Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dampak Revolusi Industri Generasi keempat (4.0) dalam Kehidupan

Kurikulum Untuk Kehidupan
oleh
Zulfikri Annas

Kehidupan di era Revolusi industri generasi keempat (4.0) ini diwarnai oleh hadirnya kecerdasan buatan dan kemampuan teknologi yang membuktikan bahwa tidak ada yang dapat disembynikan di alam ini. Semua terbuka dan transparan, ilmu pengetahuan apa saja dapat diakses dengan mudah oleh siapapun dan di manapun. Kemampuan teknologi hasil karya manusi hampir menyamai kemampuan manusianya. Sehubungan dengan itu. Daniel Pink (2009) menyebut era ini sebagai era berkelimpahan produk, segala sesuatu dapat diperoleh dengan mudah, kapanpun dan di manapun, termasuk ilmu pengetahuan dan informasi. Informasi yang positif dan negatif sama-sama tersedia dan sama-sama mudah diakses oleh siapapun. Anak yang sehari-hari kita kenal sebagai anak baik-baik, rajin beribadah, rajin belajar, namun kita tidak tau persis tadi malam sebelum tidur dia lihat apa di laptop atau di telepon genggamnya. Pada sisi lain, mesin atau komputer mampu menggantikan pekerjaan yang selama ini dilakukan manusia.

Kondisi ini mengingatkan kita bahwa tidak ada yang mampu menyelamatkan kita dari kesengsaraan dan kemudaratan kecuali kesadaran tentang kehadiran manusia sebagai utusan Allah,  khalifah di muka bumi, makhluk yang diberi kekuatan akal pikiran dan nurani. Untuk menyelamatkan anak-anak,  sebagai orang yang lebih dulu lahir dari mereka, para pendidik dan orang tua, atau siapa saja yang berhubungan dengan dunia pendidikan harus menyadari bahwa di dalam diri setiap individu anak tersimpan kekuatan untuk menghadapi itu semua.

Allah memperhitungkan dengan matang untuk apa seseorang dilahirkan, setiap anak manusia terlahir membawa pesan yang berbeda dan unik.  Apapun kondisinya, ia adalah sang pembawa amanah yang tak tergantikan, apalagi oleh mesin hasil ciptaanya sendiri. Keunikan setiap anak adalah bahagian dari  kesepakatan antara dia dengan Illahi jauh sebelum ia lahir. Dunia pendidikan, di manapun adanya, apapun bentuknya, seperti apapun kondisinya berperan sebagai wahana membantu setiap individu untuk menemukan keunikan itu sejak dini. Apabila dalam perjalanan hidupnya, seorang tidak tidak menemukan keunikannya, dapat dipastikan itu akibat kekeliruan dunia pendidikan. Intervensi yang keliru dan berlebihan mengakibatkan seseorang kehilangan ruang yang seharusnya ia tempati.

Daniel Pink menyebut era sekarang dengan era high touch atau high concept, atau istilah awamnya era sentuhan tingkat tinggi. Pada masa ini, kemampuan berpikir linier sudah tidak memadai lagi karena semua hal yang bekerja secara linier telah digantikan oleh mesin atau komputer, bahkan dalam kondisi tertentu, kekuatan berpikir linier sebuah mesin atau komputer mampu mengungguli kemampuan manusia sehingga satu perangkat mesin atau komputer mampu menggantikan puluhan, ratusan, bahkan ribuan manusia. Untuk mengungguli kemampuan mesin dan komputer diperlukan pola pikir multi dimensi yang tidak hanya bicara soal fungsi tetapi juga desain, tidak hanya bicara argumen tetapi juga cerita, tidak hanya fokus tetapi juga simponi, tidak hanya logika tetapi juga empati, tidak hanya keseriusan tetapi juga permainan, tidak hanya akumulasi tetapi juga makna. Kemampuan-kemampuan tersebut adalah unsur-unsur penting kemanusiaan yang tidak dapat dicopy dan digantikan oleh mesin.

Orang yang sukses bukan lagi  bukan orang yang memiliki atau menyimpan banyak ilmu, tetapi orang yang mampu memberikan sentuhan yang berbeda dan unik, sekecil apapun. Dalam situasi ini, keberhasilan lembaga atau perusahaan sama sekali tidak bergantung pada ukuran besar kecilnya lembaga tersebut. Berapa banyak perusahaan besar ambruk tiba-tiba sementara perusahan atau lembaga kecil yang selama ini tidak dikenal, tiba-tiba muncul menggantikan lembaga yang selama ini eksis.

Kelincahan dan kecekatan dalam membangun  sebuah sistem menjadi kunci keberhasilan meraih kesuksesan dengan tepat dan cepat. Terkait dengan kondisi faktual negeri yang kaya dengan keunikan dan potensi, maka ini menjadi peluang luar biasa asal kita mampu menyusun dan menerapkan kurikulum yang memberikan ruang yang seluas-luasnya kepada setiap individu untuk mengeksplorasi kemampuan uniknya. Untuk memaksimalkan pencapaian kemampuan tersebut diperlukan kemampuan berpikir kritis (critical thinking skills), kolaborasi (collaboration), kreatifitas (creativity), dan kemampuan berkomunikasi (communication).