiatan pembelajaran.
Kelebihan dari
model ini adalah setiap siswa mempunyai ketertarikan mata pelajaran yang
berbeda maka secara tidak langsung siswa yang lain akan belajar dari siswa
lainnya. Mereka terpacu untuk dapat menghubungkan mata pelajaran yang satu
dengan yang lainnya.
Kekurangan dari
model ini adalah siswa yang tidak senang membaca akan mendapat kesulitan untuk
mengerjakan proyek ini, sehingga siswa menjadi kehilangan minat belajar.
Pada
dasarnya langkah-langkah pembelajaran terpadu tipe immersed mengikuti
tahap-tahap yang dilalui dalam setiap pembelajaran terpadu yang meliputi tiga
tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Prabowo 2006; 4)
Menurut Hadisubroto (2000; 2), dalam
merancang pembelajaran terpadu setidaknya ada empat hal yang perlu diperhatikan
sebagai berikut: (1) menentukan tujuan, (2) menentukan materi/media, (3)
menyusun scenario KBM, dan (4) menentukan evaluasi. Secara rinci, tahap-tahap
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Tahap perencanaan,
terdiri dari :
- Menentukan jenis mata
pelajaran yang dipadukan.
- Memilih kajian materi,
standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator. Langkah ini akan
mengarahkan guru untuk menentukan sub-keterampilan dari masing-masing
keterampilan dalam satu unit pelajaran.
- Menentukan
sub-keterampilan yang dipadukan. Secara umum, keterampilan-keterampilan
yang harus dikuasai meliputi keterampilan berpikir (thinking skill),
keterampilan sosial (social skill), dan keterampilan mengorganisasi (organizing skill)
yang masing-masing terdiri atas sub-sub keterampilan.
- Merumuskan indikator
hasil belajar. Berdasarkan kompetensi dasar dan sub-keterampilan yang
telah dipilih, dirumuskan indikator. Setiap indikator dirumuskan
berdasarkan kaidah penulisan yang meliputi: audience, behaviour, condition,
dan degree.
- Menentukan
langkah-langkah pembelajaran. Langkah ini diperlukan sebagai strategi guru
untuk memadukan setiap sub-keterampilan yang telah dipilih pada setiap
langkah pembelajaran.
- Tahap Pelaksanaan.
Tahap ini meliputi skenario langkah-langkah pembelajaran. Menurut Samani
(dalam Lutfiana, 2006; 32) tidak ada model pembelajaran tunggal yang cocok
untuk suatu topik dalam pembelajaran terpadu. Dalam Depdiknas (1996; 6)
prinsip-prinsip pelaksanaan pembelajaran terpadu meliputi:
- Guru hendaknya jangan
menjadi aktor tunggal yang mendominasi pembicaraan dalam proses
pembelajaran.
- Pemberian tanggung
jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut
adanya kerja sama kelompok.
- Guru perlu mengakomodasi
ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam perencanaan.
- Tahap evaluasi. Tahap
ini dapat berupa evaluasi proses pembelajaran dan evaluasi hasil
pembelajaran. Tahap evaluasi sebagaimana termuat pada Depdiknas (dalam
Lutfiana, 2006; 32) hendaknya memperhatikan prinsip evaluasi pembelajaran
terpadu.
Model Jaringan (Networked)
Terakhir,
model networked merupakan
model pemaduan pembelajaran yang mengandaikan kemungkinan pengubahan konsepsi,
bentuk pemecahan masalah, maupun tuntutan bentuk keterampilan baru setelah
siswa mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang
berbeda-beda. Belajar disikapi sebagai proses yang berlangsung secara
terus-menerus karena adanya hubungan timbal balik antara pemahaman dan
kenyataan yang dihadapi siswa. Kelebihan dari
model ini adalah siswa memperluas wawasan pengetahuan pada satu atau dua mata
pelajaran secara mendalam dan sempit sasarannya.
Kekurangannya adalah
kemungkinan motivasi siswa akan berubah kedalaman materi pelajaran menjadi
dangkal secara tidak sengaja karena mendapat hambatan dalam mencari sumber.
(sumber: Robin Fogarty. 1991. How
to Integrate the Curricula. Illinois: Skylight Publishing).
Adapun langkah-langkah Model Pembelajaran
Networked adalah sebagai berikut:
- Guru menjelaskan
teknik menulis naskah pidato,
- Guru menjelaskan cara
mencari informasi tentang menulis naskah pidato dengan menggunakan
jaringan baik itu dari media elektronik ataupun media masa.
- Guru memberikan contoh
naskah pidato yang bersumber dari jaringan media elektronik ataupun media
masa,
- Guru membagi kelompok
siswa yang beranggotan 4-5 orang.
- Siswa melakukan
jaringan kerja sama dengan setiap kelompok untuk menulis naskah pidato
yang bersumber dari padangan mata yang disekitarnya ataupun dari jaringan
media elektronik dan media masa,
- Siswa mempresentasikan
hasil diskusi setiap kelompok,
- Guru membuat kesimpulan dari materi yang diajarkan