Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Prinsip-Prinsip Belajar Dan Pembelajaran Untuk Anak

A.  Pendekatan dalam Pendidikan Anak
            Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, psikis, sosial, moral, spiritual maupun emosional. Anak usia dini merupakan sosok individu yang membutuhkan stimulus untuk membantu aspek-aspek perkembangannya. Merujuk pada peraturan pemerintahan No.19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan , pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggrakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasin aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikollogis peserta didik. Beberapa pendekatan terhadap anak usia dini (Sujiono,200;84-90) :
1.    Berorientasi pada kebutuhan anak Artinya penerapan metode harus berpusat pada anak berdasarkan kebutuhan dan kondisi anak. Bukan berdasarkan keinginan dan kemampuan pendidik. Artinya seorang pendidik harus bisa menyesuaikan diri terhadap kebutuhan anak bukan anak yang harus menyesuaikan keinginan dari seorang pendidik. Merajuk pada karakteristik anak didik bahwa anak didik harus dipandang sebagai subjek yaitu pribadi yang memiliki kedirisendirian, dan kebebasan dalam mewujudkan dirinya sendiri. Dengan demikian anak harus diberikan kesempatan untuk terlihat secara aktif baik fisik maupun mentalnya.
2.    Berorientasi pada perkembangan anak
Proses perkembangan manusia secara utuh telah dimulai sejak dalam janin dalam kandungan sampai usia 6 tahun. Pada masa ini sering kita kenal dengan The Golden Age (Usia emas) merupakan masa peka anak karena pada maa ini perkembangan kecerdasan anak sedang mengalami peningkatan. Perkembangan merupakan suatu proses yang kumulatif artinya perkembangan terdahulu akan menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya. Banyak yang meyakini bahwa anak memiliki lebih dari satu bakat maka dari itu dibutuhkan stimulus-stimulus untuk membantu mengembangan bakat yang dimiliki oleh anak dengan pembelajaran sesuai dengan perkembangannya.
3.      Anak usia dini belajar melalui bermain
Bermain merupakan kegiatan yang memberikan kepuasan bagi setiap individu karena dengan bermain merupakan kegiatan yang akan memberikan kesenangan. Bagi setiap anak tidak akan terlepas dengan kegiatan bermain karena bermain merupakan kebuhan bagi anak. Karena dengan bermain anak dapat mempelajari banyak hal, tanpa disadari dan tanpa terbebani. Melalui bermain banyak manfaat yang diberikan kepada anak seperti bersosialisasi, mengontrol emosi, toleransi, kerjasama, sosialisasi, kecerdasan mental, bahasa, dan motorik.
Dalam setiap aktivitas anak usia dini selalu ada unsur bermain, bagi setiap anak usia dini bermain jauh lebih menyenangkan serta memudahkan mencapai tujuan pembelajaran oleh karena itu sebagai seorang pendidik kita dituntut untuk menjadi pendidik yang kreatif dan inovatif dalam memberikan bahan pembelajaran melalui proses bermain. Sebagai seorang pendidi pun harus mampu memilih jenis permainan yang tepat untuk diberikan kepada anak. Bermain sebagai pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan perkembangan usia anak.
B.     Prinsip-Prinsip Belajar dan Pembelajaran
       Prinsip-prinsip pembelajaran adalah bagian terpenting yang wajib diketahui para pengajar sehingga mereka bisa memahami lebih dalam prinsip tersebut dan seorang pengajar bisa membuat acuan yang tepat dalam pembelajarannya. Dengan begitu pembelajaran yang dilakukan akan jauh lebih efektif serta bisa mencapai target tujuan.
                   Adapun pengertian selajutnya mengenai prinsip belajar adalah konsep-konsep yang harus diterapkan didalam proses belajar mengajar . Seorang guru akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik apabila ia dapat menerapkan cara mengajar yang sesuai dengan prinsip-prinsip orang belajar. Dengan kata lain supaya dapat mengotrol sendiri apakah tugas-tugas mengajar yang dilakukannya telah sesuai dengan prinsip-prinsip belajar maka guru perlu memahami prinisp-prinsip belajar itu.
 Dapat disimpulkan bahwa prinsip pembelajaran pada anak usia dini adalah konsep pengelolaan yang harus diterapkan pada proses pembelajaran agar pembelajaran yang dilakukan akan jauh lebih efektif dan kondusif Berikut beberapa prinsip pembelajaran pada anak usia dini :
1.       Sebagai Pembelajaran Aktif
            Kecenderungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa di paksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa di limpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. John Dewey mengemukakan, bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri, guru hanya sekedar pembimbing dan pengarah   
            Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu untuk mencari, menemukan, dan menggunakan pengetahuan yang telah di perolehnya. Dalam proses belajar-mengajar anak mampu megidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan, dan menarik kesimpulan. Pendidikan yang dirancang secara kreatif akan menghasilkan pembelajar yang aktif. Proses pendidikan seperti ini merupakan wujud pembelajaran yang bertumpu pada aktivitas belajar anak secara aktif atau yang dikenal dengan istilah cara belajar siswa aktif ( CBSA = student active learning)
            Dalam proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan.  Metode yang diberikan kepada anak berbentuk pemecahan masalah dan penyampaian penemuan mereka. Pendidik hanya berfungsi sebagai pengawas dan mediator. Dengan demikian, anak dituntut untuk aktif dan bekerja produktif untuk menemukan pengetahuan.
            Contoh : ketika bermain balok, biarkan anak membangun bangunan sesuai dengan imajinasi nya sendiri, guru hanya sebatas mengawasi dan bertanya pada saat anak selesai bermain tentang bangunan yang telah dibuatnya.
2.    Anak Belajar melalui sensori dan panca indera
     Anakmemperolehpengetahuanmelaluisensorinya. Anak dapat melihat melalui matanya, anak dapat mendengarkan bunyi melalui pendengarannya, anak dapat membedakan bau memalui hidung nya, dan anak dapat mengetahui aneka rasa melalui lidahnya. Olehkarenanya, pembelajran pada anak hendaknya mengarahkan anak  pada berbagai kemampuan yang dapat dilakukan oleh seluruh inderanya.
     Menurut pandangan montesorri dalam (Sujiono, 2013) meyakini bahwa panca indera adalah pintu gerbang masuknya berbagai pengetahuan ke dalam otak manusia (anak), maka seluruh panca indera harus memperoleh kesempatan untuk berkembang sesuai fungsinya, pendidik harus menyiapkan alat-alat permainan yang sederhana untuk mengembangkan panca indera anak.
     Dalam konsep ini pula anak mengeksploitasikan semua inderanya  baik penciuman, perasa, peraba, penglihatan dan pendengaran. Anak dapat belajar mengenai apa yang dilihat, didengar.
3.    Anak membangun pengetahuan sendiri,
              Menurut Pestalozzi dalam (Sujiono, 2013) pendidikan pada hakikatnya usaha pertolongan pada anak agar anak mampu menolong dirinya sendiri. Pestalozzi berpandangan bahwa pengamatan anak pada sesuatu akan menimbulkan pengertian, bahkan pengertian yang tanpa pengamatan merupakan sesuatu pengertian yang kosong.
       Sejak lahir anak anak diberi kemampuan yang berbeda. Sebagai seorang pendidik dan orantua harus memberikan rangsangan kepada anak untuk menambah dan mengembangkan pengetahuannya dengan caranya sendiri, anak diberikan fasilitas yang dapat menunjang untuk membangun pengetahuannya sendiri.
Anak diajak untuk berfikir, percaya diri dan kreatif dalam mencari  dan mendapatkan pengetahuannya. Pendidikdan orang tua hanya berfungsi sebagai fasilitator. Dan setiap anak diharapkan dapat menambah dan membangun pengetahuannya sendiri melalui media lain seperti media cetak atau elektronik. 
4.        Anak berfikir melalui benda konkret
       Dalam konsep ini anak harus diberikan benda-benda yang nyata agar anak tidak  menerawang atau kebingungan. Maksudnya anak dirangsang agar berpikir dengan metode pembelajaran yang menggunakan benda nyata sebagai contoh materi pembelajaran.
Anak lebih mengingat suatu benda yang dapat dilihat, dipegang lebih membekas dan dapat diterima oleh otak. Pada kegiatan ini anak dapat berpikir melalui media (benda konkret) atau yang terdekat dengan cara langsung. Anak usia dini dapat menyerap pengalaman dengan mudah melalui benda-benda konkret. Maka dari itu dianjurkan untuk menggunakan media yang nyata dalam pembelajaran.
Sebagai contoh, apabila menjelaskan tentang benda-benda yang ada di alam lebih baik dibawa langsung ke lokasi agar anak dapat melihat, mengamati dan menikmati keadaan alam tersebut
5.    Anakbelajardarilingkungan
“Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan dengan sengaja dan terencana untuk membantu anak mengembangakan otensi secara optimal sehingga anak mampu beradaptasi dengan lingkungannya”. Dari pengertian tersebut mengandung makna bahwa tujuan akhir dari pendidikan adalah kemampuan anak beradaptasi dengan ligkungan dalam arti yang luas. Dengan demikian seharusnya tujuan pendidikan menjadi dasar untuk mengarahkan berbagai proses pendidikan (pembelajaran) agar mendekatkan anak dengan lingkungan.
            Alam sebagai sarana pembelajaran hal ini didasarkan pada beberapa teori pembelajran yang yang menjadikan alam sebagai sarana yang tak terbatas bagi anak untuk bereksplorasi dan berinteraksi dengan alam dalam membangun pengetahuannya.
            Out bound learning merupakan salah satu model pembelajaran di mana hampir 90% kegiatan dilakukan dengan berinteraksi dengan alam.
            Vaquette dalam (Sujiono, 2013) mengemukakan terdapat tiga aspek penting dalam alam yaitu :
·           Alam merupakan ruang lingkup untuk menemukan kembali jati diri
·      Alam meruapakan ruang lingkup yang dapat dieksplorasi
·      Peranan pendidik di lokasi kegiatan.
Seorang pedagog harus sekaligus menjadi pengajar, pendidik, seta pembimbing kegiatan. Sebagai pengajar yang baik harus dapat memberikan pengetahuan yang dpat diterapkan oleh para muridnya.
1.    Perbedaan individual

            Setiap siswa memiliki karakteristi sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan yang lain. Karena hal inilah, setiap siswa belajar menurut tempo (kecepatan)nya sendiri dan untuk setiap kelompok umur terdapat variasi kecepatan belajar.

            Guru sebagai penyelenggara kegiatan pembelajaran dituntut untuk memberikan perhatian kepada semua keunikan yang melekat pada setiap siswa. Dengan kata lain, guru tidak mengasumsikan bahwa siswa dalam kegiatan pembelajaran merupakan satu kesatuan yang memiliki karakteristik yang sama. Konsekuensi logis dalam hal ini, guru harus mampu melayani setiap siswa sesuai karakteristik orang per orang.
A.    Prinsip-Prinsip Implikasi Belajar Bagi Guru
                        Guru sebagai penyelenggara dan pengelola kegiatan pembelajaran terimplikasi oleh adanya prinsip-prinsip belajar. Implikasi prinsip belajar bagi guru tertampak pada rencana pembelajaran maupun pelaksanaan kegiatan pembelajarannya. Implikasi ini bagi guru terwujud dalam perilaku fisik dan psikis mereka.
1.      Guru menggunakan metode secara bervariasi.
2.      Guru menggunakan media sesuai dengan tujuan belajar dan materi yang diajarkan.
3.      Guru menggunakan gaya bahasa yang tidak monoton.
4.      Guru mengemukakan pertanyaan-pertanyaan membimbing (direction question).
5.      Memilih bahan ajar sesuai minat siswa.
6.       Menggunakan metode dan tehnik mengajar yang disukai siswa.
7.      Mengoreksi sesegara mungkin pekerjaan siswa dan sesegera mungkin memberi tahukan hasilnya.
8.       Memberikan tugas secara individual dan berkelompok.
9.      Memberikan kesempatan pada siswa melaksanakan eksperimen.
10.  Mengadakan tanya jawab dan diskusi.
11.  Mementingkan eksperimen langsung oleh siswa dibandingkan engan demonstrasi.
12.  Menggunakan media yang langsung digunakan oleh siswa.
13. 
Menentukan penggunaan berbagai metode yang diharapkan dapat melayani kebutuhan siswa sesuai karakteristiknya.
14.  Merancang pemanfaatan berbagai media dalam menyajikan pesan pembelajaran.
15.  Mengenali karakteristik setiap siswa sehingga dapat menentukan perlakuan pembelajaran yang tepat bagi siswa yang bersangkutan.