Sejarah Sastra Indonesia
Sastra
Indonesia adalah karya sastra yang di tulis dalam bahasa Indonesia, yaitu
ketika bahasa Indonesia pertama kali di umumkan sebagai bahasa persatuan, yakni
pada acara Sumpah Pemuda tahun 1928.
Dalam
sejarah sastra Indonesia di kenal pula istilah angkatan, yaitu suatu usaha
pengelompokan sastra dalam suatu masa tertentu. Pengelompokan tersebut
berdasarkan ciri ciri khas karya karya sastra yang di lahirkan oleh pengarang
pada masanya.
Sastra
Indonesia di kelompokkan dalam 4 angkatan :
1. Angkatan 20 atau angkatan Balai
Pustaka
Angkatan
20 atau Angkatan Balai Pustaka, disebut demikian karena angkatan ini lahir di
tahun 20 dan pada masa itu penerbit yang paling banyak menerbitkan buku buku
sastra adalah penerbit Balai Pustaka. Selain di sebut angkatan 20 atau Angkatan
Balai Pustaka disebut juga Angkatan Siti Nurbaya, hal ini karena roman yang
paling laris dan paling digemari oleh masyarakat pada masa itu adalah roman
Siti Nurbaya karya Marah Rusli.
2. Angkatan 30 atau angkatan
Pujangga Baru
Angkatan
30 disebut juga Angkatan Pujangga Baru, nama yang diambil dari sebuah nama
majalah sastra yang terbit tahun 1933. Majalah tersebut tersebut adalah
Pujangga Baru. Pelopor Pujangga Baru adalah Sutan Takdir Alisyahbana, Arimiin
Pane, dan Amir Hamzah. Ketiga tokoh ini di beri sebutan tiga serangkai pelopor Pujangga Baru. Karya karya sastra
Angkatan Pujangga Baru mulai menghasilkan karya yang memancarkan jiwa yang
dinamis, individualistis, dan tidak terikat dengan tradisi. Seni menurut mereka
haruslah mampu berperan dalam membangun bangsa dan Negara.
3. Angkatan Empat Puluh Lima
Nama
angkatan 45 diperkenalkan oleh Rosihan Anwar yang ditulis dalam majalah Siasat
pada tahun 1950. Angkatan 45 disebut juga sebagai Angkatan Chairil Anwar,
karena Chairil Anwar begitu besar perjuangannya dalam melahirkan Angkatan 45.
Selain disebut Angkatan Chairil Anwar, angkatan 45 disebut juga Angkatan
Kemerdekaan, karena lahir pada masa Indonesia baru di proklamasikan.
Ciri
ciri hasil karya sastra tahun 45
a.
Bebas artinya tidak terpaku dengan
aturan aturan sastra tertentu, tidak terikat dengan masalah adat istiadat.
b.
Individualistis artinya karya karya
yang lahir benar benar merupakan isi perasaan, pikiran dan sikap pribadi
penulis atau pengarangnya sendiri.
c.
Universalistic, artinya berlaku
universal, karya karya sastra yang membawa kebudayaan Indonesia di tengah tengah kebudayaan dunia.
d.
Realistic, artinya selalu mengungkap
sesuatu yang sudah biasa dilihat atau ditemukan dalam kehidupan sehari hari.
e.
Futuristik, artinya karya sastra yang
berorientasi ke masa depan, atau selalu membawa hal hal yang baru. Berusaha
memajukan pemikiran masyarakat bangsa Indonesia untuk lebih berkembang.
4. Angkatan Enam Puluh Enam
Angkatan
66 ini di kemukan oleh B.J Jassin dengan mengangkat Taufik Ismail sebagai
pelopornya, melalui karyanya Tirani dan Benteng (Kumpulan Puisi) mendapat
pengakuan secara umum.
Di ambil dari buku catatan bahasa Indonesia SMA kelas 1