Metode Penelitian Didactical Design Research (DDR) Lengkap
“Didaktik berasal dari kata didaskein dalam bahasa Yunani berarti pengajaran dan didaktikos berarti pandai mengajar” (Nasution, 2004: 1). Didactical Design Research merupakan salah satu model penelitian Design Research. DDR (Didactical Design Research) adalah penelitian yang mengungkap hambatan belajar (learning obstacle) dalam proses pembelajaran dan bertujuan untuk mengantisipasi serta menghilangkan hambatan belajar dalam pembelajaran (Suryadi, 2010).
Menurut
Lidinillah (2011: 16-17) Didactical Design Research adalah:
Bentuk khusus dari penerapan design research baik yang
mengacu kepada validation study maupun development study. Hanya
saja penggunaan disain didaktis (didactical design) menunjukan bahwa
terdapat penekanan pada aspek didaktik dalam perancangan pembelajaran yang
mengacu kepada teori pembelajaran yang lebih mikro.
Dalam
Lidinillah (2011: 17) “ada dua model pengembangan dan penerapan Didactical
Design Research, yaitu model yang dikembangkan oleh Hudson (2008) dan
Suryadi (2010).”
a.
Model Hudson
Model Hudson lebih
menekankan pada pengembangan didaktis, artinya dalam menyusun desain
pembelajaran guru berfokus pada hubungan siswa dengan bahan ajar (Hubungan Didaktis).
Proses disain didaktis (didactical design) Hudson mengadaptasi dari
model perancangan pembelajaran (instructional design), yaitu yang
meliputi tahap : (1) analisis; (2) perancangan (design); (3)
pengembangan, (4) Interaksi dan (5) evaluasi.
Untuk memahami lebih jelas
bagaimana implementasi didactical design research model Hudson (2008),
di bawah ini adalah heuristik penelitian yang dapat dilakukan yang memuat
contoh pertanyaan yang diajukan pada setiap tahapan dari penelitian yang
dilakukan Hudson (2008 : 354-355) tentang penggunaan ICT dalam pembelajaran,
yaitu :
1.
Tahap Analisis :
§ Apa saja yang dapat dijelaskan kepada siswa berkaitan dengan konsep
suatu materi? Apa fenomena dasar atau prinsip penting, hukum, kriteria,
masalah, metode, teknik atau sikap yang dapat dipelajari oleh siswa melalui
konsep materi yang diajarkan?
§ Hal apakah yang dianggap penting dari pertanyaan atau pengalaman,
pengetahuan, kemampuan atau keterampilan yang diperoleh dalam topik yang akan
disajikan? Apakah yang dianggap penting dari hal tersebut dari sudut pandang
pedagogis ?
§ Apa arti/makna suatu topik bagi masa depan siswa?
2.
Tahap Desain :
§ Struktur pertanyaan dari konten seperti apa yang
dapat ditempatkan pada persepektif pedagogis yang khusus berdasarkan pertanyaan
tahap analisis?
§ Apakah kasus khusus, fenomena, situasi,
percobaan, orang, pengalaman estetis dan sebagainya, dalam hal struktur dari
konten pertanyaan dapat menarik, merangsang, bisa didekati, dapat dihayalkan,
atau membuat semangat siswa?
3.
Tahap Pengembangan :
§ Apa yang menjadi peran penting dari ICT dan
media dalam hal perancangan situasi pembelajaran, aktivitas pedagogis dan
lingkungan belajar?
§ Apa bahan dan sumber yang dikembangkan untuk
mendukung penciptaan situasi pembelajaran, aktivitas pedagogis dan lingkungan
belajar?
§ Apa peran guru dalam pembelajaran ?
4.
Tahap Interaksi :
§ Bagaimana siswa akan berinteraksi dengan
teknologi, dengan guru dan siswa yang lain ?
§ Bagaimana nantinya para siswa akan
mempertunjukkan kemampuan hasil belajarnya ?
5.
Tahap Evaluasi
§ Bagaimana nantinya siswa dapat menilai apa yang
telah mereka pelajari secara formatif ? Bagaimana nantinya kegiatan
pembelajaran direkam ? Bagaiman aspek ini berhubungan dengan proses formal dari
penilaian sumatif, ujian akhir dan akreditasi ?
§ Bagaimana nantinya kualitas situasi
pembelajaran, aktivitas pedagogis dan lingkungan belajar dapat dinilai ?
§ Bagaimana nantinya kualitas dari pengalaman
belajar siswa dapat dinilai ?
b.
Model Suryadi
Di Indonesia, penggunaan didactical
design research sebagai model penelitian pendidikan diperkenalkan oleh
Suryadi (2010) untuk menunjang teori yang telah beliau kembangkan yaitu Teori
Metapedadidaktik untuk pembelajaran matematika.
Dalam proses pembelajaran
harus terjalin hubungan antara guru dengan siswa (pedagogical relation/Hubungan
Pedgogis/HP), siswa dengan bahan ajar/materi (didactical relation/Hubungan
Didaktis/HD), dan guru dengan bahan ajar/materi (Antisipasi Didaktis
Pedagosis/ADP). Ketiga hubungan tersebut dililustrasikan dalam segitiga
didaktis. Model yang dikembangkan Suryadi lebih menekankan pada analisis metapedadidaktik,
yaitu kemampuan guru dalam menganalisis segitiga didaktis sehingga menghasilkan
sebuah desain didaktis. Metapedadidaktik meliputi tiga kompenen yang
terintegrasi, yaitu kesatuan,
fleksibilitas dan koherensi.
Komponen kesatuan berkenaan
dengan kemamuan guru dalam memandang, modifikasi segitiga didaktis sebagai
suatu kesatuan yang utuh. Komponen fleksibilitas
berkenaan dengan bahwa skenario pembelajaran hanyalah prediksi, karena
dalam proses pembelajaran situsi bisa berubah, di sini lah peran guru untuk
mempu melakukan antisipasi. Sementara komponen kohorensi berkenaan dengan situasi didaktis pedagogis
yang selalu dinamis selama prores pembelajaran mendorong guru untuk melakukan
intervensi baik bersifat pedagogis maupun didaktis dengan tetap menjaga
koherensi antar komponen tersebut.
Berdasarkan pernyataan
tersebut, maka desain didaktis dirancang untuk menciptakan hubungan siswa
dengan materi (HD) yang sesuai dengan situasi didaktis, menciptakan hubungan
guru dengan siswa (HP) yang sesuai dengan situasi pedagogis, dan menciptakan
hubungan guru dengan materi (ADP) sesuai dengan situasi didaktis dan pedagogis.
Hubungan guru, siswa, dan materi digambarkan oleh Kansanen menjadi sebuah
Segitiga Didaktis.
Untuk memahami gambaran masing-masing hubungan
antar komponen, dapat dilihat dari pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan,
yaitu :
o
Hubungan
Pedagogis (HP)
Model situasi
didaktis apa yang dikembangkan? Situasi belajar seperti apa yang terjadi?
Apakah siswa berhasil/kesulitan? Apakah terjadi perubahan situasi didaktis? Apa
dasarnya? Situasi pedagogis apa yang dikembangkan? Mengapa situasi didaktis
dikembangkan seperti itu? Mengapa situasi belajar berkembang seperti itu?
Mengapa ada Siswa yang berhasil/tidak berhasil? Mengapa situasi pedagogis yang
dikembangkan seperti itu? Mengapa berdampak/tidak Berdampak? Bagaimana situasi
didaktis/pedagogis berkembang? Bagaimana situasi belajar diintervensi?
Bagaimana dampaknya terhadap Perubahan situasi didaktis/ pedagogis?
o
Hubungan
Didaktis (HD)
Apakah siswa merespon situasi
didaktis yang berkembang? Apakah respon siswa relevan? Apakah situasi belajar
terjadi? Pada tahap apa (aktual atau potensial)? Mengapa siswa memberikan
respon terhadap situasi didaktis? Mangapa ada yang tidak memberikan respon?
Mengapa respon siswa bervariasi/tunggal? Bagaimana siswa memulai situasi
belajar? Bagaimana siswa Mencapai keberhasilan? Bagaimana siswa mengatasi
kesulitan? Bagaimana siswa mengkomunikasikan pikiran?
o Antisipasi Didaktis Pedagogis (ADP)
Apa hakekat materi ajar ditinjau dari: matematika,
kurikulum (tujuan, keterkaitan, pengalaman), obstacles ? Mengapa
diajarkan ditinjau dari: matematika, siswa (individu, Masa depan), ilmu
pengetahuan secara umum ? Bagaimana materi ajar disampaikan: model situasi
didaktis, Kemungkinan situasi belajar, kemungkinan kesulitan, Kemungkinan
bantuan ?
Menurut Suryadi (2011) DDR
memikirkan secara komprehensif tentang apa yang disajikan, bagaimana kemungkinan
tanggapan siswa, dan bagaimana mengantisipasinya. Proses berfikir ini dilakukan
dalam 3 (tiga) fase pembelajaran, yaitu sebelum pembelajaran, pada saat
pembelajaran, dan setelah pembelajaran. Proses berfikir guru pada tiga fase
tersebut beserta hasil analisisnya berpotensi untuk menghasilkan desain
didaktis inovatif. Didactical Design
Research terdiri dari tiga tahap, yaitu :
(1)
analisis situasi didaktis
sebelum pembelajaran yang wujudnya berupa Desain Didaktis Hipotetis termasuk
ADP,
(2)
analisis metapedadidaktik,
dan
(3)
analisis retrosfektif yakni
analisis yang mengaitkan hasil analisis situasi didaktis hipotetis dengan hasil
analisis metapedadidaktik. Dari ketiga tahapan ini akan diperoleh Desain
Didaktis Empirik yang tidak tertutup kemungkinan untuk terus disempurnakan
melalui tiga tahapan DDR tersebut.
Secara
umum, ketiga tahapan tersebut dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan dibawah ini.
(dalam skripsi Maya Evayanti : 2013)
Tahap 1: Analisis Situasi
Didaktis Sebelum Pembelajaran
1.
menentukan materi (misalnya,
matematika) yang akan menjadi bahan penelitian,
2.
mencari data atau literatur
mengenai materi yang telah ditentukan,
3.
mempelajari dan menganalisis
materi yang telah ditentukan,
4.
mengembangkan instrumen tes,
berupa Tes Kemampuan Responden (TKR), dengan menyusun indikator kemampuan tiap
soal dan membuat atau memilih soal-soal yang variatif serta dapat memunculkan
kesulitan (learning obstacle, khususnya hambatan epistimologis) siswa,
misalnya mengenai konsep luas daerah jajargenjang,
5.
melaksanakan TKR awal dan
melakukan wawancara semi-struktur untuk mengetahui kesulitan siswa mengenai
konsep luas daerah jajargenjang,
6.
menganalisis hasil dari TKR
awal dan hasil wawancara untuk mengidentifikasi kesulitan (learning
obstacle, khususnya hambatan epistimologis) siswa mengenai konsep luas
daerah jajargenjang,
7.
menyusun desain didaktis yang
sesuai dengan kesulitan (learning obstacle, khususnya hambatan
epistimologis) siswa mengenai konsep luas daerah jajargenjang,
8.
membuat prediksi respon siswa
yang mungkin muncul pada saat desain didaktis diimplementsikan dan
mempersiapkan antisipasi dari respon siswa yang mungkin muncul (ADP)
Tahap 2: Analisis Metapedadidaktis
1. mengimplementasikan desain didaktis yang telah disusun,
2. menganalisis situasi, respon siswa, dan antisipasi terhadap respon
siswa saat desain didaktis diimplementasikan.
Tahap 3: Analisis Retrosfektif
1. mengaitkan prediksi respon dan antisipasi yang telah dibuat
sebelumnya dengan respon siswa yang terjadi pada saat implementasi desain
didaktis,
2. melaksanakan TKR (Tes Kemampuan Responden) akhir,
3. menganalisis hasil dari TKR akhir untuk mengetahui apakah kesulitan
siswa yang teridentifikasi masih muncul atau tidak,
4. menganalisis efektivitas desain didaktis, dan
5.
menyusun laporan penelitian
Melihat model yang dikembangkan oleh
Suryadi (2010), proses penelitian yang dilakukan mengacu kepada model
penelitian design research yang telah dibahas sebelumnya baik dalam
bentuk model validation study maupun development study. Hanya
saja, Suryadi (2010) lebih menekankan kepada tahapan kedua yang berkaitan
dengan analisis metapedadidaktik yang menyangkut teori pembelajaran yang
telah ia kembangkan. Model penelitian Didactical Design Research yang
telah dikembangkan oleh Suryadi (2010) lebih memperkaya model design
research yang dapat diterapkan dalam penelitian pendidikan.