Konsep Dasar dan Landasan Pengembangan Kurikulum
- Pengertian Kurikulum
Istilah
kurikulum (curriculum), yang pada
awalnya digunakan dalam dunia olahraga, berasal dari kata curir (pelari) dan curere
(tempat berpacu). Pada saat itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus
ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start
sampai finish untuk memperoleh
medali/penghargaan. Kemudian, pengertian tersebut diterapkan dalam dunia
pendidikan menjadi sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh seorang
siswa dari awal sampai akhir program pelajaran untuk memperoleh penghargaan
dalam bentuk ijazah.
Dari
pengertian tersebut, dalam kurikulum terkandung dua hal pokok, yaitu (1) adanya
mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa, dan (2) tujuan utamanya yaitu
untuk memperoleh ijazah. Dengan demikian, implikasi terhadap praktik pengajaran
yaitu setiap siswa harus menguasai seluruh mata pelajaran yang diberikan dan
menempatkan guru dalam posisi yang sangat penting dan menentukan.
Kurikulum
itu tidak terbatas pada sejumlah mata pelajaran saja, tetapi mencakup semua
pengalaman belajar yang dialami siswa dan mempengaruhi perkembangan pribadinya.
Selain iu, kurikulum juga tidak dibatasi pada kegiatan di dalam kelas saja,
tetapi mencakup juga kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa di luar kelas.
- Dimensi Kurikulum
S.
Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa kurikulum memiliki empat dimensi
pengertian, keempat dimensi kurikulum tersebut yaitu:
- Pengertian kurikulum dihubungkan dengan dimensi ide
Kurikulum
itu adalah sekumpulan ide yang akan dijadikan pedoman dalam pengembangan
kurikulum selanjutnya.
- Pengertian kurikulum dikaitkan dengan dimensi rencana
Kurikulum
adalah sebagai seperangkat rencana dan cara mengadmistrasikan tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
- Pengertian kurikulum dikaitkan dengan dimensi aktifitas
Kurikulum
adalah segala aktifitas dari guru dan siswa dalam proses pembelajaran di
sekolah.
- Pengertian kurikulum dikaitkan dengan dimensi hasil
Kurikulum
itu sangat memperhatikan hasil yang akan dicapai oleh siswa agar sesuai dengan
apa yang telah direncanakan dan yang menjadi tujuan dari kurikulum tersebut.
- Fungsi Kurikulum
- Fungsi Penyesuaian
Fungsi
penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu mengarahkan siswa agar memiliki sifat well
adjusted yaitu mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan itu sendiri senantiasa
mengalami perubahan dan bersifat dinamis. Oleh karena itu, siswa pun harus
memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di
lingkungannya.
- Fungsi Integrasi
Fungsi
integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa pada dasarnya merupakan anggota
dan bagian integral dari masyarakat. Oleh karena itu, siswa harus memiliki
kepribadian yang dibutuhkan untuk dapat hidup dan berintegrasi dengan
masyarakatnya.
- Fungsi Diferensiasi
Fungsi
diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu siswa. Setiap siswa
memiliki perbedaan, baik dari aspek fisik maupun psikis yang harus dihargai dan
dilayani dengan baik.
- Fungsi Persiapan (the propaedeutic function)
Fungsi persiapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai
alat pendidikan harus mampu mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi ke
jenjang pendidikan berikutnya. Selain itu, kurikulum juga diharapkan dapat mempersiapkan
siswa untuk dapat hidup dalam masyarakat seandainya karena sesuatu hal, tidak
dapat melanjutkan pendidikannya.
- Fungsi Pemilihan (the selective function)
Fungsi
pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih program-program belajar yang
sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Fungsi pemilihan ini sangat erat
hubungannya dengan fungsi diferensiasi, karena pengakuan atas adanya perbedaan
individual siswa berarti pula diberinya kesempatan bagi siswa tersebut untuk
memilih apa yang sesuai dengan minat dan kemampuannya.
- Fungsi Diagnostik (the diagnostic function)
Fungsi
diagnostik mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan menerima kekuatan
(potensi) dan kelemahan yang dimilikinya. Apabila siswa sudah mampu memahami
kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya, makadiharapkan
siswa dapat mengembangkan sendiri potensi kekuatan yang dimilikinya atau
memperbaiki kelemahan-kelemahannya.
- Peranan Kurikulum
- Peranan Konservatif
Peranan
konservatif menekankan bahwa kurikulum itu dapat dijadikan sebagai sarana untuk
mentransmisikan nilai-nilai warisan budaya masa lalu yang dianggap masih
relevan dengan masa kini kepada generasi muda, dalam hal ini para siswa.
- Peranan Kreatif
Peranan
kreatif menekankan bahwa kurikulum harus mampu mengembangkan sesuatu yang baru
sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat pada
masa sekarang dan masa mendatang.
- Peranan Kritis dan Evaluatif
Peranan
kurikulum tidak hanya mewariskan nilai dan budaya yang ada atau menerapkan
hasil perkembangan baru yang terjadi, melainkan juga memiliki peranan untuk
menilai dan memilih nilai dan budaya serta pengetahuan baru yang akan
diwariskan tersebut. Dalam hal ini, kurikulum harus turut aktif berpartisipasi
dalam kontrol ataufilter sosial. Nilai-nilai sosial yang tidak sesuai lagi
dengan keadaan dan tuntutan masa kini dihilangkan dan diadakan modifikasi atau
penyempurnaan-penyempurnaan.
- Landasan Pengembangan Kurikulum
Landasan pengembangan kurikulum dapat diartikan sebagai
suatu gagasan, asumsi atau prinsip yang menjadi sandaran atau titik tolak dalam
mengembangkan kurikulum.
Robert S. Zais (1976) mengemukakan
empat landasan pengembangan kurikulum, yaitu: Philosophy and the nature of
knowledge, society and culture, the individual, dan learning theory.
Kurikulum sebagai suatu sistem terdiri atas empat komponen, yaitu: komponen
tujuan (aims, goals, objectives), isi/materi (contents), proses
pembelajaran (learning activities), dan komponen evaluasi (evaluations).
Agar setiap komponen bisa menjalankan fungsinya secara tepat dan bersinergi,
maka perlu ditopang oleh sejumlah landasan (foundations), yaitu landasan
filosofis sebagai landasan utama, masyarakat dan kebudayaan, individu (peserta
didik), dan teori-teori belajar.
Landasan pokok dalam pengembangan kurikulum dikelompokkan ke
dalam empat jenis, yaitu:
- Landasan Filosofis Pengembangan Kurikulum
Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum ialah asumsi-asumsi
atau rumusan yang didapatkan dari hasil berpikir secara mendalam, analitis,
logis dan sistematis (filosofis) dalam merencanakan, melaksanakan, membina dan
mengembangkan kurikulum.
Filsafat berupaya mengkaji berbagai permasalahan yang
dihadapi manusia, termasuk masalah pendidikan. Pendidikan sebagai ilmu terapan,
tentu saja memerlukan ilmu-ilmu lain sebagai penunjang, di antaranya adalah
filsafat.
Menurut Redja Mudyahardjo (1989), terdapat tiga sistem
pemikiran filsafat yang sangat besar pengaruhnya dalam pemikiran pendidikan
pada umumnya, dan pendidikan di Indonesia pada khususnya, yaitu:
- Filsafat idealisme
Menurut filsafat idealisme bahwa manusia adalah mahluk
spiritual, mahluk yang cerdas dan bertujuan. Pikiran manusia diberikan
kemampuan rasional sehingga dapat menentukan pilihan mana yang harus
diikutinya.
Berdasarkan pemikiran filsafat idealisme bahwa tujuan
pendidikan harus dikembangkan pada upaya pembentukan karakter, pembentukan
bakat insani dan kebajikan sosial sesuai dengan hakikat kemanusiaannya.
- Filsafat Realisme
Menurut filsafat realisme memandang
bahwa dunia atau realitas adalah bersifat materi. Maka tujuan pendidikan
hendaknya dirumuskan terutama diarahkan untuk melakukan penyesuaian diri dalam
hidup dan melaksanakan tanggung jawab sosial. Oleh karena itu, kurikulum harus
dikembangkan secara komprehensif meliputi pengetahuan yang bersifat sains, sosial,
maupun muatan nilai-nilai.
Untuk itu pendidik harus menguasai
tugas-tugas yang terkait dengan pendidikan khususnya dengan pembelajaran,
seperti penguasaan terhadap metode, media, dan strategi serta teknik pembelajaran.
- Filosofis Pragmatisme
Manusia menurut pragmatisme
adalah hasil evolusi biologis, psikologis dan sosial. Manusia lahir tanpa
dibekali oleh kemampuan bahasa, keyakinan, gagasan atau norma-norma.
Implikasi terhadap pengembangan isi atau bahan dalam
kurikulum ialah harus memuat pengalaman-pengalaman yang telah teruji, yang
sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.
- Landasan Psikologis Pengembangan Kurikulum
Adanya landasan psikologi dalam pengembangan kurikulum agar
upaya pendidikan yang dilakukan dapat menyesuaikan dengan hakikat peserta
didik, baik penyesuaian dari segi materi atau bahan yang harus disampaikan,
penyesuaian dari segi proses penyampaian atau pembelajarannya, dan penyesuaian
dari unsur-unsur upaya pendidikan lainnya.
Psikologi perkembangan diperlukan untuk menentukan isi
kurikulum yang diberikan kepada siswa, baik tingkat kedalaman dan keluasan
materi, tingkat kesulitan dan kelayakannya serta kebermanfaatan materi
senantiasa disesuaikan dengan tarap perkembangan peserta didik.
- Perkembangan Peserta didik dan Kurikulum
Pemahaman tentang perkembangan peserta didik berimplikasi
terhadap pengembangan kurikulum, antara lain:
- Setiap peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat, minat, dan kebutuhannya.
- Di samping disediakan pelajaran yang sifatnya umum (program inti) yang wajib dipelajari setiap anak di sekolah, juga perlu disediakan pelajaran pilihan yang sesuai dengan minat anak.
- Lembaga pendidikan hendaknya menyediakan bahan ajar baik yang bersifat kejuruan maupun akademik. Bagi anak yang berbakat di bidang akademik diberi kesempatan untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan berikutnya.
- Kurikulum memuat tujuan-tujuan yang mengandung aspek pengetahuan, nilai/sikap, dan keterampilan yang menggambarkan pribadi yang utuh lahir dan batin.
Implikasi
lain dari pemahaman tentang peserta didik terhadap proses pembelajaran dapat
diuraikan sebagai berikut:
- Tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara operasional selalu berpusat kepada perubahan tingkah laku peserta didik.
- Bahan/materi yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan, minat, dan kebutuhan peserta didik sehingga hasilnya bermakna bagi mereka.
- Strategi belajar mengajar yang digunakan harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
- Media yang dipakai dapat menarik perhatian dan minat anak.
- Sistem evaluasi harus dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan.
- Psikologi belajar dan kurikulum
Psikologi belajar merupakan suatu studi tentang bagaimana
individu belajar. Pembahasan tentang psikologi belajar erat kaitannya dengan
teori belajar. Ada tiga jenis teori belajar yang berkembang dan memiliki
pengaruh terhadap pengembangan kurikulum di Indonesia pada khususnya, teori
belajar tersebut antara lain:
- Teori Psikologi Kognitif (Kognitivisme)
Belajar adalah proses mengembangkan insight atau
pemahaman baru atau mengubah pemahaman lama.
- Teori Psikologi Behavioristik
Perkembangan anak ditentukan oleh faktor-faktor yang berasal
dari lingkungan.
- Teori psikologi humanistik
Belajar adalah suatu proses mengembangkan pribadi secara
utuh. Keberhasilan siswa dalam belajar tidak ditentukan oleh guru atau
faktor-faktor eksternal lainnya, akan tetapi oleh siswa itu sendiri.
- Landasan Sosiologis Pengembangan Kurikulum
Landasan
sosiologis pengembangan kurikulum
adalah asumsi-asumsi yang berasal dari sosiologi yang dijadikan titik
tolak dalam pengembangan kurikulum. Jika dipandang dari sosiologi, pendidikan
adalah proses mempersiapkan individu agar menjadi warga masyarakat yang
diharapkan. Oleh karena itu, kurikulum harus mampu memfasilitasi peserta didik
agar mereka mampu bekerja sama, berinteraksi, menyesuaikan diri dengan
kehidupan di masyarakat dan mampu meningkatkan harkat dan martabatnya sebagai
mahluk yang berbudaya.
- Masyarakat dan Kurikulum
Calhoun, Light, dan Keller (1997) memaparkan tujuah fungsi
sosial pendidikan, yaitu:
- Mengajar keterampilan.
- Mentransmisikan budaya.
- Mendorong adaptasi lingkungan.
- Membentuk kedisiplinan.
- Mendorong bekerja berkelompok.
- Meningkatkan perilaku etik, dan
- Memilih bakat dan memberi penghargaan prestasi.
- Kebudayaan dan Kurikulum
Faktor kebudayaan merupakan bagian yang penting dalam
pengembangan kurikulum dengan pertimbangan sebagai berikut:
- Individu lahir tidak berbudaya, baik dalam hal kebiasaan, cita-cita, sikap, pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya. Semua itu dapat diperoleh individu melalui interaksi dengan lingkungan budaya, keluarga, masyarakat sekitar, dan sekolah/lembaga pendidikan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan mempunyai tugas khusus untuk memberikan pengalaman kepada para peserta didik dengan salah satu alat yang disebut kurikulum.
- Kurikulum pada dasarnya harus mengakomodasi aspek-aspek sosial dan budaya. Aspek sosiologis adalah yang berkenaan dengan kondisi sosial masyarakat yang sangat beragam, seperti masyarakat industri, pertanian, nelayan, dan sebagainya. Hal ini membawa implikasi bahwa kurikulum sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan harus bermuatan kebudayaan yang bersifat umum seperti: nilai-nilai, sikap-sikap, pengetahuan, dan kecakapan.
- Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pengembangan Kurikulum
Ilmu dan teknologi tidak bisa dipisahkan. Seiring dengan
perkembangan pemikiran manusia, dewasa ini banyak dihasilkan temuan-temuan baru
dalam berbagai bidang kehidupan manusia seperti kehidupan sosial, ekonomi,
budaya, politik, dan kehidupan lainnya. Baik secara langsung maupun tidak
langsung perkembangan IPTEK tersebut berpengaruh pula terhadap pendidikan. Kegiatan
pendidikan membutuhkan dukungan dari penggunaan alat-alat hasil industri
seperti televisi, radio, video, komputer, dan peralatan lainnya. Penggunaan alat-alat
yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan program pendidikan.
Perkembangan IPTEK berimplikasi terhadap pengembangan
kurikulum, secara tidak langsung menuntut dunia pendidikan untuk dapat
membekali peserta didik agar memiliki kemampuan memecahkan masalah yang
dihadapi sebagai pengaruh perkembangan IPTEK. Selain itu perkembangan IPTEK juga
dimanfaatkan untuk memecahkan masalah pendidikan.