Peran Serta Orang Tua
Peran serta orang tua adalah ikut berupayanya orang tua
terhadap kemajuan pendidikan anak-anaknya, ini dilakukan agar prestasi dan
semangat belajar anak-anaknya meningkat. Peran serta ini dapat dilakukan
langsung ataupun tidak langsung. Orang tua yang peduli terhadap kemajuan
anaknya akan berusaha memberikan apa yang terbaik bagi anak-anak mereka,
memberikan segala fasilitas yang diinginkan guna mencapai prestasi anak yang
semaksimal mungkin.
1. Makna
Keluarga Bagi Anak
Keluarga
merupakan unit sosial terkecil yang bersifat universal, artinya terdapat di
setiap tempat dimanapun. Dalam arti sempit, keluarga adalah unit sosial yang terdiri
atas dua orang (suami-istri) atau lebih (ayah, ibu, dan anak).
Adapun
dalam arti luas, keluarga adalah unit sosial berdasarkan hubungan darah atau
keturunan, yang terdiri atas beberapa keluarga dalam arti sempit (Tatang Syaripudin,2007:87)
Dr.Moh.Shochib
(1997:17) berpendapat bahwa “ Pengertian keluarga dapat ditinjau dari dimensi
hubungan darah dan hubungan sosial”. Keluarga dalam dimensi hubungan darah
merupakan kesatuan sosial yang diikat oleh hubungan darah antara satu dengan
lainnya.berdasarkan dimensi hubungan darah ini, keluarga dapat dibedakan
menjadi keluarga besar dan keluarga inti.sedangkan dalam dimensi hubungan
sosial, keluarga merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh adanya saling
berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi antara satu dengan
lainnya,walaupun diantara mereka tidak terdapat hubungan darah. Keluarga
berdasarkan dimensi hubungan sosial ini dinamakan keluarga psikologis dan
keluarga pedagogis.
Menurut Soelaeman (Shochib, 2000:17-18) menyatakan
bahwa :’Dalam pengertian psikologis, keluarga adalah sekumpulan orang yang
hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan
adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi,saling
memperhatikan, dan saling menyerahkan diri. Sedangkan dalam pengertian
pedagogis, keluarga adalah “satu” persekutuan hidup yang dijalin oleh kasih
sayang antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan pernikahan,
yang bermaksud untuk saling menyempurnakan diri. Dalam usaha saling melengkapi
dan saling menyempurnakan diri itu terkandung perealisasian peran dan fungsi sebagai orang tua’.
Dalam
berbagai dimensi dan pengertian keluarga tersebut, esensi keluarga (ibu
dan ayah) adalah kesatuarahan dan kesatutujuan atau keutuhan dalam mengupayakan
anak untuk memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri.
“Keutuhan”
orang tua dalam sebuah keluarga sangat dibutuhkan dalam membantu anak untuk
memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri. Jika dalam keluarga
terjadi kesenjangan hubungan, perlu diimbangi dengan kualitas dan intensitas
hubungan sehingga ketidakadaan orang tua dirumah tetap dirasakan kehadirannya
dan dihayati secara psikologis. ‘Ini diperlukan agar pengaruh,arahan,
bimbingan, dan sistem nilai yang direalisasikan orang tua senantiasa tetap
dihormati, mewarnai sikap dan pola prilaku anak-anaknya Soelaeman”(Shochib,2000:18).
Dengan perkataan lain,setiap tindakan pendidikan yang diupayakan orang tua
harus senantiasa dipertautkan dengan
dunia anak. Dengan demikian, setiap peristiwa yang terjadi tidak boleh dilihat
sepihak dari sudut pendidik, tetapi harus dipandang sebagai “pertemuan”antara
pendidik dan anak didik dalam situasi pendidikan. Disamping itu, orang tua
perlu mendasarkan diri pada sikap saling mempercayai dalam membantu anak untuk
memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri. Atas dasar sikap saling
mempercayai ini, mereka akan saling merasa memiliki kebebasan berkreativitas
guna mengembangkan diri masing-masing. Duvall (Shochib, 2000:19).
David
( Shochib, 2000:19) mengkategorikan keluarga dalam pengertian sebagai’ keluarga
seimbang, keluarga kuasa, keluarga protektif, keluarga kacau, dan keluarga
simbiotis’. Berikut penjelasannya:
a. Keluarga
seimbang
Keluarga
seimbang adalah keluarga yang ditandai oleh keharmonisan hubungan (relasi)
antara ayah dan ibu, ayah dengan anak, serta ibu dengan anak. Dalam keluarga
ini orang tua bertanggung jawab dan dapat di percaya. Orang tua sebagai koordinator
keluarga harus berperilaku proaktif. Jika anak menantang otoritas, segera
ditertibkan karena di dalam keluarga terdapat aturan-aturan dan
harapan-harapan. Anak-anak merasa aman, walaupun tidak selalu disadari.
b. Keluarga
kuasa
Keluarga
kuasa lebih menekankan kekuasaan daripada relasi. Pada keluarga ini, anak
merasa seakan-akan ayah dan ibu mempunyai buku peraturan, ketetepan,ditambah
daftar pekerjaan yang tidak pernah habis. Orang tua bertindak sebagai bos dan
pengawas tertinggi.
c. Keluarga
protektif
Keluarga
protektif lebih menekankan pada tugas dan saling menyadari perasaan satu sama
lain. Dalam keluarga ini ketidak cocokan sangat dihindari karena lebih menyukai
suasana kedamaian. Esensi dinamika keluarga adalah komunikasi dialogis yang
didasarkan pada kepekaan dan rasa hormat.
d. Keluarga
kacau
Keluarga
kacau adalah keluarga kurang teratur dan selalu mendua.dalam keluarga ini
cenderung timbul konflik dan kurang peka memenuhi kebutuhan anak-anak.
Anak-anak sering di abaikan dan diperlakukan secara kejam karena kesenjangan
hubungan antara mereka dengan orang tua. Dinamika keluarga dalam banyak hal
sering menimbulkan kontradiksi karena hakikatnya tidak ada keluarga.
e. Keluarga
simbiotis
Keluarga
simbiotis dicirikan oleh orientasi dan perhatian keluarga yang kuat bahkan
hamper seluruhnya terpusat pada anak-anak. Dalam kesehariannya, dinamika
keluarga ditandai oleh rutinitas kerja.
Di
antara kelima pengertian keluarga dalam kategori David (Shochib, 1997:21)
tersebut, yang memberikan kontribusi positif bagi upaya orang tua membantu anak
untuk memiliki dan mengembangkan disiplin diri adalah keluarga seimbang. Karena
dalam keluarga ini, orang tua memiliki rasa tanggung jawab dan dapat di
percaya, saling membantu di antara sesama anggota keluarga dalam mengembangkan
diri, adanya rasa kebersamaan, dan komunikasi dialogis.
2. Fungsi
Keluarga
Uyoh
Sadullah dkk (2007:175-178) menyatakan bahwa” keluarga berfungsi untuk
membekali setiap anggota keluarganya agar dapat hidup sesuai dengan tuntutan
nilai-nilai religious, pribadi dan lingkungan”. Peranan orang tua dalam
melaksanakna fungsi-fungsi keluarga harus disertai dengan penampilan serta
tindakan-tindakan yang telah disesuaikan dengan berbagai situasi. Selaras
dengan perkembangan zaman, keluarga tidak hanya berfungsi sebagai lembaga
ekonomi semata, tetapi pada saat ini keluarga dituntut untuk menjalankan
fungsinya dalam mendidik anak agar dapat mencapai kedewasaan sehingga anak
dapat menyesuaikan diri di lingkungan masyarakat sekitar. M.I Soelaeman (1978) dalam Uyoh Sadullah dkk (2007:175)
mengemukakan beberapa fungsi keluarga sebagai berikut:
a. Fungsi
Edukatif
Fungsi
edukatif atau fungsi pendidikan artinya keluarga sejak dulu merupakan institusi
pendidikan dalam keluarga dan merupakan satu-satunya institusi untuk
mempersiapkan anak agar dapat hidup secara sosial dimasyarakat, sekarang pun
keluarga dikenal sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan utama dalam
mengembangkan dasar kepribadian anak.
b. Fungsi
Sosialisasi Anak
Fungsi
sosialisasi anak, artinya fungsi keluarga dalam membentuk kepribadian anak
melalui interaksi social dalam keluarga anak, mempelajari pola-pola tingkah
laku, sikap, keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai dalam keluarga anak,
masyarakat, dan rangka mengembangkan kepribadiannya.
c. Fungsi
Perlindungan
Fungsi
perlindungan artinya keuarga berfungsi memelihara, merawat, dan melindungi anak
baik fisik maupun sosialnya.
d. Fungsi
Afeksi
Fungsi
afeksi, artinya keluarga merupakan tempat terjadinya hubungan sosial yang penuh
dengan kemesraan dan afeksi (penuh kasih sayang dan rasa aman)
e. Fungsi
Religious
Fungsi
religious atau fungsi keagamaan artinya merupakan pusat pendidikan upacara dan
ibadah agama, fungsi ini penting artinya bagi penanaman jiwa agama pada anak.
f. Fungsi
Ekonomi
Fungsi
ini diarahkan untuk mendorong keluarga sebagai wahana pemenuhan kebutuhan
ekonomi, fisik dan materiil yang sekaligus mendidik keluarga hidup efisien, ekonomis,
dan rasional.
g. Fungsi Rekreasi
Fungsi
rekreasi Artinya keluarga merupakan tempat atau medan rekreasi bagi anggotanya
untuk memperoleh afeksi, ketenangan, dan kegembiraan.
h. Fungsi Biologis
Fungsi
biologis, artinya keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak secara biologis
anak berasal dari orang tuanya.
3. Peranan
Ibu dan Ayah Dalam Pendidikan Anak
Uyoh
Sadullah dkk (2007:182-184) mengemukakan bahwa “pada umumnya peranan seseorang
itu berkaitan dengan harapan-harapan orang lain atau masyarakat terhadapnya
sesuai dengan status dan kedudukannya itu”. Mengenai peranan-peranan
anggota-anggota keluarga dalam pendidikan anak dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Peranan
Ibu
Pada
kebanyakan keluarga, ibu yang memegang peranan penting terhadap pendidikan anaknya.
Ibu dalam keluarga merupakan orang yang pertama kali berinteraksi dengan
anaknya, ia merupakan orang yang pertama kali dikenal anaknya.
Pendidikan
yang diberikan seorang ibu terhadap anaknya merupakan pendidikan dasar yang
tidak dapat diabaikan sama sekali, maka dari itu seorang ibu hendaknya orang
yang bijaksana dan pandai mendidik anaknya.
Menurut
Ngalim Purwanto (Uyoh Sadullah dkk,1992:90) sesuai dengan fungsi serta
tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga, dapat dijelaskan bahwa peranan ibu
dalam pendidikan anak-anaknya adalah sebagai berikut: ‘1) Sumber dan pemberi
rasa kasih sayang, 2) Pengasuh dan pemelihara, 3) Tempat mencurahkan isi hati, 4)
Pengatur dalam kehidupan berumah tangga, 5) Pembimbing hubungan pribadi, dan 6)
Pendidik dalam segi-segi emosional’.
b. Peranan
Ayah
Dari
seorang ayah diharapkan lebih tegas dalam menghadapi anaknya, menyangkut garis
besar kebijaksanaan yang kemudian diperinci oleh ibu. Menurut Ngalim Purwanto (
Uyoh Sadullah, 1990:90) peranan ayah dalam pendidikan anak-anaknya adalah
sebagai berikut:’1) Sumber kekuasaan dalam keluarga, 2) Penghubung intern
antara keluarga dengan masyarakat atau dunia luar, 3) Pemberi rasa aman bagi seluruh anggota
keluarga, 4) Pelindung terhadap ancaman
dari luar, 5) Hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan,dan 6)
Pendidik dalam segi-segi rasional’.