Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sketsa Pesta



Kepala-kepala batu berpesta air tuba
Mengalir ke setiap tenggorokan
Yang dahaga akan sumpah serapah
Menjelma menjadi peradaban kota
Penuh nuansa pisau pencabik tulang
Demokrasi kian congkak
Menjadikan aku alas kaki
Kaki tangan, tangan kanan bahkan otak udang

Sementara dijalanan,
Sepasang sendok dan garpu berkarat
Menghujam dibening air mata bocah kumal
Tangannya gemetar mengakrabi rasa lapar
Datang sebagai pecundang

Kepala-kepala batu datang kembali sebagai penguasa
Mewakili sepotong roti yang engkau sisakan dijalanan
Padahal lidah-lidah mengenaskan meneteskan air liur
Kita tonton dengan menampilkan mata berkaca-kaca
Sebagai topeng kemunafikan

Aku kenali engkau politikus
Jiwa yang gelisah dalam keriangan tanpa teman
Hingga kata-kata yang mengalir dari mulut busukmu
Tak begitu indah lagi

Segera akan kusaksikan engkau
Menjadi rimba sunyi tanpa penghuni
Diselimuti kabut kelam dalam bayangan belantaramu sendiri
Tanpa istana kata-kata bersahutan lagi

Sekali lagi setelah pesta berakhir,
Akan kita reguk bersama
Ribuan nyamuk, kutu busuk !
Dalam jaring puisi
Bahwa peradaban kota telah retak

Amang S Hidayat

Tasikmalaya, 28 Agustus 2016