Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Inovasi Pendidikan Ketika Proses KBM di Kelas


Inovasi Pendidikan Ketika Proses KBM di Kelas
Karya : Irfan Malik Abdurrohman
Dalam dunia pendidikan seorang guru harus memiliki keahlian dalam hal mengajar peserta didiknya dan juga menjadi figur atau sosok yang menjadi panutan oleh peserta didiknya. Guru harus bisa melakukan pembelajaran yang efektif, dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik dapat terlibat secara aktif, baik mental, fisik maupun sosialnya.Sebab dalam proses pembelajaran, aktivitas yang menonjol ada pada peserta didik. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dilihat dari proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar dan percaya diri yang tinggi. Dari segi hasil pembelajaran dikatakan efektif apabila tejadi perubahan tingkah laku yang positif, tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Salah satu inovasi yang ingin dikembangkan misalkan inovasi mengenai pembelajaran di kelas IV yaitu pembelajaran IPS mengenai keanekaragaman budaya. Penddidikan IPS di Sekolah Dasar harus memerhatikan kebutuhan anak yang berada pada usia berkisar  antara 6-7 tahun sampai 11 atau 12 tahun. Masa ini, menurut Piaget (1963) berada dalam perkembangan kemampuan intelektual/kognitifnya pada tingkatan konkret operasional. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan menganggap tahun yang akan datang sebagai waktu yang masih jauh. Yang mereka pedulikan ialah masa sekarang (konkret) dan bukan merupakan masa depan yang belum bisa dipahami (abstrak). Maka dari itu diperlukan pembelajaran yang konkret dan menarik sehingga anak mudah dalam mnyerap materi.
Skenario dalam pembelajaran yang dilakukan ialah langkah pertama yang harus dilakukan oleh guru yaitu memberikan salam kepada siswanya kemudian mengabsen siswanya apakah ada yang hadir atau tidak. Setelah itu diusahakan setiap hari guru membimbing siswanya untuk membaca Al-Qur’an dan Surat Pendek supaya anak mendapatkan sisi religius dan terbiasa melakukan hal positif tersebut. Sebelum melakukan pembelajaran guru melakukan apersepsi terlebih dahulu kepada siswanya apakah materi yang telah disampaikan minggu kemarin oleh gurunya apakah masih ingat atau tidak dan memberikan ingatan kembali tentang perlajaran yang lalu juga menyambungkan dengan pelajaran yang akan di bahas pada saat ini. Sebelum memasuki materi inti guru memberikan motivasi atau semangat belajar kepada siswa nya agar siswa nantinya semangat dalam belajar dan dapat memperhatikan apa yang diajarkan oleh gurunya. Misalkan dengan nyanyian tentang materi yang akan dibahas.
Untuk selanjutnya masuk ke kegiatan inti Guru memberikan materi mengenai keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia kepada siswanya dengan metode ceramah terlebih dahulu, agar menarik guru membawa sebuah peta dan Foto-foto tentang keanekaragaman budaya yang ada dengan rumah adat, pakaian adat dan tari adat yang berasal dari berbagai provinsi yang ada di Indonesia. Setelah siswa paham mengenai keanekaragaman yang ada di Indonesia, agar tidak jenuh siswanya, guru membawa media pembelajaran yang menarik yang didalamnya berisi tentang materi yang diajarkan, yaitu menggunakan media ular tangga yang didalmnya memuat kuis dan pengetahuan (tahukah kamu?). Dalam hal ini siswa dituntut untuk mencapai finish dengan melewati beberapa rintangan yang harus dijawab oleh siswa. Permainan tersebut dilakukan dengan membagi 5 kelompok besar, setelah itu perwakilan setiap kelompok maju untuk melakukan permainan tersebut. Setelah selesai siswa pun bergantian melakukan permainan tersebut. Dalam permainan ini siswa dilatih untuk memahami materi yang tadi diajarkan Guru dan mengingat gambar-gambar keanekaragaman dari berbagai provinsi.  Setelah itu siswa masih terbagi kedalam beberapa kelompok kemudian Guru melakukan model pembelajaran Kooperatif learning.
Salah satu model pembelajaran kooperatifnya yaitu Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick. Talking stick merupakan sebuah model pembelajaran yang berorientasi pada penciptaan kondisi dan suasana belajar aktif dari siswa karena adanya unsur permainan dalam proses pembelajaran. Model Pembelajaran Talking Stick bertujuan meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik, sikap tolong-menolong dalam beberapa perilaku sosial. Pembelajaran dengan  model Talking Stick bertujuan untuk mendorong peserta didik untuk  berani  mengemukakan  pendapat.  Selain itu, Model Pembelajaran Talking Stick sebagai Pembelajaran Cooperative juga bertujuan untuk mengembangkan sikap saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara kelompok (Isjoni 2010:21).
Langkah- langkah atau sintaks dari langkah model pembelajaran talking stick, yaitu sebagai berikut ( Suyatno 2009:124 ) :
·         Guru menyiapkan sebuah tongkat.
·         Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangan / paketnya.
·         Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya, guru mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya.
·         Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
·         Guru memberikan kesimpulan.

Untuk melakukan model pembelajaran ini Guru menyiapkan sebuah tongkat kemudian siswa menyanyikan sebuah lagu, lagu di sini ialah menggunakan lagu-lagu daerah misalnya menggunakan lagu Bubuy Bulan, Yamko Rambe Yamko, Lir Ilir, Apuse agar peserta didik sejak dini dapat tumbuh rasa cinta tanah air Indonesia. Sebelum melakukan model tipe Talking Stick, dalam memulai permainan alangkah baiknya guru memberikan aturan main yang menarik dan memberikan reward kepada siswa yang berhasil menjawab soal yang dibuat oleh gurunya. Reward tersebut bisa berupa bintang agar anak yang lainnya termotivasi untuk mengumpulkan lebih banyak bintang, atau bisa juga berupa alat tulis yang nantinya diberikan kepada siswa yang berhasil menjawab pertanyaan. Sehingga dari aturan main yang menarik tersebut siswa didik tidak tegang,  ketakutan  akan  pertanyaan  yang akan diberikan oleh guru.
Setelah terpilih satu orang, kemudian Guru memberikan sebuah pertanyaan tentang materi yang dibahas yaitu keanekaragaman budaya. Begitu seterusnya sampai beberapa orang mendapatkan pertanyaan dan menjawabnya. Setelah itu Guru membuat suatu kesimpulan tentang kesemuaan materi yang dibahas dan memotivasi atau menanmkan kepada siswanya untuk mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia dan melestarikan kenakeragaman budaya.
Setelah melakukan pembelajaran siswa paham dan senang terhadap materi yang disampaikan. Evaluasi dilakukan tidak diakhir teapi dengan menyamarkan evaluasi, Misalnya evaluasi tidak bebentuk tes tulis melainkan berbentuk dialog atau pun pengerjaan yang diselipkan ditengah pembelajaran. Untuk penilaian tidak hanya dari hasil saja, yaitu juga menggunakan penlaian proses. Penilaian proses menurut M. Uzer Usman (1994 : 38) adalah penilaian terhadap proses belajar yang sedang berlangsung yang dilakukan guru dengan memberikan umpan balik secara langsung kepada seorang siswa atau kelompok siswa. Melalui penilaian proses ini, sekaligus guru melatih sisw untuk mengembangkan sikap-sikap yang dikehendaki seperti kreativitas, kerja sama, tanggung jawab, dan sikap disiplin sesuai dengan penekanan bidang studi yang bersangkutan. Penilaian proses dapat terlihat ketika anak bermain permainan media ular tangga tentang keanekaragaman tentang budaya dan keaktifannya di kelas. Pada akhir pembelajaran siswa berdo’a sebelum pulang.  Kemudian setelah itu siswa pulang ke rumahnya masing-masing.