Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Resume Model Pembelajaran Mitra-Mitra Dalam Pembelajaran (Investigasi Kelompok)

A.      Pengertian Model Mitra-mitra dalam Pembelajaran
Model mitra-mitra dalam pembelajaran merupakan kelompok model pengajaran sosial (pembelajaran sosial). Kelompok model ini muncul karena adanya suatu anggapan mengenai tabiat dasar manusia sebagai makhluk sosial dan cara-cara mereka belajar. Salah satu kelompok model ini adalah mitra-mitra dalam pembelajaran. Dalam KBBI mitra memiliki arti teman, sahabat, teman kerja atau pasangan kerja. Maka mitra-mitra dalam pembelajaran ini merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa bekerja bersama teman (berkelompok) dalam memecahkan suatu masalah. Proses pengembangan kemitraan dalam model mitra-mitra dalam pembelajaran ini kemudian memprosesnya menjadi sebuah model investigasi kelompok. Jadi, dapat dikatakan bahwa model mitra-mitra dalam pembelajaran ini disempurnakan menjadi model investigasi kelompok.
Investigasi kelompok merupakan sebuah bentuk pembelajaran kooperatif yang berasal dari jamannya John Dewey. Kemudian dikembangkan oleh Thelan dan diperluas serta dipertajam oleh Shlomo, Yael Sharan, dan Rachel-Lazarowitz. Dalam model pembelajaran kooperatif learning, metode investigasi kelompok ini merupakan metode pendukung yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan. Menurut Hamdani  model  investigasi kelompok sering dipandang sebagai model  yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Model ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk  mempelajarinya melalui investigasi. Model pembelajarn koperatif learning itu sendiri adalah salah satu model pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran atau disebut juga dengan student oriented.
Investigasi kelompok dapat membangun nilai-nilai pendidikan diantaranya melalui proses demokratis.  Seperti yang telah kita ketahui bahwa arti dari demokrtis itu sendiri adalah kebebasan atau keleluasaan terkait diantanya kebebasan berpedapat, kebebasan memilih sesuatu dan kebebasan untuk mendapatkan hak yang sama. Maka jelaslah bahwa melalui proses demokratis siswa akan mendapatkan nilai-nilai pendidikan khususnya nilai social dimana siswa belajar untuk saling menghargai, belajar mengemukakan pendapat, belajar untuk bekerjasama, dan belajar untuk berkomunikasi dengan baik. Sejalan dengan itu gagasan dari Jhon Dewey (dalam Weil, B.J.M.  & Calhoun, E. hlm. 310: 2009) bahwa “siswa diatur dalam sebuah kelompok dengan pemecahan masalah yang demokratis serta siswa juga mendapatkan pengetahuan tentang akademik dan metode saintifik penelitian saat mereka berproses.”


B.     Orientasi Model Pengajaran
1.      Tujuan dan asumsi
Telah dijelaskan sebelumnya, bahwa model investigasi kelompok ini merupakan salah satu pembelajaran kooperatif. Asumsi yang mendasari pengembangan pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
a.       Sinergi yang ditingkatkan dalam bentuk kerjasama akan meningkatkan motivasi yang jauh lebih besar dari pada lingkungan kompetitif individual.
b.      Setiap anggota kelompok kooperatif saling belajar satu sama lain.
c.       Interaksi antaranggota menghasilkan aspek kognitif.
d.      Kerjasama antar anggota kelompok yang dapat meningkatkan perasaan positif, menghilangkan penyendirian, membangun hubungan dan memberi pandangan positif terhadap orang lain.
e.       Kerjasama yang dilakukan dapat meningkatkan harga diri setiap anggota kelompok, sehingga akan lebih dihormati dan dihargai oleh orang lain dalam sebuah lingkungan.
f.        Meningkatkan kapasitasnya untuk bekerjasama secara produktif, yang berguna bagi skill sosial mereka secara umum.
g.      Melalui pembelajaran koperatif, setiap siswa dapat meningkatkan kemampuannya dalam bekerja sama.
Investigasi kelompok berusaha mencampurkan bentuk strategi pengajaran dengan dinamika proses demokrasi serta proses akademik yang berupa penelitian. Thelen (1960:80) memulai teorinya dengan memaparkankonsep makhluk social, yakni “kumpulan orang laki-laki atau perempuan yang melakukan aktifitas perumusan beberapa peraturan dan kesepakatan yang kemudian membentuk realitas sosial”
2.  Konsep-konsep Dasar
a.    Penelitian
Penelitian didorong adanya tantangan berupa sebuah masalah. Proses sosial meningkatkan penelitian serta pembelajaran dan pengembangan penelitian tersebut. Bagian penelitian pertama adalah saat masing-masing individu dapat memberikan reaksi dan memikirkan sebuah masalah kemudian dipecahkan. Siswa menumbuhkan kesadaran diri serta keinginan untuk mendapatkan makna hidup harus mengetahui bahwa peran ganda sebagai partisipan dan peneliti menelusuri sebuah masalah, pada dasarnya merupakan proses social.
b.    Pengetahuan yang berpusat pada strategi Thelen
Dalam hal ini pengetahuan yang di dapatkan siswa bahwa manusia adalah makhluk sosial. Dimana pengetahuan akan didapatkan dari hasil proses sosial dalam pembelajaran. Sejalan dengan itu seperti yang telah kita ketahui bahwa manusia adalah makhluk sosial yang saling ketergantungan satu sama lainnya sehingga peranannya dalam masyarakat seorang individu harus dapat diterima dalam lingkungannya, maka dari itu jelaslah bahwa manusia dalam membangun pengetahuannya memerlukan negoisiasi dalam hal yang bersifat social
3.  Model Pengajaran
a.    Struktur
Langkah awal dalam gaya ini adalah menyajikan sebuah masalah yang memancing perhatian dan kehebohan siswa. Penyajiaan masalah tersebut bisa dilakukan secara verbal, atau mungkin merupakan pengalaman yang nyata; baik pengalaman yang benar-benar terjadi ataupun pengalaman yang direkayasa oleh guru. Saat penyajian masalah memancing reaksi siswa maka guru harus mengiringi siswa pada langkah selanjutnya, yakni merumuskan serta menyusun masalah-masalah bagi diri mereka sendiri. Setelah itu siswa menganalisis dan akhirnya mengevaluasi solusi dari permasalahan yang dicocokan dengan maksud dan tujuan utamanya.
Adapun langkah-langkah pembelajaran investigasi kelompok sebagai berikut.
Fase Pertama
Fase Kedua
Siswa dihadapkan pada keadaan yang penuh dengan teka-teki (direncanakan atau tidak)
Siswa mengeksplorasi reaksi terhadap situasi
Fase Ketiga
Fase Keempat
Siswa merumuskan tugas dan mengatur pelajaran (masalah definisi, peran, tugas, dan lain-lain.)
Kemandirian dan kelompok belajar
Fase Kelima
Fase Keenam
Siswa menganalisis kemajuan dan proses
Mendaur ulang aktivitas











Langkah-langkah investigasi kelompok pembelajaran IPA dengan materi “Gaya” di kelas 5 Sekolah Dasar diuraikan sebagai berikut:
1. Fase Pertama : Siswa dihadapkan dengan situasi yang bermasalah
-       Guru memberikan permasalahan kepada siswa, misalnya guru melepaskan pulpen atau benda lain begitu saja ke bawah
-       Guru bertanya kepada siswa “mengapa benda-benda yang ibu lepaskan jatuh begitu saja?”.
-       Siswa sudah dihadapkan pada permasalahan
2. Fase Kedua : siswa melakukan eksplorasi sebagai respon terhadap situasi
-       Dengan pertanyaan guru diawal tadi, mungkin siswa awalnya akan mengabaikan peristiwa biasa-biasa saja itu, namun dengan arahan guru, siswa mulai bertanya-tanya jawaban dari permasalahan tersebut. Sebagian siswa mungkin masih mengingat pembelajaran pengaruh gaya terhadap gerak dan bentuk benda di kelas 4.
-       Setelah itu, guru mengantarkan siswa pada sub-sub topik dari materi gaya (gaya gravitasi, gaya magnet, dan gaya gesek)
3. Fase Ketiga : Siswa merumuskan tugas dan mengatur pelajaran
-       Siswa mengatur sendiri kelompok-kelompok yang akan mereka buat
-       Setiap anggota kelompok memiliki peran dan tanggungjawabnya masing-masing dalam meneliti permasalahan yang dihadapi
4. Fase Keempat : siswa melakukan kegiatan individual dan kelompok
-       Setiap anggota kelompok mencatat dan meneliti permasalahan yang menjadi bagiannya
-       Selain itu, siswa juga membuat laporan kelompoknya disamping mereka mengerjakan tugas-tugas individualnya
5. Fase Kelima : Siswa menganalisis kemajuan dan proses
-       Setiap anggota kelompok saling berinteraksi untuk menganalisis perkembangan penelitian mereka
-       Guru berkeliling kepada setiap kelompok untuk melihat kemajuan dan proses penelitian siswa
6. Fase Keenam: Mendaur ulang aktivitas
-       Siswa dan guru mengulang kembali kegiatan pembelajaran dari awal sampai dengan kesimpulan yang didapatkan dari penelitian yang telah dilakukan
b.    Sistem sosial
Sistem sosial menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dan diatur oleh suatu kesepakatan yang dikembangkan dalam batas dan hubungan terhadap penomena rumit yang kemudian dijelaskan oleh seorang guru sebagai sebuah objek pembelajaran. Aktivitas kelompok muncul dalam jumlah struktur eksternal  minimalis yang diberikan oleh seorang guru.
c.    Peran/tugas guru
Peran guru dalam investigasi kelompok yaitu sebagai konselor, konsultan, dan pemberi kritik yang ramah. Seorang guru harus membimbing serta merefleksikan pengalaman kelompok dalam beberapa tingkatan, yaitu pertama, pemecahan masalah atau level tugas, kedua level manajemen kelompok, dan ketiga tingkat makna pribadi.
d.    Penerapan
Investasi kelompok membutuhkan fleksibilitas dari guru dan semua anggota kelas. Meskipun contoh-contoh yang digambarkan dalam model ini cenderung menguraikan hal yang bersifat intelektual dan organitatif, senyatanya praktik investigasi, penyajian masalah awal dilakukan dengan sebuah topic, isu, informasi dan aktivitas alternative dalam lingkup local. Asal mula penelitian bergantung pada minat dan usia siswa, guru merancang penelitian yang cocok dengan kemampuan siswa dalam mengolah investigasi.
Tujuan adanya penelitian yang dilakukan bersama-sama adalah untuk menggabungkan sisi akademik dan social dalam meningkatkan pembelajaran akademik maupun social. Jika diterapkan akan memudahakan untuk mencapai tujuan.
C.    Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok
Menurut Suherman  model  pembelajaran investigasi kelompok  memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan model pembelajaran ini adalah :
a.    Siswa menjadi lebih aktif.
b.    Diskusi menjadi lebih aktif.
c.    Tugas guru menjadi lebih ringan.
d.    Siswa yang nilainya tertinggi diberikan penghargaan yang dapat mendorong semangat belajar siswa.
e.    Setiap kelompok mendapatkan tugas yang berbeda sehingga tidak  mudah untuk mencari jawaban dari kelompok lain
Sementara itu kekurangan model pembelajaran investigasi kelompok adalah:.
a.    Membutuhkan waktu yang lama.
b.    Siswa cenderung ribut, sebab peran seorang guru sangat sedikit.
c.    Biasanya siswa mengalami kesulitan dalam menjelaskan hasil temuannya kepada temannya. 

Sumber:
Joyce, Weil, & Calhoun. 2011. Models of Teaching, Model-Model Pengajaran (edisi kedelapan). Terj. Achmad Fawaid dan Ateilla Mirza. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Cahyani. (2014). Investigasi Kelompok. [Online]. Tersedia: http://digilib.uinsby.ac.id/829/5/Bab%202.pdf [24 Oktober 2017]
Susanti, dkk. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Berdasarkan Keterampilan Proses Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Gugus 2 Mengwi. [Online]. Tersedia: https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/download/1383/1244 [29  September 2017]
Yeni, Mira Ardi. (2016). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri Siliwangi Tahun Pelajaran 2015/2016. [Online]. Tersedia:http://digilib.unila.ac.id/22484/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHASAN.pdf [29 September 2017]