Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Karakteristik Belajar dan Pembelajaran

  
A.     Karakteristik Belajar Anak
Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14).Di Indonesia anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak
Anak memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa dalam berperilaku. Dengan demikian dalam hal belajar anak juga memiliki karakteristik yang tidak sama pula dengan orang dewasa. Karakteristik cara belajar anak merupakan fenomena yang harus dipahami dan dijadikan acuan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran untuk anak usia dini. Adapun karakterisktik cara belajar anak menurut Masitoh dkk. Adalah:

1.      Anak belajar melalui bermain
Dalam kenyataan di lapangan ternyata masyarakat Indonesia masih memiliki pemikiran bahwa pembelajaran yang senantiasa dilakukan pada pendidikan dasar adalah membaca,menulis dan berhitung (calistung) baik itu di sekolah dasar maupun di Taman kanak-kanak sekalipun. Belajar calistung memang pada dasarnya penting karena hal tersebut merupakan dasar untuk mengembangkan pengetahuan selanjutnya yang akan dipelajari anak pada tingkatan yang lebih tinggi. Tetapi berbicara anak usia dini yang merupakan usia golden age calistung bukanlah suatu hal yang utama dalam pembelajaran karena pada usia ini pengembangan tidaklah hanya pada otak kiri saja melainkan harus ada keseimbangan antara otak kiri dan otak kanan, yang pada dasarnya menurut beberapa penelitian akan terjadi kemampuan yang luar biasa ketika kedua otak tersebut dapat difungsikan.
National Association for the education of young children Amerika Serikat (NAEYC)menertibkan suatu panduan pendidikan bagia anak usia dini yang salah satunya menekankan penerapan bermain (termasuk bernyanyi dan bercerita) sebagai alat utama belajar anak. Sejalan dengan itu, kebijakan pemerintah Indonesia di bidang pendidikan usia dini (1994/1995)juga menganut prinsip “bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain”.

2.      Anak belajar dengan cara membangun pengetahuannya
Hal ini dapat diartikan bahwa anak belajar dengan pengalamannya secara langsung, guru hanya bertugas memberikan fasilitas dan stimulus pada anak agar anak terangsang untuk melakukan sebuah aktifitas pembelajaran sehingga pada akhirnya anak akan mendapatkan sebuah pengalaman baru yang nantinya akan disimpulkan menjadi sebuah proses belajar yang berawal dari ketidaktahuan menjadi tahu sebagai akibat dari pengalaman langsung tersebut

3.      Anak belajar secara alamiah
Anak belajar dengan kemampuan, potensi serta apa yang dia miliki tanpa ada paksaan atau tuntutan yang berlebihan, sehingga anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan fitrahnya melalui cara belajar alamiah

4.      Anak belajar dengan mempertimbangkan keseluruhan aspek pengembangan
Dari pernyataan tersebut,mempertimbangkan keseluruhan aspek pengembangan, pada dasarnya pembelajaran pada anak usia dini dilakukan secara terintegrasi dan berdasarkan tema sehingga aspek perkembangan yang dikembangkanpun bervariasi hal tersebut berdasarkan pada teori multiple intelegensi yang disampaikan oleh Garner,yang menyatakan bahwa anak memiliki banyak sekali potensi dan semua potensi tersebut harus berusaha dikembangkan yang pada akhirnya akan diketahui potensi mana yang dinggap paling menonjol. Kemudian anak belajar juga harus bermakna,system belajar pada anak usia dini harus dilaksanakan seefektif mungkin sesuai dengan karakteristik anak usia dini itu sendiri sehingga pembelajaran akan menghasilkan suatu perubahan pada perkembangan anak dan tidak hanya sekedar pentransferan ilmu saja melainkan harus ada makna dibalik pembelajaran tersebut. Lalu harus menarik, tentu saja ketika anak merasa tertarik dengan pembelajaran akan timbul semangat dan keingintahuan anak tentang apa yang dibahas oleh guru, hal tersebut juga melatih anak agar memiliki jiwa kreatif. Terakhir adalah fungsional yang berarti anak akan belajar apabila yang dipelajarinya itu sesuai dengan kebutuhan dirinya.

  B.     Karakteristik Pembelajaran Anak Usia Dini
Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini, menurut Sujiono dan Sujiono (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 138) pada dasarnya adalah pengembangan kurikulum secara konkret berupa seperangkat rencana yang berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain yang diberikan pada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas perkembangan yang harus dikuasainya dalam rangka pencapaian kompetensi yang harus dimiliki oleh anak.
Atas dasar pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa pembelajaran untuk anak usia dini memiliki karakteristik sebagai berikut:

1.      Belajar, bermain, dan bernyanyi
Pembelajaran untuk anak usia dini menggunakan prinsip belajar, bermain, dan bernyanyi (Slamet Suyanto, 2005: 133). “Pembelajaran untuk anak usia dini diwujudkan sedemikian rupa sehingga dapat membuat anak aktif, senang, bebas memilih.Anak-anak belajar melalui interaksi dengan alat-alat permainan dan perlengkapan serta manusia.Anak belajar dengan bermain dalam suasana yang menyenangkan, Hasil belajar anak menjadi lebih baik jika kegiatan belajar dilakukan dengan teman sebayanya.Dalam belajar, anak menggunakan seluruh alat inderanya.”
Kegiatan ini adalah kegiatan rutinitas bagi anak usia dini, kegiatan ini diselenggarakan di PAUD adalah untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal, bermakna dan menyenangkan.

2.      Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan
Menurut Masitoh Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan mengacu pada tiga hal penting, yaitu : “1) berorientasi pada usia yang tepat, Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan harus sesuai dengan tingkat usia anak, artinya pembelajaran harus diminati, kemampuan yang diharapkan dapat dicapai, serta kegiatan belajar tersebut menantang untuk dilakukan anak di usia tersebut. 2)berorientasi pada individu yang tepat, Manusia merupakan makhluk individu. Perbedaan individual juga harus manjadi pertimbangan guru dalam merancang, menerapkan, mengevaluasi kegiatan, berinteraksi, dan memenuhi harapan anak.dan3) berorientasi pada konteks social budaya.Selain berorientasi pada usia dan individu yang tepat, pembelajaran berorientasi perkembangan harus mempertimbangkan konteks sosial budaya anak. Untuk dapat mengembangkan program pembelajaran yang bermakna, guru hendaknya melihat anak dalam konteks keluarga, masyarakat, faktor budaya yang melingkupinya.”

3.      Belajar Kecakapan Hidup
PAUD mengembangkan diri anak secara menyeluruh.Bagian dari diri anak yang dikembangkan meliputi bidang fisik-motorik, moral, sosial, emosional, kreativitas, dan bahasa.“Dalam buku Selamet Suryanto, tujuan belajar kecakapan hidup ialah agar kelak anak berkembang menjadi manusia yang utuh yang memiliki kepribadian dan akhlak yang mulia, cerdas dan terampil, mampu bekerjasama dengan orang lain, dan mampu hidup berbangsa dan bernegara serta bermasyarakat.”
Belajar memiliki fungsi untuk memperkenalkan anak dengan lingkungan sekitarnya. Belajar kecakapan hidup adalah salah satu cara mengasah kemampuan bertahan hidup. Hal tersebut adalah untuk membekali anak sebagai makhluk individu dan sosial dimasa yang akan datang.

4.      Belajar dari Benda Konkrit
Anak usia 5-6 tahun menurut Piaget (1972) “sedang dalam taraf perkembangan kognitif fase Pra-Operasional.” Anak belajar dengan baik melalui benda-benda nyata.Pada tahap selanjutnya objek permanency sudah muai berkembang.Anak dapat belajar mengingat benda-benda, jumlah dan ciri-ciriya meskipun bendanya sudah tidak ada.

5.      Belajar Terpadu
Pada Pendidikan Anak Usia Dini, pembelajaran diberikan secara terpadu, tidak belajar mata pelajaran tertentu. Hal ini didasarkan atas berbagai kajian keilmuan PAUD, bahwa anak belajar segala sesuatu dari fenomena dan objek yang ditemui.Melalui air mereka bisa belajar berhitung (matematika), menegenal sifat-sifat air (IPA), menggambar air mancur (seni), dan fungsi air dalam kehidupan masyarakat (sosial).
Pembelajaran terpadu dengan tema dasar tertentu dikenal dengan pembelajaran tematik.  Tema dasar dipilih dari kejadian sehari-hari yang dialami oleh sisiwa.Dalam tema dasar yang dipilih dikembangkan menjadi tema-tema yang banyak yang disebut unit tema.Pemilihan unit tema, didasarkan atas berbagai pertimbangan, seperti muatan kurikulum, pengetahuan, nilai-nilai, keterampilan, dan sikap yang ingin dikembangkan.

  C.     Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran Anak Usia Dini
Peranan Guru Dalam proses belajar dan Pembelaran adalah sebagai berikut :
1.      Guru  harus menyediakan situasi eksperimental untuk memfasilitasi penemuan anak. Peranan guru disini  adalah mengamati setiap kegiatan yang dilakukan anak tanpa membatasi kegiatannya akan tetapi guru tetap  memberi dukungan serta memfasilitasi perkembangan anak.
2.      Peranan guru adalah mengarahkan pembelajaran pada kekuatan yang dimiliki anak seraya tetap memberikan tantangan.Dalam  hal ini guru berperan untuk selalu memberi arahan sesuai dengan kekuatan anak  tetapi dalam pembelajaran yang berlangsung guru tetap memberi tantangan pada siswa agar siswa mampu memupuk rasa percaya diri yang dimilikinya.
3.      Guru harus menciptakan suasana eksplorasi aktif dan mendukung perkembangan anak. Peranan guru adalah memberikan keberanian kepada anak agar mampu bereksplorasi dengan dunianya atau sekelilingnya dengan selalu memberikan dukungan serta menghilangkan keterikatan anak.

  D.     Manfaat Mempelajari Krakteristik Belajar dan Pembelajaran AUD bagi Guru
Dilihat dari berbagai karakteristik belajar dan pembelajaran anak usia dini yang telah dibahas maka akan muncul pertanyaan untuk apa dan manfaat apa yang bisa didapat dari seorang guru mempelajari atau mengetahui hal tersebut. Berikut adalah manfaat-manfaatnya:
1.      Guru tidak hanya menekankan kognitif
Belajar tidak lagi ditekankan pada penguasaan ilmu pengetahuan, namun diartikan sebagai perubahan dalam diri seseorang, berupa adanya pola sambutan yang baru yang dapat dilihat pada perubahan kognitif, afektif, psikomotor.
2.      Guru tidak hanya mengajar
Dalam hal ini mengajar diartikan mencurahkan atau menyampaikan ilmu pengetahuan namun lebih ditekankan pada memberikan bimbingan, dorongan dan arah pada siswa. Masalah utama yang dihadapi guru ialah apa harus dilakukan agar siswa mau dan berkeinginan untuk belajar. Adanya kemauan dan keinginan saja bukanlah cukup, namun perlu dibina dan diarahkan agar kegiatan mereka tetap pada jalan yang benar, sehingga tujuan yang sudah ditetapkan dapat tercapai
3.      Guru dapat merancang pembelajaran dengan baik
Setelah mempelajarai belajar dan pembelajaran tentunya guru akan lebih mudah merancang pembelajaran dengan baik, baik dikelas maupun diluar kelas, karena guru sebelumnya sudah mengetahui karakteristik peserta didiknya sehingga memudahkan guru menjalankan pembelajaran.
4.      Guru dapat memberi peluang kepada siswa untuk berhasil
Dengan mata kuliah ini guru dapat memberikan kesempatan yang lebih besar keada siswa untuk berhasil, karena dalam hal ini guru tidak hanya mengajar tetapi melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran.

  E.     Masalah Belajar dan Pembelajaran yang Sering dihadapi Anak Usia Dini
Kesulitan belajar dan pembelajaran pada anak dapat dimaknai sebagai ketidsakmampuan anak dalam mencapai taraf hasil belajar yang sudah ditentukan dalam batas waktu yang telah ditetapkan dalam program kegiatan belajar, sesuai dengan potensi yang dimilikinya.Beberapa indikator dan jenis kesulitan belajar yang mungkin dialami anak adalah sebagai berikut.
1.      Memiliki tingkat IQ yang rendah
2.      Mengalami kesulitan yang signifikan dalam bidang yang berkaitan dengan sekolah (terutama membaca dan matematika).
3.      Perhatian yang tidak fokus atau perhatain yang rendah
4.      Hiper aktif (hiperaktivitas)
5.      Kematangan kognitif
6.      Kurang motivasi dalam belajar
7.      Bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar
8.      Sangat lambat dalam belajar
Faktor timbulnya masalah belajar dan pembelajaran
1.      Faktor yang Bersumber dari Diri Pribadi (Internal) Faktor yang bersumber dari diri pribadi sendiri yaitu :
a.      Faktor Psikologis
Intelegensi peserta didik yang mempunyai intelegensi tinggi akan lebih mudah dalam memahami pelajaran yang diberikan guru atau lebih berhasil dibandingkan dengan peserta didik yang berintelegensi rendah. Bakat apabila bahan yang dipelajari oleh siswa tidak sesuai dengan bakatnya maka siswa akan mengalami kesulitan dalam belajar. Motivasi Prestasi belajar siswa bisa menurun apabila siswa tersebut tidak mempunyai motivasi dalam belajar.
b.     Faktor Fisiologis
Gangguan-gangguan fisik dapat berupa gangguan pada alat-alat penglihatan dan pendengaran yang dapat menimbulkan kesulitan belajar.Seperti gangguan visual yang sering disertai dengan gejala pusing, mual, sakit kepala, malas, dan kehilangan konsentrasi pada pelajaran.
2.      Faktor Eksternal
a.      Faktor yang Bersumber dari Lingkungan Sekolah
Apabila guru menggunakan metode yang sama untuk semua bidang studi dan pada setiap pertemuan akan membosankan siswa dalam belajar.  Hubungan guru dengan guru, guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa. Dalam proses pendidikan, antar guru, guru dengan siswa, dan antar siswa tidak terjalin hubungan yang baik dan harmonis untuk bekerja sama, maka siswa akan mengalami kesulitan dalam belajar. Karena antar personal sekolah akan saling menyebutkan kelemahan dari personal lain dan terjadinya persaingan yang kurang sehat. Sarana dan prasarana alat-alat belajar yang kurang atau tidak lengkap, buku-buku sumber yang diperlukan sulit didapatkan, ruang kelas, ruang kelas tidak mencukupi syarat seperti terlalu panas, pengap, dan ruang kecil yang tidak sesuai dengan jumlah siswa.
b.     Faktor Keluarga
Keadaan ekonomi keluarga apabila anak hidup dalam keluarga yang miskin dan harus bekerja membantu mencari tambahan ekonomi keluarga akan menimbulkan kesulitan bagi anak, mungkin akan terlambat datang, tidak dapsat membeli peralatan sekolah yang dibutuhkan, tidak dapat memusatkan perhatian karena sudah lelah dan sebagainya. Hubungan antar sesama anggota keluarga, apabila hubungan antar keluarga tidak harmonis, seperti orang tua sering bertengkar, orang tua otoriter, peraturan yang ketat, dan sebagainya, maka anak tidak bisa berkonsentrasi dalam belajar.Tuntutan orang tua dapat menimbulkan kesulitan belajar bagi anak apabila tuntutan itu tidak sesuai dengan kemampuan, minat, dan bakat anak. Dan terkadang orang tua yang kurang memperhatikan dalam proses belajar anak akan menghambat semangat anak dalam pembelajarannya, misalnya orang tua yang kurang peduli terhadap apa yang dilakukan anak di sekolah tidak adanya motivasi dari orang tua, tidak adanya sentuhan memberikan contoh pembelajaran akan membuat kesulitan anak dalam proses belajar dan pembelajaran anak.
c.      Faktor Lingkungan Masyarakat.
Faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat yang dapat menimbulkan kesulitan belajar adalah media cetak, komik, buku-buku pornografi, media elektronik, TV, VCD, video, play station, dan sebagainya. Apabila di dalam lingkungan masyarakat tidak mendukung anak dalam proses belajar dan pembelajaran anak maka disini anak akan menemukan kesulitan dalam belajarnya.

Upaya Pengentasan Masalah Belajar
1.     Peningkatan Motivasi Belajar
Guru yang professional, guru yang bertanggung jawab tentu akan mendukung apa yang anak kerjakan. Guru akan memberikan motivasi kepada anak dan kepercayaan yang kuat, sehingga anak tidak akan menemukan kesulitan dalam belajar dan proses pembelajarannya karena dengan motivasi-motivasi dari guru tersebut. Jika guru terus memberikan mpotivasi maka nak akan percaya diri terhadap apa yang akan dikerjakan.
2.     Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Baik
Setiap anak diiharapkan menerapkan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif karena prestasi belajar yang baik diperoleh melalui usaha atau kerja keras.  Guru berperan dalam mengembangkan seluruh bakat, potensi yang dimiliki anak, begitupun dengan cara mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar anak yang baik. Bagaimana seorang guru memberikan perhatian dan pembiaasaan yang baik dalam upaya mengembangkan sikap dan kebiasaan yang baik dalam belajarnya, sehingga akan terhindar dari kesulitan dalam belajar dan pembelajarannya.
3.     Layanan Konseling Individual
Dalam hubungan tatap muka antara konselor dengan klien (siswa) pada kegiatan konseling diupayakan adanya pengentasan masalah-masalah klien yang telah disampaikan pada konselor. Tidak hanya dalam perilaku, sikap yang diperbaiki, akan tetapi ketika anak memiliki masalah dalam kesulitan belajar disini pun harus dilakukannya konseling guna membantu anak untuk menyelesaikan masalah dalam kesulitannya belajar dan pembelajaran tersebut.