Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Keniscayaan,Keharusan dan Kegunaan Pedagogik

C.      Keniscayaan Berkembangnya Pedagogik
Ada dan berkembangnya pikiran pikiran teoritis mengenai pendidikan anak hingga muncul dan berkembangnya pedagogic merupakan suatu keniscayaan atau merupakan suatu yang tidak boleh tidak menjadi ada dan berkembang. Terdapat dua asumsi mengenai keniscayaan ada dan berkembangnya system pikiran teoritis menegnai pendidikan anak (pedagogik). Ketiga asumsi tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Fenomena pendidikan terdapat di dalam pergaulan antar manusia yaitu, di dalam   masyarakat dan kebudayaannya.
2.      Perkembangan masyarakat dan kebudayaannya mengimplikasikan terjadinya perkembangan praktek pendidikan system teori pendidkan .
Fenomena pendidikan terdapat dalam pergaulan antar manusia. Dimana ada masyarakat disana ada pendidikan, yang berlangsung dalam konteks kebudayaanya. Pendidikan bukan hanya berlangsung di dalam masyarakat yang berkebudayaan tinggi, melainkan berlangsung pula dalam masyarakat dengan tingkat kebudayaan paling terendah (primitif) sekalipun.
Sejarah menunjukan bahwa sejak dulu hingga dewasa ini, masyarakat dan kebudayaan terus berkembang. Pada setiap zaman, para orang dewasa tentu mendidik para generasi mudanya (anak-anaknya), agar mereka dapat hidup sesuai dengan apa yang diharapkan, dan sesuai pula dengan konteks perkembangan masyarakat dan kebudayaanya, makin berkembang masyarakat dan kebudayaannya, maka makin berkembang pula praktek pendidikan yang dilakukan masyarakat yang bersangkutan.
Perlu dipahami. Bahwa suatu praktek pendidikan pasti dilandasi oleh suatu teori pendidikan. Implikasinya, bahwa pada setiap zaman dimana terjadi perkembangan praktek pendidikan, maka berarti pada setiap zaman tersebut telah berkembang pula teori pendidikannya. Makin berkembang praktek pendidikan suatu masyarakat, berarti didahului dengan makin berkembang pula teori-teori pendidikannya. Dalam masyarakat dan kebudayaannya yang makin berkembang, maka system pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai dan norma, serta permasalahan hidup tentunya semakin berkembang dan akan semakin kompleks pula. Sehubungan dengan itu, tidak mungkin masyarakat tidak berpikir dan tidak melakukan penelitian-penelitian untuk mengembangkan teori pendidikan dalam rangka mendidik generasi mudanya (anak-anaknya) dalam keadaan yang semakin kompleks itu.
Pemikiran dan penelitian mengenai Pendidkan anak tentunya terus berkembang dari zaman ke zaman, sampai akhirnya muncul dan berkembanglah pedagogik.

D.      Keharusan (Perlunya) Pedagogik
Dalam uraian terdahulu telah dikemukakan konsep tentang pedagogi (paedagogie) dan pedagogik (paedagogiek). Pedagogi adalah praktek pendidikan anak, sedangkan pedagogik adalah ilmu pendidikan anak. Istilah pedagogi menunjukkan suau praktek  atau merupakan suatu praktek mendidik anak, sedangkan pedagogik merupakan sistem teori mengenai pendidikan anak. Berkenaan dengan teori dan praktek pendidikan ini muncul permasalahan: Apakah adanya teori pendidikan anak merupakan suatu keharusan (diperlukan) dalam rangka praktek mendidik anak? Dalam kehidupan sehari-hari, bukankah suatu praktek seringkali terjadi berlainan dengan teori? Atau sebaliknya, bukankah seringkali terjadi bahwa suatu teori yang kita pelajari berlainan dengan praktek yang berlangsung di lapangan? Bahkan ternyata ada orang ahli dan menguasai suatu teori, tetapi tidak mampu mempraktekannya?
Ada dua alasan mengapa pedagogik yang pada dasarnya merupakan sistem teori pendidikan anak merupakan suatu keharusan (diperlukan) dalam rangka praktek mendidik anak. Kedua alasan tersebut sebagaimana tersurat dalam uraian di bawah ini:
Pertama, “bahwa pedagogik sebagai suatu sistem pengetahuan tentang pendidikan anak diperlukan karena pedagogik akan menjadi dasar atau landasan bagi praktek pendidikan anak. Selain itu bahwa pedagogik akan menjadi standar (kriteria) keberhasilan praktek pendidikan anak”.
Di dalam praxis, suatu teori selalu tak terpisahkan dari praktek, sebab di belakang suatu praktek selalu tersembunyi pikiran yang teoritis. Teori bersumber dan dibangun dari praktek, adapun suatu praktek menjadi lebih sempurna berkat pemikiran teoritis. Mengacu pada pernyataan itu dapat kita pahami, bahwa di dalam praxis, antara teori pendidikan anak dan praktek pendidikan anak sesungguhnya tak terpisahkan. Di dalam praktek pendidikan anak selalu tersembunyi pikiran-pikiran teoritis yang menjadi dasar bagi praktek pendidikan anak tersebut. Jadi, praktek pendidikan anak selalu didasari oleh teori pendidikan anak. Sebaliknya, teori pendidikan anak sesungguhnya bersumber dan dibangun dari praktek pendidikan anak. Selain itu, teori pendidikan anak akan menjadi standar keberhasilan praktek pendidikan anak. Sebaliknya, praktek pendidikan anak merupakan sarana untuk menguji kebenaran teori pendidikan anak. Demikianlah hubungan komplementer antara sistem teori mengenai pendidikan anak (pedagogik) dengan praktek pendidikan anak (pedagogi). Paparan tersebut kiranya cukup memberikan kejelasan sebagai salah satu alasan tentang mengapa pedagogik diperlukan dalam rangka praktek mendidik anak.
            Kedua, “Manusia memiliki motif untuk mempertanggungjawabkan pendidikan bagi anak-anaknya, karena itu agar dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, praktek pendidikan anak memerlukan pedagogik sebagai landasannya”.
Sebagaimana kita maklumi bahwa setiap tindakan harus dapat dipertanggungjawabkan. Ada berbagai jenis pertanggungjawaban, antara lain pertanggungjawaban secara rasional, secara ilmiah, secara moral, dsb. Demikian pula praktek pendidikan anak, praktek pendidikan anak tentunya harus dapat dipertanggungjawabkan. Agar dapat dipertanggungjawabkan, praktek pendidikan anak tidak boleh dilaksanakan secara sembarangan. Adapun untuk dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, praktek pendidikan anak mesti mengacu pada suatu ilmu tertentu yang relevan, yaitu pedagogik. Sebab itu, sebagai suatu sistem teori mengenai pendidikan anak, pedagogik sungguh diperlukan. Hal ini sebagaimana tersirat dalam pernyataan J. H. Gunning bahwa: “teori tanpa praktek adalah bagi orang-orang yang amat istimewa;kebalikannya, praktek tanpa teori adalah bagi orang gila dan penjahat;tapi bagi kebanyakan pendidik perlu paduan mesra antara keduanya” (M.J. Langeveld, 1980:11).

E.       Kegunaan Pedagogik bagi Pendidik
Sekurang-kurangnya terdapat empat macam kegunaan pedagogik bagi para pendidik, yaitu :
1.      Pedagogik berguna bagi pendidik dalam rangka memahami fenomena pendidikan (situasi pendidikan) secara sistematis.
2.      Pedagogik berguna bagi pendidik dalam rangka memberikan petunjuk tentang apa yang seharusnya dilaksanakan oleh pendidik.
3.       Pedagogik berguna bagi pendidik dalam rangka menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan dalam praktek mendidik anak
4.      Pedagogik berguna untuk mengenal diri sendiri dan melakukan koreksi diri demi “menyempurnakan” diri sendiri.
Pedagogik bertugas untuk mempelajari fenomena pendidikan (situasi pendidikan) untuk sampai membangun suatu pengetahuan sistematis sehingga diperoleh pemahaman yang jelas mengenai objek studinya tersebut. Sehubungan dengan itu, pedagogik akan berguna bagi pendidik yang mempelajarinya dalam rangka memahami fenomena pendidikan secara sistematis.
Selain bertugas membangun sistem pengetahuan mengenai fenomena pendidikan, pedagogik juga bertugas untuk membangun sistem pengetahuan mengenai bagaimana seharusnya pendidik bertindak dalam rangka mendidik anak. Sebab itu, bagi pendidik yang mempelajarinya, pedagogik akan berguna dalam memberikan petunjuk tentang apa yang seharusnya dilaksanakan dalam praktek mendidik anak.
Kesalahan dalam rangka mendidik anak mungkin terjadi, tetapi hal ini jelas tidak diharapkan terjadi oleh siapapun. Dalam garis besarnya terdapat tiga jenis kesalahan dalam rangka pelaksanaan pendidikan, yaitu :
1.      kesalahan konseptual
2.      kesalahan tehnis, dan
3.      kesalahan yang bersumber pada struktur kepribadian pendidik (Sikun Pribadi, 1984:21).
Kesalahan konseptual adalah kesalahan yang terjadi akibat pendidik kurang memahami teori pendidikan, sehingga tindakan pendidikannya berakibat tak dapat dibenarkan. Contoh : Agar berwibawa, seorang guru berusaha agar dirinya ditakuti oleh para siswanya; Pendidik memandang anak didik sebagai miniatur orang dewasa; Anak didik dipandang sebagai objek, sebab itu pendidik memandang dirinya berkuasa membentuk anak didik sebagaimana kehendaknya.
Kesalahan teknis adalah kesalahan yang disebabkan oleh kurang terampilnya pendidik dalam praktek atau kesalahan pendidik menerapkan teori dalam praktek. Contoh : Dengan alasan kasih dan sayang terhadap anaknya, seorang pendidik (Ibu) selalu mengabulkan permintaan anaknya, padahal apa yang diberikannya itu membahayakan perkembangan pribadi anaknya.
Adapun contoh kesalahan yang bersumber pada struktur kepribadian pendidik antara lain: sifat agresif dan egoistis yang dimiliki guru yang mengakibatkan ia bertindak kasar dan tidak mau menghargai pendapat siswanya.
Berbagai kesalahan dalam rangka mendidik anak sebagaimana diuraikan di atas jelas harus dihindari, sebab kesalahan-kesalahan tersebut akan berakibat tidak baik bagi anak didik. Selain itu, akibat terjadinya kesalahan dalam pendidikan tersebut mengimplikasikan perlunya reedukasi, yang tentunya reedukasi ini akan lebih sulit pelaksanaannya bila dibandingkan dengan pelaksanaan pendidikan yang sewajarnya. Namun demikian, tak mungkin seseorang dapat mengetahui kesalahan-kesalahan secara ilmiah dalam praktek mendidik anak apabila ia tidak menguasai pedagogik. Selain itu, tak mungkin seseorang dapat menghindari kesalahan-kesalahan secara ilmiah dalam praktek mendidik anak apabila ia tidak menguasai pedagogik.
Pedagogik berguna dalam rangka mengenal diri dan melakukan koreksi atas diri sendiri demi “menyempurnakan” diri sendiri. Mengapa demikian? Pedagogik bersifat normatif, artinya pedagogik memberikan petunjuk tentang apa yang seharusnya mengenai pribadi pendidik dan bagaimana seharusnya pendidik bertindak dalam rangka mendidik anak. Sebab itu, pendidik yang mempelajari pedagogik akan dapat mengenal diri, ia akan dapat membandingkan mengenai siapa dirinya dibandingkan denga kriteria ideal mengenai pribadi pendidik. Apabila masih terdapat kekurangan atau kesalahan, maka ia akan dapat melakukan koreksi diri agar menjadi pribadi pendidik yang “sempurna” sesuai kriteria yang ditentukan.