Fonologi Bahasa Indonesia
Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang dapat membedakan arti. Ilmu
yang mempelajari tentang fonem disebut fonemik. Fonemik merupakan bagian dari
fonologi. Fonologi ini khusus mempelajari bunyi bahasa. Untuk mengetahui suatu
fonem harus diperlukan pasangan minimal.
Contoh:
harus – arus ? /h/ adalah
fonem karena membedakan arti kata harus dan arus.
Fonem dalam bahasa Indonesia terdiri
atas vokal dan konsonan.
Vokal adalah bunyi ujaran yang tidak mendapatkan rintangan saat dikeluarkan
dari paru-paru. Vokal dibagi menjadi dua, yaitu vokal tunggal (monoftong) yang
meliputi a, i, u, e, o dan vokal rangkap (diftong), yang meliputi ai, au, oi.
Konsonan adalah bunyi ujaran yang dihasilkan dari paru-paru dan mengalami
rintangan saat keluarnya. Contoh konsonan antara lain p, b, m, w, f, v, t, d,
n, c, j, k, g, h. Konsonan rangkap disebut kluster. Contoh kluster pada kata
drama, tradisi, film, modern.
Perubahan fonem bahasa Indonesia bisa terjadi karena pengucapan bunyi
ujaran memiliki pengaruh timbal balik antara fonem yang satu
dengan yang lain. Macam perubahan fonem antara lain (1) alofon;
(2) asimilasi; (3) desimilasi; (4) diftongisasi; (5) monoftongisasi; (6) nasalisasi.
1. Alofon adalah variasi fonem karena pengaruh lingkungan suku kata.
Contoh :
simpul-simpulan. Fonem /u/ pada kata [simpul] berada pada lingkungan suku
tertutup dan fonem /u/ pada kata [simpulan] berada pada lingkungan suku
terbuka. Jadi, fonem /u/ mempunyai dua alofon, yaitu [u] dan (u).
2. Asimilasi adalah proses perubahan bunyi dari tidak sama menjadi sama atau
hampir sama.
Contoh: in +
moral ? immoral ? imoral.
3. Desimilasi adalah proses perubahan bunyi yang sama menjadi tidak sama.
Contoh :
sajjana menjadi sarjana.
4. Diftongisasi adalah perubahan monoftong menjadi diftong.
Contoh:
anggota menjadi anggauta.
5. Monoftongisasi adalah proses perubahan diftong menjadi
monoftong.
Contoh:
ramai, menjadi rame.
6. Nasalisasi adalah persengauan atau proses memasukkan huruf nasal (n, m, ng,
ny) pada suatu fonem.
7. Contoh : me/m/ pukul menjadi memukul.
B. Membedakan dan Melafalkan Fonem Bahasa Indonesia
Secara umum bunyi bahasa dibedakan atas vokal, konsonan, dan semi- vokal.
Perbedaan antara vokal dan konsonan didasarkan pada ada atau tidaknya hambatan
(proses artikulasi) pada alat bicara. Agar lebih jelas, Anda dapat melihat
tabel berikut.
Vokal
·
Bunyi yang tidak disertai hambatan pada alat bicara.
·
Hambatan hanya terdapat
pada pita suara.
·
Tidak terdapat artikulasi
·
Semua vocal dihasilkan dengan bergetarnya pita suara.
Dengan demikian, semua vokal adalah bunyi
suara.
Konsonan
·
Bunyi yang dibentuk dengan
menghambat arus udara pada sebagian alat bicara.
·
Terdapat artikulasi.
·
Konsonan bersuara adalah konsonan yang dihasilkan dengan bergetarnya pita
suara.
·
Konsonan tidak bersuara adalah konsonan yang
dihasilkan tanpa bergetarnya pita suara.
Vokal
Bunyi vokal dibedakan berdasarkan posisi tinggi rendahnya, lidah,
bagian lidah yang bergerak, struktur, dan bentuk bibir. Dengan demikian,
bunyi vokal tidak dibedakan berdasarkan posisi artikulatornya karena
pada bunyi vokal tidak terdapat artikulasi. Artikulator adalah bagian alat ucap
yang dapat bergerak.
a. Vokal berdasarkan tinggi rendahnya
posisi lidah.
b. Vokal berdasarkan bagian lidah (depan, tengah, belakang) yang bergerak (gerak naik turunnya
lidah).
c. Vokal berdasarkan posisi strukturnya.
Struktur adalah keadaan hubungan posisional artikulator aktif dan
artikulator pasif. Artikulator aktif adalah alat ucap yang bergerak
menuju alat ucap yang lain saat membentuk bunyi bahasa. Artikulator pasif
adalah alat ucap yang dituju oleh artikulator aktif saat mem bentuk bunyi
bahasa.
Dalam bunyi vokal tidak terdapat artikulasi, maka struktur untuk
vokal ditentukan oleh jarak lidah dengan langit-langit. Menurut
strukturnya, vokal dapat dibedakan seperti uraian berikut.
1. Vokal tertutup (close vowels) yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah
diangkat setinggi mungkin mendekati langit-langit. Vokal tertutup antara lain [
i ], [ u ].
2. Vokal semitertutup (half-close) yaitu vokal yang dibentuk dengan
lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga di bawah tertutup atau dua per tiga
di atas vokal terbuka. Vokal semitertutup antara lain [ e ], [ o ], [ I ], [ U
].
3. Vokal semiterbuka (half-open) yaitu vocal yang dibentuk dengan lidah
diangkat dalam ketinggian sepertiga di atas terbuka atau dua per tiga di bawah
vokal tertutup. Vokal semiterbuka antara lain [ a ], [ ], [ c ].
4. Vokal terbuka (open
vowels) yaitu vokal yang dibentuk dengan
lidah dalam posisi serendah mungkin. Vokal terbuka adalah [ a ].
d. Vokal berdasarkan bentuk bibir saat vokal diucapkan.
Bunyi vokal dapat diucapkan dengan memanjangkan atau memendekkan
vokal tersebut. Pemanjangan dan pemendekan pengucapan vokal dapat mengubah
maksud pembicaraan. Pemanjangan vokal diberi tanda [ . . . ] di atas bunyi yang
dipanjangkan atau tanda [ . . . : ] di samping kanan bunyi yang dipanjangkan.
Contoh:
Frasa tatap muka [ t a t a p ] [ m u k a ] bila vokal [ u
] dilafalkan pendek
maka akan bermakna bertemu. Namun, jika vokal [ u ] dilafalkan memanjang
[ t a t a p ] [ m u : ] [ k a ]
maka akan menimbulkan makna menatapmu dan bunyi [ k a ] seakan-akan
menghilang.
Dalam kehidupan sehari-hari pemanjangan dan pemendekan vokal jarang
ditemui. Pemanjangan dan pemendekan vokal biasa ditemui dalam dunia hiburan,
seperti pada dagelan atau acara humor dan komedi.
Konsonan
Konsonan dapat dibedakan
menurut:
a. cara hambat (cara artikulasi) atau cara pengucapannya;
b. tempat hambat (tempat artikulasi);
c. hubungan posisional antara penghambat-penghambat atau hubungan antara
artikulator pasif; dan bergetar tidaknya pita suara.
Klasifikasi konsonan berdasarkan cara pengucapan atau cara artikulasi
seperti uraian berikut.
1. Konsonan Hambat Letup (Stops, Plosives)
Konsonan hambat letup ialah konsonan yang terjadi dengan
hambatan penuh arus udara. Kemudian, hambatan itu dilepaskan
secara tiba-tiba. Berdasarkan tempat artikulasi, konsonan hambat letup
dibedakan seperti berikut.
a. Konsonan hambat letup bilabial. Konsonan ini terjadi jika
artikulator aktifnya bibir bawah dan artikulator pasifnya bibir atas. Bunyi
yang dihasilkan [ p, b ].
b. Konsonan hambat letup apiko-dental. Konsonan ini terjadi jika artikulator
aktifnya ujung lidah dan artikulator pasifnya gigi atas. Bunyi yang dihasilkan
[ t, d ].
c. Konsonan hambat letup apiko-palatal. Konsonan ini terjadi jika artikulator
aktifnya ujung lidah dan artikulator pasifnya langit- langit keras
(langit-langit atas). Bunyi yang dihasilkan [ t , d ]. [ t ]
. . . ditulis th sedangkan [ d ]
ditulis dh.
d. Konsonan hambat letup medio-palatal. Konsonan ini terjadi jika artikulator
aktifnya tengah lidah dan artikulator pasifnya langit- langit keras. Bunyi yang
dihasilkan [ c, j ].
e. Konsonan hambat letup dorso-velar. Konsonan ini terjadi jika
artikulator aktifnya pangkal lidah dan artikulator pasifnya langit-
langit lunak (langit-langit bawah). Bunyi yang dihasilkan
[ k, g ].
f. Konsonan hamzah. Konsonan ini terjadi dengan menekan rapat yang satu
terhadap yang lain pada seluruh pita suara, langit-langit lunak beserta anak
tekak di tekan ke atas sehingga arus udara terhambat beberapa saat. Bunyi yang
dihasilkan [ ? ].
g. Konsonan Getar
Konsonan
getar ialah konsonan yang dibentuk dengan menghambat jalan arus udara yang
diembuskan dari paru-paru secara berulang-ulang dan cepat. Menurut tempat artikulasinya
konsonan getar dinamai konsonan getar apiko-alveolar. Konsonan ini terjadi jika
artikulator aktif yang menyebabkan proses menggetar adalah ujung lidah dan
artikulator pasifnya gusi. Bunyi yang dihasilkan [ r ].
h. Semivokal
Bunyi semivokal termasuk konsonan. Hubungan antarpeng-hambat dalam
mengucapkan semivokal adalah renggang terbentang
atau renggang lebar. Berdasarkan hambatannya, ada dua jenis
semivokal sebagai berikut.
1) Semivokal bilabial, semivokal ini terjadi jika artikulator aktifnya bibir
bawah dan artikulator pasif adalah bibir atas. Bunyi yang dihasilkan adalah
bunyi [ w ].
2) Semivokal medio-palatal, semivokal ini terjadi jika artikulator
aktifnya tengah lidah dan artikulator pasifnya langit-langit keras. Bunyi yang
dihasilkan [ y].
Cara mengucapkan atau melafalkan bunyi dalam bahasa Indonesia dapat
dituliskan dengan lambang fonetis.