Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pembelajaran Terpadu Model Shared





Pembelajaran terpadu merupakan aplikasi salah satu startegi pembelajaran berdasarkan pendekatan kurikulum terpadu yang bertujuan untuk menciptakan atau membuat proses pembelajaran secara relevan dan bermakna bagi anak (Atkinson, 1989 : 9 dalam Rizka). Selain itu, Pembelajaran terpadu menurut Prabowo (2000 : 1 dalam Rizka) adalah suatu proses pembelajaran dengan melibatkan berbagai bidang studi.


Menurut Prabowo (2000 : 3 dalam Rizka) pembelajaran terpadu sebagai suatu proses, mempunyai beberapa ciri yaitu: (1) berpusat pada siswa (student centered), (2) proses pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman langsung, dan (3) pemisahan antar bidang studi tidak terlihat jelas.


Menurut Fogarty, R. (1991) pembelajaran terpadu terbagi menjadi 10 model pembelajaran yaitu : (1) fragmented, (2) connected, (3) nested, (4) sequenced, (5) shared, (6) webbed, (7) threaded, (8) integrated, (9) immersed, dan (10) networked.


Dari 10 macam model pembelajaran terpadu, Fogarty (dalam Trianto, 2010: 39) mengklasifikasikan pengintegrasian kurikulum menjadi 3 macam, yaitu:

Tabel 1. Klasifikasian pengintegrasian dan model pembelajaran terpadu
No.
Klasifikasi Pengintegrasian
Model Pembelajaran Terpadu
1.
Pengintegrasian kurikulum di dalam satu disiplin ilmu (interdisiplin ilmu)
fragmented (terpisah), connected (keterhubungan), dan nested (sarang)
2.
Pengintegrasian kurukulum beberapa disiplin ilmu (antardisiplin ilmu)
sequenced (pengurutan), shared (irisan), webbed (jaring laba-laba),
threaded (bergalur), dan integrated (terpadu)
3.
Pengintegrasian kurikulum di dalam dan beberapa disiplin ilmu (inter dan antar disiplin ilmu)
immersed (terbenam), dan networked (jaringan kerja)
Makalah ini menjelaskan tentang salah satu model pembelajaran terpadu yaitu model shared (irisan atau terbagi). Model shared ini memiliki ciri khas dan keunggulannya yang berbeda dengan model-model lainnya. Selain itu, model ini dapat diterapkan diberbagai jenjang pendidikan termasuk di sekolah dasar.


A.  Pengertian Model Pembelajaran Shared
Setiap disiplin ilmu memiliki konsep masing-masing yang berbeda satu sama lain, namun jika digali lebih dalam lagi maka akan muncul konsep yang beririsan antara satu mata pelajaran dengan konsep mata pelajaran lain. Tipe shared menurut Fogarty (1991) didefinisikan sebagai “Shared planning and teaching take place in two disciplines in wich overlapping concept or ideas emerge as organizing elements”.


Model pembelajaran terpadu tipe shared merupakan bentuk perpaduan pembelajaran akibat adanya ide atau konsep dari dua mata pelajaran yang saling tumpang tindih. Untuk menggunakan model pembelajaran terpadu tipe shared, guru perlu mempelajari dua ilmu berdasarkan hubungan konsep, sikap dan keterampilan yang sama. (Fogarty, 1991 : 44-46). Pembelajaran pada model ini ditempuh berdasarkan kenyataan bahwa terdapat suatu kemampuan yang pencapaiannya harus diwujudkan melalui dua mata pelajaran, Widodo (2012). Penggabungan antara konsep pelajaran, keterampilan dan sikap yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya dipayungi dalam satu tema, sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa.


Tipe pembelajaran shared dianalogikan seperti melihat benda jauh melalui teropong binokular yang menggunakan dua lensa. Suatu objek yang jauh akan terlihat jelas ketika dua pandangan terhadap objek tersebut tertangkap oleh masing-masing lensa yang pada awalnya samar dan terpisah. Dua lensa yang terdapat dalam teropong dianggap sebagai dua mata pelajaran. Pada saat kita melihat satu objek melalui teropong, objek tersebut dianggap sebagai konsep yang beririsan dan menjadi fokus dalam pembelajaran.


B.  Karakteristik Model Pembelajaran Shared
Keterpaduan tipe shared merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antarmata pelajaran. Jenis ini menggabungkan dua mata pelajaran dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menentukan keterampilan, konsep, dan sikap yang saling tumpang tindih di dalam dua mata pelajaran tersebut.
 





Gambar 1. Ilustrasi Model Pembelajaran Terpadu Tipe Shared
Dari Gambar 1 diatas, lingkaran pertama menunjukkan mata pelajaran atau bidang kajian 1 dan lingkaran kedua adalah mata pelajaran atau bidang kajian 2. Kedua bidang kajian beririsan pada satu topik/bahasan tertentu, yang merupakan konsep, keterampilan, dan sikap yang saling tumpang tindih pada kedua bidang kajian. Hal inilah yang merupakan ciri khas keterpaduan tipe shared yang membedakannya dengan tipe keterpaduan yang lain.

Model shared memiliki karakteristik sebagai berikut :
1)   Memadukan dua disiplin ilmu yang memiliki konsep, sikap, dan keterampilan yang sama.
2)   Memiliki disiplin komplementer artinya antara ilmu yang satu dengan yang lainnya saling mengisi atau melengkapi.

C.  Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Shared
Fogarty (1991) menyatakan bahwa model keterpaduan tipe shared ini memiliki kelebihan yaitu:
1)   Sebagai tahap awal menuju tipe pembelajaran terpadu yang lebih kompleks dengan empat disiplin ilmu
2)   Konsep yang dikaji lebih mendalam
3)   Hanya dua bidang kajian saja yang dikaitkan, sehingga pemahaman tentang materi lebih mendalam
4)   Dengan pasangan bidang kajian, memfasilitasi pembelajaran yang lebih mendalam pada saat menyampaikan konsep yang tumpang tindih.
5)   Dapat mengambil waktu yang sama untuk materi yang tumpang tindih. Misalnya jam pelajaran matematika pada materi segitiga siku-siku digabung dengan jam pelajaran IPA pada materi bidang miring.


Model pembelajaran terpadu tipe shared tidak hanya memiliki kelebihan tetapi memiliki beberapa kekurangan yang diungkapkan oleh Fogarty (1991), diantaranya:
1)   Waktu yang diperlukan untuk mengembangkan tipe ini cukup lama.
2)   Dalam penyusunan proses pembelajaran tipe shared memerlukan kompromi dan kerjasama serta kepercayaan dalam tim.
3)   Pada tahap awal pengintegrasian dua disiplin ilmu ini memerlukan komitmen dari partner.
4)   Untuk mendapatkan konsep yang tumpang tindih diperlukan dialog dan percakapan yang mendalam.

D.  Langkah-langkah Penyusunan Model Pembelajaran Shared
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan pembelajaran model shared sebagai berikut :
1.    Menentukan dua mata pelajaran yang akan difokuskan pada konsep, sikap dan keterampilan yang sama
2.    Menyeleksi konsep-konsep, keterampilan, dan sikap yang diajarkan dalam satu semester
3.    Memilih beberapa konsep, keterampilan, dan sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan tumpang tindih di antara mata pelajaran tersebut
4.    Memilih tema yang cocok untuk pembelajaran tersebut

E.  Penerapan Model Pembelajaran Shared
Model pembelajaran terpadu tipe Shared ini dapat diterapkan diberbagai jenjang pendidikan seperti di SD, SMP, SMA bahkan perguruan tinggi. Pembelajaran terpadu model shared dapat diterapkan pada tingkat SD sebagai alternatif pembelajaran. Hal ini dimungkinkan karena peran guru di tingkat SD merupakan guru kelas, yang dapat mengatur sendiri cara menyajikan beberapa pelajaran disesuaikan dengan keterbatasan alat pelajaran, waktu, bahan ajar dan kondisi serta kemampuan siswa. Guru dapat memilih mata pelajaran yang memiliki topik yang sesuai dan dapat dipadukan dan tidak semua mata pelajaran dapat dipadukan, karena setiap mata pelajaran memiliki konsep masing-masing yang berbeda satu sama lain.

Salah satu contoh pembelajaran dengan menggunakan model shared ini dapat terlihat dari ilustrasi berikut ini.

Pada Gambar 2 diatas, seorang guru melakukan pembelajaran dengan memadukan materi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan dengan Seni Budaya dan Keterampilan. Pada materi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, terdapat topik/materi gerak berjalan, gerak berlari dan gerak lompat. Sementara itu, di dalam materi Seni Budaya dan Keterampilan terdapat topik/materi gerak memutar, gerak berjalan, gerak melambaikan tangan dan gerak berlari. Setelah dianalisis, pada kurikulum tersebut ada bagian yang tumpang tindih antara materi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan dengan materi Seni Budaya, yaitu pada konsep Gerak. Selain belajar konsep-konsep tentang gerak, pada pembelajaran tersebut siswa juga berlatih sikap berani, percaya diri, kerjasama, toleransi dan sebagainya. Beberapa keterampilan proses juga dapat dilatihkan pada topik macam-macam gerak misalnya keterampilan mengamati, mencoba, mencontohkan, memeragakan dan mengkomunikasikan.
Dalam melakukan pembelajaran ini, guru dapat menggunakan strategi pembelajaran yang sama, misalnya menggunakan media pembelajaran berupa video tentang macam-macam gerak dan mendemonstrasikannya langsung.
Berdasarkan contoh keterpaduan di atas, terlihat bahwa dengan menggunakan pembelajaran terpadu tipe shared, maka waktu yang terpakai di dalam pembelajaran menjadi lebih efektif. Guru dari mata pelajaran yang berbeda dapat berkolaborasi dalam satu pembelajaran yang sama dengan menggunakan strategi pembelajaran yang telah direncanakan bersama, sehingga dapat menghemat tenaga dan pikiran karena dikerjakan secara bersama-sama membentuk team teaching.

Di dalam Kurikulum tahun 2006, guru memiliki kesempatan yang cukup luas dalam memadukan dua disiplin ilmu dengan menggunakan tipe shared ini. Ada beberapa materi yang sama terdapat dalam topik-topik yang berbeda. Sementara itu, pada Kurikulum 2013, guru sudah difasilitasi dengan kurikulum yang berupaya memadukan konsep-konsep dari setiap mata pelajaran di dalamnya. Guru selanjutnya dapat mengembangkan model-model keterpaduannya, termasuk model keterpaduan shared ini. Model Terpadu tipe shared, memprioritaskan konsep, sikap, dan keterampilan yang dipadukan. Model Terpadu tipe shared sangat sesuai dengan Kurikulum 2013 yang menekankan pada ketiga domain tersebut (sikap, pengetahuan, dan keterampilan).

Beberapa keuntungan lain yang dapat diperoleh dari keterpaduan tipe shared yaitu lebih mudah dalam menggunakannya, karena tipe shared ini merupakan langkah awal menuju model keterpaduan yang lebih kompleks seperti tipe Integrated yang mencakup empat disiplin ilmu/bidang kajian.

Dalam hal mentransfer konsep secara lebih dalam, siswa menjadi lebih mudah melakukannya. Misalnya dengan alat bantu media film untuk menanamkan konsep dari dua mata pelajaran dalam waktu yang bersamaan. Guru dapat melakukan kegiatan bersama untuk menciptakan blok waktu yang lebih besar dalam rangka meningkatkan pengalaman belajar siswa. Siswa lebih bersemangat belajar karena siswa merasa lebih akrab dengan guru, sehingga siswa lebih berani untuk mengemukakan pendapat dan bertanya (Fogarty, 1991)