Konsep Dasar Belajar dan Pembelajaran
A.
Definisi
Belajar dan Pembelajaran
1.
Definisi
Belajar
Banyak definisi yang diberikan
tentang belajar. Darsono (2000: 14) mengemukakan bahwa belajar diartikan
sebagai perubahan tingkah laku pada individu berkat adanya interaksi antara
individu dengan yang lain, diantara individu dengan lingkungannya. Faktor
lingkungan sangat mempengaruhi dalam proses belajar. Perubahan tingkah laku
seseorang terjadi disebabkan oleh interaksi dengan orang lain.
Sedangkan menurut Gagne (1984),
belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisasi
berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.
a.
Perubahan
Perilaku
Belajar menyangkut perubahan dalam suatu
organisme. Hal ini berarti bahwa belajar membutuhkan waktu. Untuk mengukur
belajar, kita membandingkan cara organisme itu berperilaku pada waktu 1 dengan
cara organisme itu berperilaku pada waktu 2 dalam suasana yang serupa. Bila
perilaku dalam suasanan serupa itu berbeda untuk waktu itu, kita dapat
berkesimpulan bahwa telah terjadi belajar.
b.
Perilaku
Terbuka
Belajar yang kita simpulkan terjadi
bila perilaku hewan-hewan, termasuk manusia berubah. Perilaku menyangkut aksi
atau tindakan. Hal yang menjadi perhatian utama ialah perilaku verbal manusia sebab
dari tindakan-tindakannya menulis dan berbicara manusia, dapat kita tentukan
apakah perubahan-perubahan dalam perilaku telah terjadi. Perilaku berbicara,
menulis, bergerak, dan lain-lainnya. Perilaku terbuka organisasi selalu menjadi
pusat perhatian kita. Para ahli psikologi menganggap perilaku terbuka sebagai
suatu tanda untuk menyimpulkan apa yang terjadi dalam pikiran seseorang.
c.
Belajar
dan pengalaman
Komponen
terakhir dalam definisi belajar ialah “sebagai suatu hasil pengalaman”. Istilah
pengalaman membatasi macam-macam perubahan perilaku yang dapat dianggap
mewakili belajar. Batasan ini penting dan sulit untuk didefinisikan. Biasanya
batasan ini dilakukan dengn memperhatikan penyebab-penyebabb perubahan dalam perilaku
yang tidak dapat dianggap sebagai pengalaman. Jadi, perubahan perilaku seperti
yang disebabkan oleh kelelahan, adaptasi indra, obat-obatan, dan kekuatan
mekanis, tidak danggap sebagai perubahan yang disebabkan oleh pengalaman
sehingga tidak dianggap sebabai bahwa belajar telah terjadi.
d. Belajar
dan kematangan
Proses lain yang menghasilkan
perubahan perilaku, yang tidak termasuk belajar ialah kematangan. Perubahan
perilaku yang disebabkan oleh kematangan terjadi bila perilaku itu disebabkan
oleh perubahan-perubahan yang berlagsung dalam proses pertumbuhan dan
pengembangan organisme-organisme secara fisiologis. Berjalan dan berbicara
berkembang dalam manusia pada umumnya lebih banyak disebabkan oleh kematangan
ini daripada oleh belajar.
2. Definisi
Pembelajaran
Instruction atau
pembelajaran adalah suatu sistem yang nertujuan untuk membatu proses belajar
siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian
rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang
bersifat internal. (Gagne dan Briggs. 1979)
Dengan
demikian dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang
melinatkan beberapa komponen :
a.
Siswa
Seseorang yang bertindak sebagai
pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan.
b.
Guru
Seseorang yang bertindak sebagai
pengelola, katalisator, dan peran lainnya yang memungkinkan berlangsungnya
kegiatan belajar mengajar yang efektif.
c.
Tujuan
Pernyataan tentang perubahan perilaku
(kognitif, psikomotorik, afektif) yang diinginkan terjadi pada siswa setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran.
d.
Isi
pelajaran
Segala informasi berupa fakta,
prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
e.
Metode
Cara yang teratur untuk memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan mereka
untuk mencapai tujuan.
f.
Media
Bahan pengajaran dengan atau tanpa perlatan
yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa.
g.
Evaluasi
Cara tertentu yang digunakan untuk
menilai suatu proses dan hasilnya.
B.
Tujuan
Belajar dan Pembelajaran
Tujuan belajar adalah sejumlah hasil
belajar yang menunjukan bahwa siswa telah melakukan tugas belajar, yang umumnya
meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan
tercapai oleh siswa.
Tujuan pembelajaran adalah kebutuhan
siswa, mata ajaran, dan guru itu sendiri. Berdasarkan kebutuhan siswa dapat
ditetapkan apa yang hendak dicapai dan dikembangkan dan diapresiasikan.
Berdasarkan mata ajaran yang ada dalam petunjuk kurikulum dapat ditentukan
hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. Guru sendiri adalah sumber utama tujuan
bagi para siswa dan dia harus mampu menulis dan memilih tujuan pendidikan yang
bermakna dan dapat diukur.
C.
Ciri-ciri
belajar
Adapun ciri-ciri belajar sebagai berikut
:
1. Adanya
kemampuan baru aau adanya perubahan tingkah laku bersifat pengetahuan
(kognitif) keterampilan (psikomotorik) maupun nilai dan sikap (apektif).
2.
Perubahan itu tidak berlangsung sesaat
saja melainkan mantap atau dapa disimpan.
3.
Perubahan itu tidak terjadi begitu saja
melainkan harus dengan usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan ligkungan.
4.
Perubahan tidak semata-mata oleh
pertumbuhan fisik/dewasa, tidak karena kelelahan, penyakit ataupun
pengaruh obat-obatan.
D.
Hakikat
Teori-teori Belajar dan Pembelajaran
Yaitu suatu kegiatan yang dilakukan
agar proses belajar dapat berjalan secara efektif dan faktor yang mempengaruhi
pembelajaran yaitu :
1.
Intern
yaitu yang berasal dari dalam diri guru itu sendiri sebagi penyaji materi ajar. Diantaranya : persiaan mental, kesesuaian tugas dan tanggungjawa, penguasaan
bahan pembelajaran, kondisi fisik
dan psikis, motivasi kerja.
2.
Ekstern
yaitu yang berasal dari luar diri guru. Diantaranya : keluarga, lingkungan, pergaulan, masyarakat.
E. Definisi Teori Belajar dan Fungsinya
1.
Definisi teori belajar Menurut Annisa
Ratna Sari 2006, Aliran Teori Belajar :
a.
Aliran
Tingkah Laku (Behaviorisme) : menekankan pada “hasil” daripada proses belajar.
Menurut teori ini, belajar adalah
perubahan tingkah laku. Seseorang dianggap telah belajar bila ia mampu
menunjukkan perubahan tingkah laku. Menurut teori ini yang terpenting adalah
input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Sedang apa yang
terjadi diantara stimulus & respon dianggap tak penting diperhatikan sebab
tidak bisa diamati. Yang bisa diamati hanyalah stimulus & respon. Faktor
lain yang penting adalah faktor penguatan (reinforcement). Penguatan adalah apa
saja yg dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positive
reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila penguatan
dikurangi (negative reinforcement), respon pun akan tetap dikuatkan Kritik
Terhadap Aliran Tingkah Laku :
“Teori tingkah laku ini dikritik
karena sering tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab
banyak hal di dunia pendidikan yang tidak dapat diubah menjadi sekedar hubungan
stimulus dan respon. Disamping itu, teori belajar ini dianggap cenderung
mengarahkan mahasiswa untuk berpikir linier, konvergen & tidak kreatif. “
b. Aliran Kognitif
: menekankan pada “proses” belajar
Menurut teori ini, belajar adalah
perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi & pemahaman tidak
selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang dapat diamati (bandingkan dengan
teori Behaviorisme). Asumsi dasar teori ini adalah bahwa setiap orang mempunyai
pengalaman dan pengetahuan di dalam dirinya. Pengetahuan dan pengalaman ini tertata dalam bentuk struktur
kognitif. Menurut teori ini, proses belajar akan berjalan baik, bila materi
pelajaran yang baru beradaptasi (berkesinambungan) secara “klop” dengan
struktur kognitif yang dimiliki oleh mahasiswa.
Kritik Terhadap Aliran Kognitivisme :
Teori kognitif sering dikritik lebih
dekat ke psikologi daripada ke teori belajar, sehingga aplikasinya dalam proses
pembelajaran tidaklah mudah. Teori ini dianggap sukar dipraktekkan secara murni
karena seringkali kita tidak mungkin memahami “struktur kognitif” yang ada
dalam benak mahasiswa, apalagi memilah-milah struktur kognitif tersebut menjadi
bagian-bagian. Pada tahap lanjut (advanced), seringkali tidak mudah
memahami dan mengidentifikasi
pengetahuan yang sudah ada dalam benak mahasiswa. Pengetahuan dan pengalaman yg
dimiliki itu sudah terlalu kompleks
untuk diidentifikasi secara tuntas, apalagi hanya dengan menggunakan satu-dua
pre test.
c.
Aliran
Humanistik : menekankan pada “isi” atau apa yg dipelajari
Menurut teori Humanistik, tujuan
belajar adalah untuk "memanusiakan manusia". Proses belajar dianggap
berhasil jika mahasiswa telah memahami lingkungan dan dirinya sendiri. Dengan
kata lain, mahasiswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia
mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Secara umum, teori ini
cenderung bersifat eklektik, dalam arti memanfaatkan teknik belajar apapun asal
tujuan belajar mhsw dpt tercapai.
Kritik Terhadap Aliran Humanistik
Teori Humanistik dikritik karena
sukar digunakan dalam konteks yg lebih praktis. Teori ini dianggap lebih dekat
dengan dunia filsafat daripada dunia pendidikan.
d.
Aliran
Sibernetik : menekankan pada “sistem informasi” yang
dipelajari
Menurut Teori Sibernetik berkembang
sejalan dengan perkembangan ilmu
informasi. Menurut teori ini, belajar
adalah pengolahan informasi. Menurut teori ini, yang terpenting adalah "Sistem
Informasi" dari apa yang dipelajari mahasiswa. Sedangkan bagaimana proses
belajar akan berlangsung, akan sangat ditentukan oleh sistem informasi ini. Karena
itu teori ini berasumsi, bahwa tidak ada satu pun jenis cara belajar yang ideal
untuk segala situasi. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.
Kritik
Terhadap Aliran Sibernetik :
Teori Sibernetik dikritik karena
lebih menekankan pada sistem informasi
yang akan dipelajari, tetapi kurang memperhatikan bagaimana proses belajar
berlangsung. Alhasil teori ini dianggap sulit dipraktekkan.
Fungsi Teori Belajar
Teori brlajar berfungsi memberikan
pemahaman mengenai sifat dan keterkaitan berbagai aspek dalam belajar dan
pembelajaran. Dalam hal ini teori belajar mengkaji konsep mengenai aspek
perilaku manusia yang terlibat dalam belajar dan pembelajaran, serta lingkungan
yang terkait. Sebagaimana dijelaskan bahwa perilaku murid terkait dengan
konsep-konsep tentang pengamatan dan aktivitas psikis (intelegensi, berfikir,
motivasi) gaya belajar, individual defferencies,
dan pola pengembangan individu. Sedangkan perilaku guru terkait dengan
pengelolaan pembelajaran kelas, metode, pendekatan, dan model mengajar.
F.
Hakikat
Pembelajaran Anak Usia Dini
Pada
hakikatnya anak itu unik, mengekspresikan perilakunya secara spontan, bersifat
aktif dan energik, egosentris, memiliki rasa ingin tahu yang kuat, antusias
terhadap banyak hal, bersifat eksploratif dan berjiwa petualang, kaya dengan
fantasi, mudah frustasi, dan memiliki daya perhatian yang pendek. Masa anak
merupakan masa belajar yang potensial.
Pembelajaran
anak usia dini pada hakikatnya adalah pembelajaran yang berorientasi bermain
(belajar sambil bermain dan bermain seraya belajar) , pembelajaran yang
berorientasi perkembangan lebih banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk
dapat belajar dengan cara-cara yang tepat. Pendekatan yang paling tepat adalah
pembelajaran yang berpusat pada anak.
G.
Pembelajaran
yang Berorientasi Perkembangan
1.
Prinsip-prinsip
perkembangan anak
Pemahaman
tentang karakteristik perkembangan anak memberikan kontribusi terhadap pendidik
untuk merancang kegiatan, menata lingkungan belajar, menginplementasikan
pembelajaran serta mengevaluasi perkembangan dan belajar anak baru didasarkan
pada perkembangan sebelumnya, (5) perkembangan mempunyai pengaruh yang bersifat
kumulatif.
Prinsip-prinsip
perkembangan anak tersebut memberikan implikasi bagi pendidik dalam menentukan
tujuan, memilih bahan ajar, menentukan strategi, memlih dan menggunakan media,
serta mengevaluasi dan mendukung belajar secara optimal.
2. Dasar pemikiran dan pengertian
pembelajaran yang berorientasi perkembangan
Pembelajaran
yang berorientasi perkembangan mengacu pada tiga hal penting, yaitu (1)
berorientasi pada usia, (2) berorientasi pada anak secara individual, (3)
berorientasi pada konteks sosial budaya anak.
3. Pembelajaran yang berorientasi
perkembangan untuk anak usia dini
Prinsip-prinsip
pembelajaran yang berorientasi perkembangan dapat diidentifikasi dari beberapa
dimensi, sebagai berikut:
a. Menciptakan
iklim yang positif dan kondusif untuk belajar
b. Membantu
keeratan kelompok dan memenuhi kebutuhan individu
c. Lingkungan
dan jadwal hendaknya memberi kesempatan kepada anak
untuk berpartisipasi aktif, mengambil inisiatif, melakukan eksplorasi
terhadap objek dan lingkungannya.
d. Pengalaman
belajar hendaknya dirancang secara konkret dan memberikan kesempatan kepada
anak untuk memilih kegiatannya sendiri.
e. Mendorong
anak-anak untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi dan berbahasa secara
menyeluruh yang meliputi kemampuan berbicara, mendengarkan, dan menulis dini.
f. Strategi
pembelajaran dirancang agar anak dapat berinteraksi dengan anak lainnya secara
individual dan dalam kelompok kecil.
g. Motivasi
dan bimbingan diberikan agar anak mengenal lingkungannya, mengembangkan
keterampilan sosial, pengendalian dan disiplin diri.
h. Penilaian
terhadap anak dilakukan secara kontinu, melalui observasi.
i. Mancatat
dan mendokumentasikan hal-hal yang telah dilakukan anak dan cara melakukan
kegiatan tersebut