Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tips Menentukan Strategi Mengajar



Dalam memilih strategi mengajar, para pendidik nilai dan pendidik moral harus menguasai secara utuh tujuan umum dan tujuan khusus pendidikan-pengajaran di dalam pikirannya.

Dalam kenyataannya sering para pendidik nilai mencantumkan tujuan umum dan tujuan khusus dalam level tinggi, akan tetapi tidak menggunakan strategi yang cocok dengan tujuan-tujuan khusus yang telah ditetapkannya itu. Di bawah ini ada serangkaian pertanyaan yang dapat dijadikan ukuran dalam memilih suatu strategi yang cocok dengan TIK atau hasil belajar siswa, yaitu:

  1. Apakah hasil belajar yang diharapkan itu (TIK) berbentuk kognitif, afektif, atau psikomotor?
  2. Apakah hasil belajar siswa (TIK) tersebut merupakan ranah/domain level tinggi atau rendah?
  3. Apakah hasil belajar siswa (TIK) itu membutuhkan partisipasi siswa secara perorangan, kelompok kecil atau kelompok besar?
  4. Apakah hasil belajar siswa (TIK) itu menunjukkan perlunya reinforcement yang teratur dan konsisten?
  5. Apakah hasil belajar siswa (TIK) itu meliputi dasar-dasar keterampilan akademis? Keterampilan pengambilan keputusan? Atau keterampilan pemecahan masalah?
  6. Apakah hasil belajar siswa (TIK) itu meliputi dasar-dasarketerampilan kerja sama kelompok?
  7. Apakah hasil belajar siswa (TIK) yang akan dicapai tersebut memerlukan keterampilan proses ilmiah atau riset?
  8. Apakah strategi yang dipilih itu dapat digunakan untuk berbagai pelajaran?
  9. Apakah keuntungan digunakannya strategi tersebut lebihbesar daripada kelemahannya khususnya dilihat dari segiwaktu, ukuran kelompok, dan masalah-masalah yang adahubungannya dengan manajemen kelas?
  10. Apakah ada (atau dapat dikembangkan) sumber-sumberyang memadai untuk melaksanakan strategi tersebut?
  11. Apakah startegi-strategi yang dipilih untuk pelajarantersebut konsisten dengan faktor-faktor kurikulumtersebut?
  12. Apakah strategi tersebut mempertimbangkan gaya belajarsiswa yang berbeda?

Kesimpulannya, bahwa strategi mengajar memberikan gagasan pada pengajar untuk mengembangkan kegiatan belajar siswa pada tingkat perencanaan pengajaran Pendekatan yang dipilih dalam mengajar ini harus cocok dengan Tujuan Umum dan Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapai siswa dalam suatu mata pelajaran (pokok bahasan).

Dalam beberapa kasus sering timbul suatu tujuan atau hasil belajar yang akan dicapai siswa membutuhkan strategi belajar tertentu, tetapi dalam kasus lain memungkinkan satu strategi belajar dapat di gunakan untuk mencapai dua atau lebih tujuan hasil belajar yang akan dicapai siswa.

Suatu strategi yang membutuhkan proses yang kompleks akan memperlihatkan isi sejumlah strategi yang kurang komplek. Sebagai contoh stralegi “problem solving” akan memerlukan masukan ceramah, pertanyaan-diskusi pecarian informasi, dan lain-lain.

Strategi-strategi yang dikemukakan di atas dimaksudkan untuk menunjukkan tingkatan strategi dari yang kurang kompleks sampai pada taraf yang semakin kompleks, akan tetapi ada beberapa startegi yang hampir setaraf berada dalam level yang sama, seperti dapat dilihat pada nomor 1, 2 dan 3 (ceramah, demonstarsi dan Drill-latihan) berada pada taraf yang kurang kompleks, sedangkan simulasi, sincktik dan kegiatan proyek (nomor 12, 13, 14) ada diantara level yang paling kompleks.

Strategi-strategi yang lebih rendah lebih cocok untuk hasil belajar siswa yang memerlukan respon-respon faktual, sederhana, khusus dan konkrit, sementara strateg-strategi yang lebih tinggi lebih cocok dengan hasıl-hasil belajar yang diharapkan yang lebih kompleks, lebih umum dan berhubungan dengan konsep-konsep generalisasi, analisa yang kritis dan pembentukan nilai dalam perubahan perilaku.

Dalam memilih suatu strategi untuk suatu tujuan atau hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa harus mempertimbangkan tujuan serta hasil-hasil belajar siswa secara menyeluruh. Hasil belajar siswa atau tujuan instruksional yang berada pada domain level tinggi akan memerlukan strategi yang lebih kompleks. Oleh karena iu tujuan instruksional atau hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa dalam suatu pelajaran harus diurutkan dari mulai yang sederhana sampai pada domain ataupun tujuan yang lebih kompleks; dari yang paling khusus pada yang umum. Dengan demikian, hasil belajar siswa (outcome) yang lebih tinggi sebaiknya berada pada urutan terakhir dari kegiatan belajar, seperti halnya juga strategi yang lebih kompleks untuk mencapaí hasil belajar (outcome) tersebut.

Sumber-sumber pengajaran harus dijodohkan secara cermat dengan strategi belajar mengajar yang dipilih dan sebaiknya digunakan oleh setiap pengajar, untuk setiap bidang pengajaran bahan pengajaran yang sama. Sumber-sumber tersebul bisa berupa bahan cetakan seperti buku, majalah, koran, juga berupa transparan, overhend, diagram, papan tulis, hand out, permainan simulasi, audio dan video tape, peta atau apapun yang dapat membantu kelancaran proses belajar mengajar.

Sebaiknya sumber-sumber pelajaran tersebut dikembangkan pelajaran tertentu untuk suatu sumber iní biasanya memakan waktu, dan sebaiknya dibuat atau disediakan oleh suatu tim. Sebagai contoh salah satu anggota tim, mungkin mengembangkan serangkaian transparan overhead untuk strategi ceramah, anggota ke dua dari tim tersebut mengembangkan suatu permainan simulasi, sementara yang ke tiga merancang proyek kegiatan riset yang memerlukan wawancara dan perjalanan lapangan.

Dengan demikian dalam bentuk tim inilah akan dengan mudah mengembangkan sumber-sumber yang cocok dan memadai untuk suatu bidang pengajaran dengan tujuh atau delapan tujuan instruksional umum atau outcome siswa, yang masing-masing yang berbeda, dan dengan demikian akan membutuhkan tujuh atau delapan rangkaian materi yang berbeda. Banyak strategi mengajar yang memerlukan sumber yang berbagai macam, sebagai contoh, strategi inquiry dalam llmu Pengetahuan Alam memerlukan:
  1. Sejumlah materi dan perlengkapan ilmiah seperti kotak, magnet, perkayuan, kertas, skala, dan lain-lain.
  2. Suatu lembaran pengajaran proses inquiry
  3. Lembaran pencatatan
  4. Lembaran penemuan
  5. Rangkaian transparan sebagai ringkasan
  6. Lembaran untuk mencatat "sikap" mahasiswa/siswa terhadap ilmu alam (seperti: kesediaaan berinisiatif dalam kegiatan, pemeliharaan perlengkapan, keamanan,  penggunaan waktu secara cermat, hati-hati terhadap zat kimia, bagaimana hubungannya dengan laboratorium, dengan rekan sekerja, dan lain-lain)
  7. Bila sumber-sumber ini telah dikembangkan, sebaiknya dikatalogkan (diberi kode mata pelajaran, bahan pelajaran serta outcome siswa yang berhubungan), dan disimpan dalam suatu tempat yang mudah digunakan oleh setiap guru yang akan mengajar.

Pendidikan yang lebih tinggi seperti Universitas dan Institut sering mendapat kritik karena membosankan dan keilmu-ilmuanhal ini disebabkan lemahnya penggunaan strategi dan sumber-sumber yang menarik dan kreatif.

Pada tingkak pendidikan tinggi lebih banyak menggunakan ceramah/metoda kuliah (paling yang dapat mendorong dan membina mahasiswa untuk memerlukan strategi mengajar yang kompleks serta berbagai dengan demonstrasi atau laboratorium) dan kurang berhasil menggunakan pilihan-pilihan sejumlah besar strategi yang tersedia memperoleh hasil belajar afektif dari proses belajarnya. Pendidikan Nilai-Moral pada level yang lebih tinggi memerlukan strategi mengajar yang kompleks serta berbagai variasi sumber yang bisa dikembangkan dari potensi lokal dan relatif tidak mahal (kecuali untuk riset akademis).

Para pengajar Pendidikan Nilai-Moral (pengembang kurikulum) berkewajiban untuk merancang suatu kurikulum yang menekankan domain kognitif level tinggi, serta ranah afektif yang perlu melibatkan strategi-strategi mengajar dan sumber-sumber yang bervariasi.