Tahapan Umum Pembelajaran Lengkap
Kegiatan Pembukaan
Pembelajaran
1. Pengertian
Kegiatan pembukaan
atau disebut juga dengan kegiatan pendahuluan, adalah suatu upaya untuk
menciptakan suasana atau kondisi siap belajar sebelum memasuki tahap kegiatan
inti pembelajaran. Kegiatan pembukaan dalam pembelajaran diklasifikasikan
kedalam tahap pra-instructional. Akan tetapi walaupun digolongkan
kedalam pra-instructional, sebenarnya sudah merupakan bagian
integral dari pembelajaran itu sendiri. Fungsi utama kegiatan awal (pra-instructional),
adalah untuk menciptakan kondisi siap belajar baik secara fisik , mental,
emosional dan bahkan sosial siswa. Dengan telah memiliki kesiapan yang baik
sejak awal, maka akan menjadi modal dasar yang sangat berharga bagi siswa untuk
mengikuti kegiatan pembelajaran pada tahap berikutnya, yaitu pada kegiatan inti
pembelajaran.
Secara umum
tahapan kegiatan pembelajaran itu digolongkan kedalam tiga bagian utama, yaitu
pembukaan (pendahuluan), kegiatan inti dan kegiatan penutup. Untuk lebih
jelasnya tahapan pembelajaran tersebut coba perhatikan bagan berikut ini:
Bagan diatas
menggambarkan bahwa tahap pertama dari kegiatan pembelajaran adalah
“Pembukaan”. Menurut Soli Abimanyu (1984, hlm. 12), yang dimaksud
dengan pembukaan pembelajaran pada dasarnya adalah “kegiatan yang dilakukan oleh
guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar
terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari”.
Dari pengertian
tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan membuka dalam pembelajaran,
pada hakikatnya merupakan langkah pertama yang dilakukan oleh guru untuk
menciptakan suasana atau kondisi awal sebelum memasuki tahap kegiatan inti
pembelajaran. Kualitas proses pembelajaran yang dilakukan pada kegiatan
selanjutnya (inti), sangat ditentukan oleh kondisi awal yang dilakukan
sebelumnya. Motivasi, perhatian, dan aktivitas siswa pada kegiatan inti, banyak
dipengaruhi oleh sejauhmana siswa sejak awal atau melalui kegiatan pembukaan
yang dilakukan telah memiliki kejelasan tujuan yang harus dicapai , manfaat
materi yang akan dipelajari, proses yang harus dilakukan , dan informasi lain
yang diterima diawal pembelajaran.
Waktu pembelajaran
sangat singkat, satu jam pembelajaran berkisar antara 40 s.d 45 menit. Oleh
karena itu, efisiensi waktu dalam kegiatan pembukaan harus diperhatikan, untuk
pembukaan biasanya hanya sekitar 5 menit. Bagaimana dengan waktu yang relatif singkat itu dapat
dimanfaatkan secara optimal, yaitu siswa telah memiliki kejelasan tujuan yang
harus dicapai, manfaat dari materi atau aktivitas yang dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran tersebut, dan informasi-informasi penting lainnya yang diharapkan
akan menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa untuk mengikuti kegiatan inti
pembelajaran dengan baik.
Sekilas nampaknya
kegiatan membuka pembelajaran dianggap cukup sederhana, guru masuk ke kelas,
menyampaikan salam dan terus dilanjutkan dengan kegiatan pembelajaran. Padahal
jika memperhatikan kembali hakikat membuka pembelajaran seperti yang telah
diuraikan sebelumnya, ternyata kegiatan membuka tidak sesederhana yang
diperkirakan. Oleh karena itu, kegiatan membuka dalam pembelajaran merupakan
bagian tak terpisahkan dari sistem pembelajaran secara keseluruhan, dan oleh
karena itu keterampilan membuka pembelajaran perlu dilatihkan, sehingga
diperoleh kemampuan yang profesional.
Bagi calon guru
maupun para guru yang berlatih meningkatkan keterampilan mengajar melalui
pembelajaran mikro, walaupun yang dilatihkan hanya unsur-unsur tertentu sesuai
dengan karakteristik pembelajaran mikro, dalam prosesnya tetap menempuh ketiga
tahapan umum pembelajaran diatas, yaitu dimulai dari pembukaan, kegiatan inti,
dan dilanjutkan dengan kegiatan penutup.
2. Unsur-unsur Kegiatan Membuka
Pembelajaran
Diawal sudah
dijelaskan bahwa kegiatan “Pembukaan Pembelajaran” merupakan bagian tak
terpisahkan dari pembelajaran itu sendiri. Kegiatan pembukaan pada intinya
yaitu untuk “menciptakan kondisi siap” bagi siswa (fisik, mental, emosional
maupun sosial) untuk mengikuti pembelajaran.
Berikut merupakan jenis-jenis kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan kondisi siap itu
(pembukaan) dalam pembelajaran.
a. Mengkondisikan pembelajaran (conditioning)
1) Menumbuhkan perhatian dan
motivasi
Perhatian dan
motivasi memiliki ikatan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan. Pada
intinya perhatian adalah kemampuan untuk memusatkan energipsikis (pikiran dan
perasaan) kepada suatu objek yang akan dipelajari. Makin terpusat perhatian
seorang siswa pada materi pembelajaran, akan semakin baik proses dan hasil
pembelajaran dicapai.
Motivasi merupakan
suatu energi atau kekuatan penggerak (motor) pada diri setiap individu yang
memprakarsai aktivitas, mengatur arah aktivitas dan memelihara kesungguhan
beraktivitas.
Tinggi dan
rendahnya motivasi seorang siswa memiliki hubungan yang erat dengan tingkat
perhatiannya. Contoh: Bila seorang siswa menaruh perhatian yang tinggi kepada
materi pecahan dalam matematika, karena merasa dibutuhkan dan terkait dengan
kehidupan nyata dalam sehari-hari, maka ia akan berusaha melakukan berbagai
aktivitas belajar (motivasi) untuk menguasai materi pecahan itu.
Dari contoh
diatas, bagaimana terlebih dahulu siswa menaruh perhatian kepada suatu objek,
karena objek itu menarik dan dibutuhkan oleh dirinya, sehingga akhirnya muncul
dorongan (motivasi) untuk beraktivitas belajar. Oleh karena itu implikasi bagi
guru, untuk menumbuhkan perhatian dan motivasi tersebut, antara lain bagaimana
meyakinkan kepada siswa bahwa materi yang akan dipelajari memiliki kegunaan dan
akan sangat dibutuhkan oleh siswa, baik pada saat ini maupun dimasa yang akan
datang.
2) Menciptakan sikap yang
mendidik
Pembelajaran
merupakan bagian dari proses pendidikan, sedangkan pendidikan merupakan proses
pendewasaan manusia. Oleh karena itu melalui kegiatan pembelajaran, selain
upaya untuk merubah perilaku siswa baik pengetahuan, sikap maupun keterampilan,
juga harus dimaksudkan dalam kerangka mencapai tujuan yang lebih luas yaitu
tujuan pendidikan itu sendiri. Dengan demikian sejak awal pembelajaran dimulai,
unsur-unsur pendidikan harus ditanamkan kepada siswa, dalam hal ini menanamkan
nilai-nilai yang perlu dimiliki oleh siswa. Misalnya bagaimana sebelum belajar
dimulai terlebih dahulu siswa dibiasakan untuk berdo’a, mentaati aturan-aturan
yang ditetapkan oleh pihak sekolah, disiplin, jujur, dan nilai-nilai lain yang
perlu dimiliki oleh siswa.
3) Menciptakan kesiapan belajar
siswa
Efektivitas
pembelajaran sangat dipengaruhi oleh tingkat kesiapan siswa belajar. Kesiapan
(readiness) pada dasarnya adalah gambaran kondisi individu siswa yang
memungkinkan siswa tersebut dapat belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat kesiapan seseorang individu antara lain: kematangan dan pertumbuhan
fisik, intelegensi atau kecerdesan, pengalaman yang dimiliki, hasil belajar
yang telah diraih dan faktor-faktor lainnya.
Pada saat
mengawali pembelajaran guru harus memiliki keyakinan bahwa siswanya telah
memiliki kesiapan untuk belajar. Untuk mengetahui tingkat kesiapan siswa,
idealnya memang terlebih dahulu harus dilakukan pengetesan kesiapannya, sebab
adakalanya individu yang memiliki tingkat kecerdesan realtif sama, mungkin
memiliki pola kemampuan mental yang berbeda, sehingga memiliki tingkat kesiapan
yang berbeda pula. Tapi itu rumit dan tidak akan cukup dengan waktu pembukaan
yang realtif singkat. Paling tidak guru dapat memahaminya dari reaksi secara
spontan yang ditunjukkan siswa pada saat mengawali pembelajaran.
4) Menciptakan suasana
pembelajaran yang demokratis
Suasana kelas yang
tegang, menakutkan, takut serba salah dan situasi-situasi yang mencengkram,
tidak kondusif untuk pembelajaran bahkan tidak mendidik bagi siswa. Oleh karena
itu sejak awal pembelajaran suasana kelas harus diciptakan yang dapat
memungkinkan siswa merasa senang, aman, bebas, merasa dihargai, dan kondisi
pembelajaran yang positif lainnya. Itulah salah satu inti dari pembelajaran
demokratis.
Dengan kata lain
pembelajaran demokratis adalah proses pembelajaran yang dilandasi oleh
nilai-nilai demokrasi, yaitu penghargaan terhadap kemampuan, menjunjung
keadilan, menerapkan kesamaan kesempatan, dan memperhatikan keragaman peserta
didik (siswa).
b. Melaksanakan kegiatan
apersepsi
1) Mengecek kehadiran siswa
Salah satu
kegiatan apersepsi yaitu dengan mengecek kehadiran siswa, yang dilakukan pada
saat akan memulai pembelajaran. Fungsi kegiatan mengecek kehadiran siswa,
selain sebagai salah satu bentuk untuk mengkondisikan awal pembelajaran, juga
untuk menegakkan disiplin. Belajar adalah proses aktivitas, siswa akan efektif
belajar jika secara langsung (fisik) mengikuti pembelajaran.Proses belajar siswa dilakukan
melalui alat indera yang dimilikinya antara lain yaitu melalui pendengaran
(auditif), penglihatan (visual), taktil (perabaan) dan kinestetik yang bersifat
keterampilan.
2) Mengecek pemahaman siswa
Salah satu bentuk
kegiatan apersepsi lainnya yaitu melalui pengecekan terhadap pemahaman siswa
berkenaan dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya, dan mengaitkannya
dengan materi yang akan dipelajari. Salah satu pengecekan terhadap pemahaman
siswa ini, yaitu untuk mengetahui sejauhmana materi yang telah dipelajari
dikuasai oleh siswa. Dari hasil pengecekan ini akan bermanfaat sebagai masukan
bagi guru dalam kegiatan tindak lanjut pembelajaran. Andaikata dari hasil
pengecekan itu hampir sebagian siswa belum menguasainya, maka kemungkinan dilakukan
pengulangan terlebih dahulu terhadap materi yang belum dikuasainya sebelum
melangkah pada materi baru.
Pengecekan
terhadap tingkat pemahaman siswa bukan hanya terhadap materi yang sudah
dipelajarinya, akan tetapi bisa dilakukan untuk mengecek terhadap materi yang
akan diberikan. Dalam istilah pembelajaran tes yang diberikan terhadap materi
yang akan diberikan disebut dengan pre-test, yaitu tes yang bertujuan untuk
mengetahui sejauhmana siswa telah memiliki pemahaman terhadap materi yang akan
diberikan.
Menurut teori
konstruktivisme, siswa telah dibekali dengan berbagai pengalaman yang diperoleh
dari berbagai aktivitas dan kegiatan belajar yang dilakukannya. Oleh karena itu
menurut konstruktivisme, siswa datang ke sekolahtidak dalam keadaan hampa.
Dengan demikian tugas guru adalah mengkonstruksi terhadap pengalaman yang
dimilikinya itu, salah satu diantaranya yaitu dengan cara memberi kesempatan
kepada siswa untuk menyampaikan pendapat, merespon terhadap materi yang akan
diberikan.
3) Menyampaikan tujuan/kompetensi
Sejak awal atau
pada saat akan memulai pembelajaran, terlebih dahulu siswa harus memiliki
kejelasan terhadap tujuan atau kompetensi yang harus dicapai dari kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukannya. Kejelasan tujuan atau kompetensi yang
disampaikan bukan hanya keterkaitan dengan materi pembelajaran saja, melainkan
lebih luas lagi yaitu manfaat apa yang akan didapat siswa. Oleh karena itu
yakinkan kepada siswa bahwa tujuan atau kompetensi tersebut diperlukan bagi
siswa baik untuk masa kini maupun bagi masa yang akan datang terkait dengan
tugas hidup dan kehidupan yang akan dihadapinya.
4) Menjelaskan kegiatan-kegiatan
(pengalaman) pembelajaran yang harus dilakukan
Setelah tujuan
atau kompetensi pembelajaran yang akan dicapai jelas dipahami oleh siswa, dalam
awal pembelajaran siswa pun harus diarahkan bagaimana kegiatan pembelajaran
yang harus dilakukannya untuk mencapai tujuan tersebut. Misalnya apakah melalui
diskusi, membaca secara analisis, melakukan percobaan, simulasi dan
mendemonstrasikan, memecahkan masalah, observasi dilapangan, mengamati dan lain
sebagainya.
Setiap jenis
kegiatan atau pengalaman belajar yang akan dilakukan tentu saja harus
disesuaikan dengan tujuan, karakteristik materi maupun ketersediaan sarana dan
fasilitas pendukung pembelajaran. Keuntungan memberitahukan jenis kegiatan yang
akan dilakukan, sejak awal pembelajaran siswa sudah mempunyai bayangan dan
mempersiapkan diri apa yang harus dilakukan dalam kegiatan pembelajaran
tersebut.
Dalam membuka pembelajaran,
tidak berarti setiap unsur dalam kegiatan membuka pembelajaran diatas itu mesti
dilakukan secara bersamaan pada saat kegiatan membuka pembelajaran. Unsur-unsur
yang tercakup dalam kegiatan membuka pembelajaran tersebut bersifat pilihan,
dimana boleh memilih jenis kegiatan apa yang cocok dilakukan disesuaikan dengan
situasi dan kondisi pada saat pembelajaran akan berlangsung. Boleh jadi dan
sangat diharapkan secara kreatif dan inovatif dapat memunculkan jenis kegiatan
yang lain yang dianggap lebih efektif untuk menciptakan kondisi awal
pembelajaran.
B. Kegiatan Inti
Pembelajaran
1. Pengertian
Kegiatan inti
pembelajaran pada dasarnya adalah kegiatan pokok siswa untuk mempelajari materi
yang telah direncanakan. Pembelajaran adalah proses interaksi, yaitu interaksi
antara siswa dengan lingkungan pembelajaran termasuk didalamnya materi
pembelajaran. Dengan demikian kegiatan inti pembelajaran dengan kata lain
adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungan pembelajaran untuk
mencapai tujuan atau kompetensi pembelajaran yang telah direncanakan.
Dalam aspek
pembelajaran, guru merupakan bagian dari lingkungan pembelajaran. Oleh karena
itu tugas guru dalam kegiatan inti pembelajaran terutama adalah bagaimana
memfasilitasi kegiatan belajar siswa untuk terjadinya proses pembelajaran.
Sebagai fasilitator pembelajaran, guru dalam melakukan kegiatan inti
pembelajaran tidak mendominasi kegiatan pembelajaran, melainkan bagaimana guru
memfungsikan dirinya sebagai motivator untuk membangun aktivitas belajar siswa.
2. Unsur-unsur Kegiatan Inti
Pembelajaran
Dalam peraturan
pemerintah (PP No. 19 Tahun 2005) tentang standar nasional pendidikan
dinyatakan “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi secara aktif, serta memberikan ruang gerak yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik” (Bab IV Pasal 19 ayat 1).
Jika disimpulkan
bunyi pernyataan pasal diatas, bahwa dalam setiap kegiatan pembelajaran harus
mencerminkan delapan unsur pokok:
a. Interaktif, yaitu
proses komunikasi pembelajaran harus dijalin melalui hubungan secara
interaktif. Dari guru ke siswa, siswa ke guru, siswa dengan siswa maupun siswa
dengan sumber pembelajaran lain yang lebih luas.
b. Inspiratif, yaitu
melalui pembelajaran yang dilakukan harus mendorong siswa secara aktif,
inovatif menemukan gagasan baru yang bisa diterapkan dalam memecahkan
permasalahan dan bermanfaat bagi kehidupan siswa baik dimasa kini maupun dimasa
yang akan datang.
c. Menyenangkan, yaitu suasana pembelajaran harus diciptakan secara
menyenangkan sehingga siswa merasa aman dan bebas untuk berkreasi
melakukan aktivitas pembelajaran untuk memperoleh hasil pembelajaran
secara efektif dan efisien.
C. Kegiatan Penutup Pembelajaran
1. Pengertian
Kegiatan penutup pembelajaran merupakan
tahap mengakhiri pembelajaran. Namun maksud dari menutup pembelajaran disini
bukan hanya mengakhiri pembelajaran pada saat itu melainkan dengan menutup
pembelajaran memberikan gambaran yang menyeluruh tentang apa yang di pelajari
siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa baik pengetahuan, sikap maupun
ketrampilan terkait dengan materi pembelajaran yang telah di capai dengan kata
lain kita harus mengevaluasi pembelajaran tersebut. Untuk dapat memperoleh
informasi tersebut maka beberapa cara yang dapat dilakukan guru misalnya
membuat kesimpulan, meriview, memberikan tugas dan kegiatan-kegiatan lain yang
sejenis.
2. Jenis-jenis Kegiatan Menutup
Pembelajaran
Ada beberapa jenis kegiatan dam menutup pembelajaran,
diantaranya:
a. Merangkum
Yaitu saat menutup pembelajaran guru
membuat rangkuman mengenai pokok-pokok materi yang telah di pelajari. Sehingga
di harapkan siswa dapat memiliki pemahaman yang utuh baik mengenai konsep,
teori, prinsip maupun gagasan utama dari materi pembelajaran yang telah di
pelajari. Kegiatan merangkum ini bisa di lakukan siswa dengan bimbingan guru
atau juga bisa di lakukan guru dengan menyampaikan pokok-pokok materi
pembelajaran di hadapan siswa.
b. Mengajukan pertanyaan
Dengan mengajukan pertanyaan akan membuat
siswa terdorong untuk berpikir kembali dengan cara menyampaikan pemahamanya
mengenai materi yang telah di pelajari. Dari pertanyaan yang di ajukan guru
dapat memperoleh gambaran sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang
sudah di sampaikan dan dapat mengetahui materi-materi mana yang belum di pahami
siswa.
c. Menyimpulkan
Yaitu membuat kesimpulan yang
menggambarkan pokok isi materi pembelajaran yang telah di pelajari. Membuat
kesimpulan tidak bisa di lakukan oleh guru saja, melainkan juga bisa di buat
oleh siswa dengan bimbingan guru sehingga guru dapat memperoleh informasi
mengenai tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang di berikan.
d. Memberikan tugas
Saat menutup pembelajaran guru memberikan
tugas kepada siswa sehubungan dengan materi yang sudah di berikan. Tugas yang
di berikan di buat untuk dapat membuat siswa mengaplikasikan pemahamnaya dalam
kehidupan sehari-hari. Sehingga melalui tugas tersebut siswa di rangsang untuk
berpikir kembali materi yang di telah di pelajari dan guru memperoleh masukan
sejauh mana pemahaman siswa berkaitan dengan penguasaan materi tersebut.
e. Refleksi
Ketika menutup pembelajaran,
guru mengajak siswa dengan cara yang jujur, terbuka untuk merenungkan kembali
terhadap aktivitas pembelajaran yang telah di lakukan, mengecek kembali materi
yang sudah dikuasai dan materi yang mana yang masih belum di pahami atau sama
sekali belum mengerti. Selain memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan
pengecekan terhadap hasil belajar yang di peroleh siswa juga di ajak untuk
merenung kaitan, manfaat maupun penerapan dari materi yang telah di pelajari
dalam hubungan dengan tugas-tugas kehidupan yang nyata.
f. Memberikan tes
Salah satu alternatif lain dalam menutup
pembelajaran adalah dengann cara memberikan tes yaitu dengan memberikan
pertanyaan baik secara lisan, tulisan maupun tindakan. Dengan tes
ini dapat membuat siswa berpikir kembali materi yang telah di pelajari maupun
pengalaman dan pemahaman setiap siswa terkait dengan aktivitas maupun materi
siswa yang telah di pelajari. Melalui jawaban siswa guru akan memperoleh
gambaran tingkat pemahaman siswa.
Keenam kegiatan tersebut merupakan alternatif dalam
menutup pembelajaran. Guru tentu saja dapat mencari atau mengembangkan bentuk
maupun jenis kegatan lainnya yang dapat dilakukan untuk menutup pembelajaran.
Intinya dari setiap jenis kegiatan menutup pembelajaran adalah untuk
mengakhiri pembelajaran dengan maksud untuk memberikan pemahaman yang utuh
kepada siswa sekaligus untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap
materi yang di pelajari.
3. Hasil Belajar
Menurut W. Winkel
(1989, hlm. 82) “hasil belajar adalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa,
yakni prestasi belajar siswa di sekolah yang mewujud dalam bentuk angka”.
Menutur Winarno Surakhmad (1980, hlm. 25) “hasil belajar siswa bagi kebanyakan
orang berarti ulangan, ujian, atau tes. Maksud ujian tersebut ialah untuk
memperoleh suatu indeks dalam menentukan keberhasilan belajar siswa”. Sedangkan
menurut Nana Sudjana (2010, hlm. 22) “hasil belajar adalah kemampuan yang
dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Selanjutnya Warsito dalam
Depdiknas (2006, hlm. 125) mengemukakan bahwa “hasil dari kegiatan belajar
ditandai dengan adanya perubahan perilaku ke arah positif yang relatif permanen
pada diri orang yang belajar. Sehubungan dengan pendapat itu, Wahidmurni,
Alifin Mustikawan & Ali Ridho (2010, hlm. 18) menjelaskan bahwa “seseorang
dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukan adanya
perubahan dalam dirinya”.
Hasil pembelajaran yang harus dicapai
dapat diklasifikasikan kedalam lima jenis yaitu:
a. Informasi verbal, yaitu dari proses
pembelajaran yang telah dilakukan oleh siswa sebagai salah satu indikatornya
adalah kemampuan untuk mengungkapkan kembali pengetahuan atau pengalaman
belajar yang telah dilakukannya dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan.
Misalnya bagaimana siswa dapat menjelaskan kembali pokok-pokok mater maupun
membuat kesimpulan sebagai hasil belajar menggunakan bahasanya sendiri.
b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan
siswa untuk menghubungkan materi yang sudah di pelajari dengan masalah-masalah
nyata dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain yang dimaksud ketrampilan
intelek adalah hasil belajar siswa tidak hanya cukup dengan telah dikuasainya
sejumlah konsep, melainkan yang lebih penting bagaimana siswa mampu menggunakan
pengetahuan dari hasil belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah yang di
hadapinya. Sehingga pembelajaran tersebut bermakna dan bermanfaat bagi siswa.
c. Keterampilan motorik yaitu hasil
pembelajaran yang telah dilakukan oleh siswa harus tercerminkan dalam kemampuan
melaksanakan tugas-tugas gerak yang terkoordinasi dalam bentuk fisik atau
jasmani. Misalnya saat siswa sudah mempelajari teknologi informasi dalam entuk
komputer, mereka menjadi terampil bagaimana mengoprasikan komputer dari mulai
menyalakan, mengoprasikan sampai pada mematikan komputer tersebut.
d. Sikap yaitu melalui pengetahuan dan
pemahaman yang telah dimiliki siswa dari hasil pembelajarannya, harus mampu
menunjukan sikap atau menentukan pendapat seperti menerima atau menolak
terhadap terhadap suatu objek berdasarkan hasil penilaian terhadap objek yang
di hadapinya.kemampuan menentukan pendapat ya atau tidak, bagi yang tidak
melakukan proses pembelajaran pada awalnya, tentu saja pendapatnya itu mungkin
saja dikemukakan dengan asal-asalan. Lain lagi kalau pada awalnya telah
melengkapi diri dengan wawasan, pemahaman terkait dengan objek yang di
hadapinya, maka ketika menentukan pendapat atau sikapnya itu dilakukan melalui
pemikiran analitis sehingga akhirnya sampai pada kesimpulan bersikap teguh pada
pendirianya menerima atau menolak.
e. Siasat kognitif yaitu kemampuan siswa
menggunakan pemikiranya secara tajam dan komprehensif berkenaan
dengan konsep maupun prinsip yang telah dikuasai dari hasil penbelajaran dalam
memecahkan permasalahan atau ketika merespon terhadap stimulus yang
dihadapinya. Dari hasil belajar yang telah dilakukannya, melalui siasat
kognitif ini menjadi terbiasa menggunakan pikiranya secara kreatif dan inovatif
mencari berbagai stategi sehingga pada akhirnya menemukan pemecahan yang tepat.