Permainan Bahasa Aspek Membaca
TUGAS PERKULIAHAN
MEMBUAT BAHAN AJAR PERMAINAN BAHASA
DI SD
A.
Kelas/semester : III/1
B.
Aspek Pengembangan
Bahasa : Membaca
C.
KD yang
Dikembangkan : Membaca
nyaring teks (20-25 kalimat) dengan lafal dan intonasi yang tepat.
D. Model Permainan :
Tembak
Baca
E.
Bahan Ajar
Permainan Bahasa : Membaca
cerita pendek bergambar dengan pelafalan yang baik dan benar serta ejaan yang
tepat.
F.
Langah-langkah
Pembelajaran
Kegiatan Awal Pembelajaran
1.
Guru menjelaskan tentang tujuan
pembelajaran.
2.
Guru mempersilahkan kepada siswa, siapa
yang berani membaca penggalan cerita/dongeng.
3.
Guru memberi reward berupa kertas bintang
kepada siswa yang sudah berani membaca penggalan cerita pendek/dongeng.
4.
Siswa dibawah bimbingan guru mengamati
penggunaan bahasa dan ejaan yang tepat pada cerita pendek/dongeng tersebut.
5.
Guru mencontohkan membaca penggalan cerita
pendek/dongeng dengan baik dan benar.
Kegiatan
Inti Pembelajaran
1.
Siswa melakukan permainan “Tembak Baca”
dengan cara:
· Siswa
diarahkan untuk berdiri melingkar oleh guru.
·
Guru memberikan sebuah naskah cerita
pendek/dongeng kepada masing-masing siswa.
SI BEBEK DAN BURUNG HANTU
Dahulu
kala, hidup di kerajaan binatang terasa damai. Seluruh hewan saling sayang
menyayangi. Hewan yang tua menyayangi yang muda, sedang hewan yang muda
menghormati yang tua. Bahkan mereka suka hidup bergotong royong dalam melakukan
setiap pekerjaan. Siapapun yang mendapat kesulitan dalam melakukan sesuatu
pekerjaan maka hewan yang lain serentak beramai-ramai membantunya. Sehingga
semua pekerjaan yang ringan akan cepat terselesaikan dan pekerjaan yang berat
akan terasa ringan karena mereka mengerjakannya bersama-sama. Mereka
melakukannya dengan ikhlas tanpa pamrih apapun.
Namun,
akhir-akhir ini, kehidupan di kerajaan binatang terasa jauh berbeda. Antara
hewan yang satu saling curiga mencurigai. Hewan-hewan tua enggan menyayangi
yang muda, dan sebaliknya hewan-hewan muda sudah tidak menaruh hormat pada
hewan tua. Hewan-hewan muda semakin berani bertindak tidak sopan kepada
hewan-hewan tua. Rasa kegotong royongan dalam melakukan pekerjaan sudah mereka
tinggalkan. Mereka lebih senang hidup menyendiri. Bila ada hewan yang kesulitan
melakukan pekerjaan maka tidak ada seekor hewanpun yang ikhlas membantunya.
Mereka lebih senang menjadi penonton saja terhadap kesulitan teman-temannya.
Kehidupan di kerajaan semakin jauh dari rasa aman dan tenteram.
Perubahan
kehidupan yang jauh dari rasa nyaman di kerajaan binatang itu diakibatkan ulah
Si Bebek yang jago gosip. Tiap hari si bebek selalu menyebarkan gosip
dimana-mana. Seluruh hewan senantiasa menjadi bahan gosipnya. Sehingga antara
hewan satu dan hewan lain terjadi salah faham bahkan tidak jarang terjadi
perkelahian. Bila antara hewan satu dan hewan lain terlibat adu mulut dan
akhirnya berkelahi maka si Bebek menjauhi mereka. Si bebek takut dikeroyok
hewan-hewan karena akibat ulahnya mereka sampai berkelahi. Bahkan terkadang si
bebek saling mengadu domba antara hewan satu dengan lain. Hewan-hewan tua
berusaha diadu dengan hewan-hewan muda. Begitupun sebaliknya.
Si
burung hantu merasa resah dengan perubahan kehidupan di kerajaan binatang yang
semakin tidak ada aturan. Dia tahu bahwa penyebab semua ini adalah akibat ulah
si Bebek. Kemudian Si Burung memikirkan suatu cara bagaimana caranya memberi
pelajaran kepada si bebek. Dia ingin menghentikan tingkah polah si bebek yang
semakin menjadi-jadi.
"Kalau
ulah si Bebek tidak dihentikan, maka kehidupan di kerajaan binatang akan
semakin amburadul," pikir si burung Hantu. Si burung hantu tahu bahwa
setiap malam si bebek selalu tidur di bawah pohon tidak jauh dari rumahnya.
Oleh karena itu, menjelang gelap si
burung hantu sudah bertengger di dahan pohon dimana di bawahnya tenpat si bebek
tidur. Dan tidak berapa lama nampaklah si bebek pulang. Lalu si burung hantu
berusaha mendekatinya.
"Selamat
malam, bebek," sapa burung hantu.
"Hhohoho...selamat
malam. Hei, kau rupanya si mata SIONG," jawab si bebek mengejek.
"Wah
kamu menghina aku, ya! Apa itu si mata SIONG?" tanya si burung hantu tidak
mengerti.
"Hehehehehe...si
mata SIONG! Kalau siang matanya sipit kalau malam matanya plolong!
Hahahaha..."
"Memang
keterlaluan kamu, bebek," kata burung hantu. "Semua teman-temanku
pasti kau hina, kau fitnah, kau adu domba seperti itu. Pantas mereka saling
curiga antara satu dengan yang lain."
"Ya
salah mereka! Kenapa mereka bodoh sehingga bisa saling berkelahi. "
"Jangan
begitu, bebek! Mereka juga teman-temanmu, jadi kamu harus melindungi
mereka..."
"Apa?
Melindungi hewan-hewan yang tidak cerdas seperti mereka? Puih...tidak mau ya.
Bahkan mereka pantas menerima hadiah akibat kebodohannya."
"Hei,
bebek! Tidak pantas kau berkata seperti itu! Sekali lagi aku peringatkan agar
kamu jangan melakukan hal-hal tercela kepada teman-temanku. Kalau tidak
mau....maka.....kamu akan mendapat celaka akibat ulahmu sendiri"
"Memangnya
ada apa dengan kamu ini? Sok usil ngurusi urusan teman! Kamu jangan
mencoba-coba mengancam aku, ya Burung Hantu! Atau kamu menantang berkelahi
dengan aku ya!?" bentak si bebek.
Si burung hantu
tidak menjawab tantangan si bebek. Sebaliknya ia berusaha memanggil semua hewan
agar mengetahui bahwa selama ini mereka telah mendapat fitnahan dan adu domba
si bebek. Di hadapan si bebek dan burung hantu yang sedang berdebat, semua
hewan hanya saling pandang sesama mereka. Ada rasa penyesalan di antara mereka.
Ada rasa bersalah di antara mereka. Selama ini sikap mereka berubah akibat ulah
si bebek. Ternyata si bebek telah menfitnah mereka, telah mengadu domba. Mereka
merasa geram dan marah terhadap ulah si bebek. Mereka mau mengambil tindakan
dengan mengeroyok beramai-ramai namun niat mereka dicegah si burung hantu.
"Sabar
kawan-kawan. Jangan main hakim sendiri. Biarlah si bebek yang mengeluarkan
pendapatnya," seru si burung hantu meredam niat seluruh hewan yang mau
mengeroyok si bebek.
"Aku tidak
terima apabila mendapat tuduhan seperti ini," kata si bebek.
"Sebenarnya tujuanku baik. Aku ingin kalian tidak bodoh lagi...aku ingin
kalian bersatu....aku ingin....,"
Duuuuuuukkkkk....tiba-tiba
ada sebongkah batu besar menimpa mulut si bebek. Entah siapa yang telah melemparkannya.
Namun dilihat dari arahnya, tentu si burung hantu yang telah melemparkannya.
"Aduuuhhhh...weekkk...wek..wek...wek!!!!"
teriak si bebek kesakitan. Dia berusaha melepaskan diri dari himpitan batu yang
menimpa mulutnya namun tidak bisa. Dia terus berusaha melepaskan diri dan
akhirnya setelah menarik mulutnya kuat-kuat ia terbebas dari himpitan batu.
Namun si bebek kembali berteriak dan merasa menyesal karena batu besar yang
menghimpit mulutnya tadi ternyata membuat mulutnya menjadi pipih dan sulit
menjadi bentuk semula. Si bebek kini sulit untuk berkata-kata lagi, karena
setiap berkata-kata dari mulutnya hanya keluar bunyi : Wek..wek..wekk..wekk.
Dan sejak saat itu, si bebek tidak bisa berkata-kata lagi. Dia tidak bisa
memfitnah teman-temannya lagi. Dia tidak bisa mengadu domba seluruh
teman-temannya lagi. Akhirnya ia hanya bisa
menyesal dalam hati dan sambil kedua matanya berlinang air mata ia pergi
menjauhi teman-temannya karena malu atas perbuatannya selama ini.
"Itulah
akibat kesombongan dan mulut yang senantiasa bergosip, memfitnah, dan mengadu
domba teman. Pasti akan mendapat balasan sesuai perbuatannya,"
Kata si Burung
hantu. Dan seluruh hewan bersorak sorai tanda gembira. Mereka sadar bahwa sikap
mereka selama ini salah akibat fitnahan dan adu domba si bebek. Akhirnya mulai
saat itu mereka bersatu lagi. Hidup mereka menjadi nyaman dan tenteram.
· Guru
menjelaskan cara bermain permainan “Tembak Baca”.
·
Guru membacakan penggalan cerita
pendek/dongeng dengan baik dan benar di tengah-tengah siswa yang melingkar.
·
Setelah guru membaca satu paragraf cerita
pendek/dongeng nya, guru kemudian menarik salah satu siswa ke tengah-tengah
lingkaran untuk melanjutkan ceritanya.
·
Siswa yang telah ditarik ke tengah-tengah
lingkaran kemudian mulai melanjutkan cerita pendek/dongengnya dengan baik dan
benar, dan siswa yang lainnya mendengarkan sambil memperhatikan isi teks
bacaan.
·
Setelah siswa itu selesai membaca 20-25
kalimat, guru menghentikannya dengan cara guru bilang “Dorr!!” sambil memegang
bahu salah satu siswa yang melingkar, kemudian siswa yang dipegang bahu nya itu
harus maju ke tengah-tengah lingkaran dan melanjutkan membaca cerita
pendek/dongeng tersebut.
· Siswa
yang sudah membaca, kembali lagi kebarisan yang melingkar tersebut.
·
Terus lakukan kegiatan point 7 dan 8
sampai semua siswa kebagian membaca cerita pendek/dongeng tersebut.
Kegiatan
Akhir Pembelajaran
1.
Setelah siswa duduk rapih dibangkunya
masing-masing, guru meminta salah satu siswa untuk menyimpulkan isi bacaan yang
ada di cerita pendek/dongeng tersebut.
2.
Guru menyimpulkan materi pembelajaran
tentang membaca dengan lafal dan intonasi yang tepat.
3.
Siswa diberi PR untuk harus membaca
minimal salah satu cerita rakyat dirumah siswa masing-masing, dan pertemuan
berikutnya harus diceritakan.