Perkembangan Bahasa Anak
Dilihat dari fungsinya, bahasa
merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Terdapat perbedaan
yang signifikan antara pengertian bahasa dan berbicara. Bahasa mencakup segala
bentuk komunikasi, baik yang diutarakan dalam bentuk lisan, tulisan, bahasa
isyarat, bahasa gerak tubuh, ekspresi wajah pantonim atau seni. Sedangkan
bicara adalah bahasa lisan yang merupakan bentuk yang paling efektif untuk
berkomunikasi, dan paling penting serta paling banyak dipergunakan.
Sementara
pengertian perkembangan merupakan suatu proses yang pasti dialami setiap
individu, perkembangan ini adalah bersifat kualitatif dan berhubungan dengan
kematangan serta sistematis.
Perkembangan
bahasa tersebut selalu meningkat sesuai dengan meningkatnya usia anak. Orang
tua sebaiknya selalu memperhatikan perkernbangan tersebut, sebab pada masa ini,
sangat menentukan proses belajar. Hal ini dapat dilakukan dengan memberi contoh
yang baik, memberikan motivasi pada anak untuk belajar dan sebagainya. Orang
tua sangat bertanggung jawab atas kesuksesan belajar anak dan seyogyanya selalu
berusaha meningkatkan potensi anak agar dapat berkembang secara maksimal. Pada
gilirannya anak akan dapat berkembang dan tumbuh menjadi pribadi yang bahagia
karena dengan berkomunikasi dengan lingkungan, bersedia memberi dan menerima
segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya.
Bahasa
adalah segala bentuk komunikasi di mana pikiran dan perasaan seseorang
disimbolisasikan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain. Oleh karena
itu, perkembangan bahasa dimulai dari tangisan pertama sampai anak mampu
bertutur kata.
Menurut Piaget dan Vygotsky (dalam Tarigan, 1988),
tahap-tahap perkembangan bahasa anak adalah sebagai berikut:
Usia
|
Tahap Perkembangan
Bahasa
|
0,0-0,5
|
Tahap Meraban (Pralinguistik) Pertama
|
0,5-1,0
|
Tahap Meraban (Pralinguistik) Kedua: Kata nonsense
|
1,0-2,0
|
Tahap Linguistik I: Holofrastik;Kalimat Satu Kata
|
2,0-3,0
|
Tahap Lingistik II: Kalimat Dua Kata
|
3,0-4,0
|
Tahap Linguistik III: Pengembangan Tata Bahasa
|
4,0-5,0
|
Tahap Linguistik IV: Tata Bahasa Pra-Dewasa
|
5,0- seterusnya
|
Tahap Linguistik V: Kompetensi Penuh
|
A. Tahap Meraban (Pralinguistik)
Pertama (0.0 -0.5)
Pada
tahap meraban pertama, selama bulan-bulan awal kehidupan, bayi-bayi menangis, mendekut,
mendenguk, menjerit, dan tertawa. Bunyi-bunyian seperti itu dapat ditemui dalam
segala bahasa di dunia. Tahap meraban pertama ini dialami oleh anak berusia 0-5
bulan. Pembagian kelompok usia ini sifatnya umum dan tidak berlaku percis pada
setiap anak. Mungkin Anda ingin mengetahui apa saja keterampilan bayi pada
tahap ini. Berikut adalah rincian tahapan perkembangan anak usia 0-6 bulan
berdasarkan hasil penelitian beberapa ahli yang dikutip oleh Clark (1977). Selain itu juga akan diungkap
keterlibatan orang tua pada tahap ini:
Ø 0-2
minggu: anak sudah dapat menghadapkan muka ke arah suara. Meraka sudah dapat
membedakan suara manusia dengan suara lainnya, seperti bel, bunyi gemerutuk,
dan peluit. Mereka akan berhenti menangis jika mendengar orang berbicara.
Ø 1-2
bulan: mereka dapat membedakan suku kata , seperti (bu) dan (pa), mereka bisa
merespon secara berbeda terhadap kualitas emosional suara manusia. Misalnya
suara marah membuat dia menangis, sedangkan suara yang ramah membuat dia
tersenyum dan mendekat (seperti suara merpati).
Ø 3-4
bulan mereka sudah dapat membedakan suara laki-laki dan perempuan.
Ø 6
bulan: mereka mulai memperhatikan intonasi dan ritme dalam ucapan. Pada tahap
ini mereka mulai meraban (mengoceh) dengan suara melodis. Melihat tahap-tahap
perkembangan tadi, kita dapat menyimpulkan bahwa
Anak
pada tahap meraban satu sudah bisa berkomunikasi walau hanya dengan cara
menoleh, menangis atau tersenyum. Dengan
demikian orang tua dan anak sudah berkomunikasi dengan baik sebelum anak dapat
berbicara. Inisiatif untuk berkomunikasi datangnya dari orang tua (Clark:1977).
Orang tua memiliki peran yang sangat penting sebagai komunikator dalam
membangun kemampuan berkomunkasi seorang anak, orang tua secara tidak sadar
mengajarkan bahasa baik verbal maupun nonverbal sejak dini.
Pada tahap meraban pertama ini, biasanya orang tua
mulai memperkenalkan dan memperlihatkan segala sesuatu kepada bayinya, contoh, ”Nani sayang, Nani cantik”.Maksudnya
Si ibu mengenalkan nama si bayi, biasanya dilakukan berulang-ulang dengan berbagai cara. Misal,
“Lihat! Ayah datang!”, Si Ibu mengarahkan wajah anak kepada ayahnya. Ia ingin
mengenalkan konsep ayah kepada anaknya.
Melihat uraian di atas jelas bahwa pada tahap ini
perkembangan yang mencolok adalah perkembangan comprehension (komprehensi) artinya
penggunaan bahasa secara pasif (Marat:1983). Komprehensi merupakan elemen
bahasa yang dikuasai terlebih dahulu oleh anak sebelum anak bisa memproduksi
apa pun yang bermakna. Menurut Altmann (dalam Dardjowidjojo, 2000) bahwa sejak
bayi berumur 7 bulan dalam kandungan, seorang bayi telah memiliki system
pendengaran yang telah berfungsi. Setelah bayi lahir dan mendapatkan masukan
dari orang-orang sekitar, dia mengembangkan komprehensi ini lima kali lipat
daripada produksinya. Pada hakikatnya komprehensi adalah proses interaktif yang
melibatkan berbagai koalisi antara lima faktor, yakni: sintetik, konteks
lingkungan, konteks sosial, informasi leksikal dan prosodi. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa bahasa tidak diturunkan melainkan dapat dikuasai melalui
proses pemerolehan, yang harus dipelajari dan ada yang mengajari. Seperti yang
sudah dibahas dalam kegiatan belajar sebelumnya bahwa perolehan bahasa anak
memerlukan proses pembiasaan yang harus dipelajari seperti halnya tingkah laku yang diperoleh melalui conditioning
dan merupakan hasil pengaruh lingkungan (Skinner:1983).
Walaupun bahasa itu tidak diturunkan tetapi manusia
memiliki kemampuan kognitif dan kapasitas linguistik tertentu dan juga
kapasitas untuk belajar (Marat:1983). Dalam hal ini sekali lagi peran orang
tua, keluarga, lingkungan, bahkan pengasuh anak sangat diperlukan dalam proses
pengembangan bahasa secara optimal. Jika anak telah melampaui masa ini dengan
tidak banyakhambatan maka ia akan melampaui masa berikutnya yang disebut tahap
meraban dua, yaitu dari usia sekitar 5/6 bulan sampai 1 tahun.
B. Tahap
Meraban Kedua
Pada tahap ini anak mulai aktif artinya tidak sepasif
sewaktu ia berada pada tahap meraban pertama. Secara fisik ia sudah dapat
melakukan gerakan-gerakan seperti memegang dan mengangkat benda atau menunjuk.
Berkomunikasi dengan mereka mulai mengasyikan karena mereka mulai aktif memulai
komunikasi, kita lihat apa saja yang dapat mereka lakukan pada tahap ini.
Ø 5-6 bulan
Dari segi komprehensi kemampuan bahasa anak semakin
baik dan luas, anak semakin mengerti beberapa makna kata, misal: nama (diri
sendiri atau panggilan ayah dan ibunya), larangan, perintah dan ajakan ( misal
permainan “ciluk baa”). ini menunjukkan
bahwa bayi sudah dapat memahami ujaran orang dewasa. Di samping itu bayi mulai
dapat melakukan gerakan-gerakan seperti mengangkat benda dan secara spontan
memperlihatkannya kepada orang lain (Clark:1997). Dengan cara ini ada beberapa
kemungkinan yang meraka inginkan, misalnya:
Ø Lihat,
ini bagus!”, ingin memperlihatkan sesuatu
Ø “Apa
ini?!”, ingin mengetahui sesuatu
Ø “Pegang
ini! ingin meminta orang lain ikut memegang, dan lain-lain.
Menurut Tarigan (1985) tahap ini disebut juga tahap
kata omong kosong, tahap kata tanpa makna. Ciri-ciri lain yang menarik selain
yang telah disebutkan tadi adalah: ocehan, seringkali dihasilkan dengan
intonasi, kadang-kadang dengan tekanan menurun yang ada hubungannya dengan
pertanyaan-pertanyaan. Pada tahap mengoceh ini (babbling) bayi mengeluarkan
bunyi-bunyi yang makin bertambah variasinya dan semakin kompleks kombinasinya.
Mereka mengkombinasikan vocal dengan konsonan menjadi struktur yang mirip
dengan silabik (suku kata), misal: ma-ma-ma, ba-ba-ba, pa-pa-pa, da-da-da-da
dsb. Ocehan ini tidak memiliki makna, dan
ada kemungkinan tidak dipakai lagi setelah anak dapat berbicara (mengucapkan
kata atau kalimat). Ocehan ini akan semakin bertambah sehingga anak mampu
memproduksi perkataan pertama atau periode satu kata, yang muncul sekitar usia
anak satu tahun. Pada saat si anak mulai aktif mengoceh orang tua juga harus
rajin merespon suara dan gerak isyarat anak. Menurut Tarigan (1985), orangtua
harus mengumpan balik auditori untuk memelihara vokalisasi anak, maksudnya
adalah agar anak tetap aktif meraban. Sebagai langkah awal latihan ialah
mengucapkan kata-kata yang bermakna.
Pada periode ini merabannya disertai gerakan-gerakan
memperlihatkan barang, misalnya, gerakan-gerakan mengangkat mainan. Hal
tersebut harus mendapatakan respon. Anak akan bahagia dan puas jika
mendapatkannya. Biasanya, pada tahap ini orang tua mulai membelikan mainan yang
dapat dipegang anak. Sebaiknya mainan yang menarik perhatian anak dari segi
bentuk dan warna juga tidak membahayakan Si Anak. Dengan demikian seorang ibu
yang bijaksana akan memanfaatkan masa ini untuk memperkenalkan nama benda
sebanyak mungkin dan berulang-ulang. Dapat Anda bayangkan apabila seorang anak
pada tahap ini jarang atau tidak mendapat respon ketika sedang meraban atau Si
Ibu tidak pernah mengacuhkan bayinya ketika memperlihatkan sesuatu padanya.
Ø 7-8 bulan
Jika tadi kita membicarakan tahap perkembangan bahasa
anak umur sekitar 5-6 bulan yang memiliki keterampilan mengoceh dan kombinasi
gerakan-gerakan mengangkat benda untuk menarik perhatian orang dewasa, pada
masa itu bayi belum mengikuti aturan-aturan bahasa yang berlaku. Sekarang kita
akan melihat kemajuan anak sebulan kemudian yaitu usia sekitar 7-8 bulan.
Pada tahap ini orang tua sudah bisa mengenalkan hal
hal baru bagi anaknya, artinya anak sudah bisa mengenal bunyi kata untuk obyek
yang sering diajarkan dan dikenalkan oleh orang tuanya secara berulang-ulang.
Orang dewasa biasanya mulai menggunakan gerakan-gerakan isyarat seperti
menunjuk. Gerakan ini dilakukan untuk menarik perhatian anak, karena si Ibu
ingin menunjukkan sesuatu dan menawarkan sesuatu yang baru dan menarik
(Clark,1997).
Kemampuan anak untuk merespon apa yang dikenalkan
secara berulangulangpun semakin baik, misal: melambaikan tangan ketika ayahnya
atau orang yang dikenalnya akan pergi, beretepuk tangan, menggoyang-goyangkan
tubuhnya ketika mendengar nyanyian,dsb.
Sepertihalnya anak-anak, orang tua pun akan merasa
puas dan gembira jika segala usaha untuk mengajari anaknya mendapat respon.
Artinya segala usaha orang tua ketika mengatakan sesuatu, menunjukkan atau memperlihatkan
sesuatu pada anaknya; mendapat respon dari si anak karena anak faham dan
perkembangan bahasanya sesuai dengan perkembangan usianya.
Jika kita perhatikan pada penjelasana-penjelasan
sebelumnya bahwa perkembangan bahasa anak cenderung bersifat pasif. Suara-suara
yang mereka hasilkan masih berupa ocehan yang belum dapat dipahami. Orang tua
masih sangat berperan sebagai inisator dalam berkomunikasi. Orangtua adalah
guru bahasa yang paling berharga bagi mereka. Karena tanpa bantuan orang tua,
perkembangan bahasa anak dapat terhambat.
Ø
8 bulan s/d 1 tahun
Setelah anak melewati periode mengoceh, anak mulai
mencoba mengucapkan segmen-segmen fonetik berupa berupa suku kata kemudian baru
berupa kata. Misal:bunyi “ bu” kemudian “bubu” dan terakhir baru dapat
mengucapkan kata “ibu”. Contoh lain: “pa”, “empah” baru kemudian anak dapat
memanggil ayahnya “papa”atau “bapak”. Pada tahap ini anak sudah dapat
berinisiatif memulai komunikasi. Ia selalu menarik perhatian orang dewasa,
selain mengoceh ia pun pandai menggunakan bahasa isyarat. Misalnya dengan cara
menunjuk atau meraih benda-benda. Gerakan- gerakan isyarat tersebut (Clark,
1977) mimiliki dua fungsi yaitu untuk mengkomunikasikan sesuatu dan meminta
sesuatu atau minta penjelasan, contohnya ketika si anak meraih benda: tujuannya
adalah, ia meminta sesuatu atau meminta penjelasan . si anak akan merasa puas
jika orang dewasa melihat ke arah benda yang menarik perhatiannya. Pada tahap
ini pun peran orang tua masih sangat besar dalam pemerolehan bahasa pertama
anak. Orang tua harus lebih aktif merespon ocehan dan gerakan isyarat anak.
Karena kalau orang tua tidak memahami apa yang dimaksud anak, anak akan kecewa
dan untuk masa berikutnya anak akan pasif dalam berkomunikasi dengan
lingkungannya.
Menurut Marat (1983) anak pada periode ini dapat
mengucapkan beberapa suku kata yang mungkin merupakan reaksi terhadap situasi
tertentu atau orang tertentu sebagai awal suatu simbolisasi karena kematangan
proses mental (kognitif). Dengan kata lain kepandaian anak semakin meningkat.
Semakin pandai si anak, pada akhirnya perkembangan meraban kedua telah dicapai.
Anak akan mulai belajar mengucapkan kata pada periode berikutnya yang disebut
periode/ tahap linguistik.
C. Tahap
Linguistik
Jika pada tahap pralinguistik pemerolehan bahasa anak
belum menyerupai bahasa orang dewasa maka pada tahap ini anak mulai bisa
mengucapkan bahasa yang menyerupai ujaran orang dewasa. Para ahli
psikolinguistik membagi tahap ini ke dalam lima tahapan, yaitu:
Ø Tahap
Linguistik I : Tahap kalimat satu kata (tahap holofrastik).
Ø Tahap
Linguistik II : Tahap kalimat dua kata.
Ø Tahap
Linguistik III : Tahap pengembangan tata bahasa.
Ø Tahap
Linguistik IV : Tahap tata bahasa menjelang dewasa/prabahasa.
Ø Tahap
Linguistik V : Tahap Kompetensi Penuh
Berikutnya kita akan
membahas kelima bagian tahap perkembangan bahasa di atas satu persatu.
Ø Tahap
I, tahap holofrastik (tahap linguistik pertama).
Sejalan dengan perkembangan biologisnya, perkembangan
kebahasaan anak mulai meningkat. Pada usia 1-2 tahun masukan kebahasaan berupa
pengetahuan anak tentang kehidupan di sekitarnya semakin banyak, misal:
nama-nama keluarga, binatang, mainan, makanan, kendaraan, perabot rumah tangga,
jenis-jenis pekerjaan dsb. Faktor factor masukan inilah yang memungkinkan anak
memperoleh semantik (makna kata) dan kemudian secara bertahap dapat
mengucapkannya.
Tahap ini adalah tahap dimana anak sudah mulai
mengucapkan satu kata. Menurut Tarigan (1985). Ucapan-ucapan satu kata pada
periode ini disebut holofrase/holofrastik karena anak-anak menyatakan
makna keseluruhan frase atau
kalimat
dalam satu kata yang diucapkannya itu. Contohnya: kata “asi“ (maksudnya nasi ) dapat berarti dia ingin makan
nasi, dia sudah makan nasi,nasi ini tidak enak atau apakah ibu mau makan nasi?
dsb. Agar kita dapat memahami maksud yang
sesungguhnya, kita harus mencermati keadaan anak dan lingkungan pada saat
ucapan satu kata itu diucapkan. Orang dewasa harus faham bahwa pada tahap
holofrasa ini, ingatan dan alat ucap anak belum cukup matang untuk mengucapkan
satu kalimat yang terdiri dari dua kata atau lebih.
Tahap holofrase ini dialami oleh anak normal yang
berusia sekitar 1-2 tahun. Waktu berakhirnya tahap ini tidak sama pada setiap
anak. Ada anak yang lebih cepat mengakhirinya, tetapi ada pula yang sampai umur
anak 3 tahun. Pada tahap ini gerakan fisik seperti menyentuh, menunjuk,
mengangkat benda dikombinasikan dengan satu kata.
Seperti halnya gerak
isyarat, kata pertama yang dipergunakan
bertujuan untuk memberi komentar terhadap objek atau kejadian di dalam lingkungannya.
Satu kata itu dapat berupa, perintah, pemberitahuan, penolakan, pertanyaan, dan
lain-lain. Di samping itu menurut Clark (1977) anak berumur 1 tahun menggunakan
bahasa isyarat dengan lebih komunikatif. Fungsi gerak isyarat dan kata
manfaatnya bagi anak itu sebanding. Dengan kata lain, kata dan gerak itu sama
pentingnya bagi anak pada tahap holofrasa ini. Ada pun kata-kata pertama yang
diucapkan berupa objek atau kejadian yang sering ia dengar dan ia lihat. Contoh
kata-kata pertama yang biasanya dikuasi anak adalah: pipis (buang air kecil),
mamam atau maem (makan), dadah sambil malambaikan tangan, mah (mamah), pak
(bapak), bo (tidur). Kata-kata yang biasanya digunakan untuk bertanya
adalah:apa, kenapa, sedangkan kata-kata perintah: sini, sana, lihat; dengan
pengucapan yang tidak sama untuk tiap anak . Kata-kata yang digunakan untuk
meminta adalah: lagi, mau, dan minta (inipun dengan pengucapan yang berbeda
untuk tiap anak).
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa pada tahap
ini anak mengalami kesulitan mengucapkan bunyi tertentu seperti r, s, k, j dan
t. oleh karena itu pengucapan mereka beragam dan tidak sama percis dengan
ucapan orang dewasa. Anak yang mencapai usia 1 tahun 6 bulan belum dapat aktif
berbicara dalam suatu percakapan.
Setelah anak mencapai usia 1 tahun 6 bulan ia mulai
aktif diajak bercakap-cakap oleh orang dewasa, mereka sudah memahami kapan
giliran mereka berbicara dalam suatu percakapan .Inisiatif dalam percakapan
masih dipegang oleh orang dewasa dan ketika anak menjawab pertanyaan dia tidak
menggunakan lebih dari satu kata dan jawabannya masih disertai gerak isyarat.
Kemajuan anak setelah mencapai usia satu tahun ini
pesat sekali. Setelah anak mampu mengucapkan satu kata, lalu dapat diajak
berperan dalam suatu percakapan, maka perkembangan baru lainnya adalah si anak
dapat melontarkan informasi baru ketika diajak bercakap-cakap. Dikatakan
informasi baru karena kata yang ia ucapkan sebelumnya tidak diucapkan oleh Si
Penanya. Karena pada keterampilan sebelumnya ia hanya membeo saja. Inilah
contoh ketika anak bisa melontarkan informasi baru, atau dengan kata lain ia
mengucapkan kata tidak meniru. Pada tahap ini orang tua kadang dikagetkan olaeh
si anak karena tibatiba
saja
si anak mengatakan sesuatu yang kita anggap dia tidak bisa sebelumnya. Misalnya
saja ketika si ibu sedang memasak lau si anak melihat api kompor menyala,
tiba-tiba si anak mengatakan api! Atau panas!. Kemajuan pada
tahap satu kata diantaranya adalah mampu mengucapkan satu kata, ucapan satu
kata dikombinasikan dengan gerakan isyarat, lalu ia sudah biasa diajak
bercakap-cakap: ia mengerti kapan gilirannya berbicara lalu ia dapat
melontarkan informasi baru dalam ucapannya. Itu artinta ia mulai mengurangi
cara menirukan kata. Setelah melampaui usia 2 tahun banyak lagi keterampilan
yang dia kuasai.