Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Inovasi Pembelajaran Berbasis Lingkungan




Inovasi Pembelajaran Berbasis Lingkungan

Berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dengan lingkungan sekitar. Pada hakikatnya melaksanakan pembelajaran tidak terbatas pada ruangan kelas saja. Pembelajaran menggunakan pendekatan lingkungan akan menghapus kejenuhan dan menciptakan peserta didik akan cinta lingkungan.

 

Sebenarnya pembelajaran berbasis lingkungan ini bukan sesuatu hal yang baru, melainkan sudah populer dan dikenal pada setiap jenjang satuan pendidikan, hanya saja penggunaan pembelajaran berbasis lingkungan ini sering terlupakan.  Berdasarkan teori belajar, melalui pendekatan lingkungan ini pembelajaran akan menjadi lebih bermakna. Sikap verbalisme siswa terhadap penguasaan konsep dapat diminimalkan dan pemahaman siswa terhadap sesuatu akan membekas dalam ingatannya. Pendekatan lingkungan adalah suatu strategi pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai sasaran belajar, sumber belajar, dan sarana belajar.

 

Hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah lingkungan dan untuk menanamkan sikap cinta lingkungan. (Karli dan Yuliaritningsih, 2002) Pembelajaran dengan pendekatan lingkungan sangat efektif diterapkan disekolah dasar. Hal ini relevan dengan  tingkat perkembangan intelektual usia sekolah dasar 7 – 11 tahun berada pada tahap operasional konkret (Piaget, dalam Willis:154) Hal ini senada dikatakan Margaretha S.Y., (2002) bahwa kecenderungan siswa sekolah dasar yang senang bermain dan bergerak menyebabkan anak-anak lebih menyukai belajar lewat eksplorasi dan penyelidikan di luar ruangan kelas. Landasan penerapan pembelajaran berbasis lingkungan ini didukung oleh landasan kebijakan program sekolah berbudaya lingkungan, yaitu :

1.      UU Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

2.      UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

3.      Kesepakatan Bersama Kementrian Negara Lingkungan Hidup dengan Departemen Pendidikan Nasional KEP. 7/MENLH/06/2005 dan Nomor: 05/VI/KB/2005

 

Pembelajaran pendekatan lingkungan ini sangat relevan dengan model pembelajaran PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan).

Contoh kegiatan belajar mengajar atau kegiatan yang bisa dilaksanakan disekolah mengunakan pendekatan berbasis lingkungan menggunakan model PAIKEM yaitu:

1.      Sebelum Kegiatan Belajar Mengajar

a.       Kegiatan yang dilakukan sebelum bel masuk berbunyi yaitu melakukan piket kelas atau membersihkan ruangan tempat belajar. Hal ini masing-masing guru kelas tidak boleh diam saja diruangan guru, melainkan guru harus bisa mendampingi siswa untuk mengajak melakukan piket kelas atau membersihkan ruangan kegiatan belajar secara bersama-sama. Disini siswa secara tidak langsung diajarkan untuk melakukan percobaan terhadap apa yang belum pernah siswa lakukan, misalnya mengepel lantai, menyapu, dan lain lain, serta siswa juga disini mampu memecahkan masalah bagaimana caranya ruangan itu agar bersih dengan cepat dan tepat waktu yaitu siswa akan melakukan kerjasama untuk menyelesaikan pekerjaannya.

 

b.      Pada saat melakukan kegiatan piket kelas, biasanya akan ada sampah yang berserakan dan berbeda-beda, guru membimbing siswa untuk bisa membedakan sampah organik dan non organik dengan menempatkan ditempat yang berbeda. Disini siswa akan melakukan pengamatan serta akan tahu dan mengalami secara langsung bagaimana cara membedakan sampah organik dan non organik tersebut. Hal ini bisa dihubungkan terhadap mata pelajaran yang berhubungan dengan hal itu. Pada saat kegiatan ini juga siswa tidak merasa sedang belajar dan proses kegiatannya pun akan disenangi oleh siswa.

 

c.       Setelah semuanya terlihat bersih, guru mengajak siswa untuk melakukan kebersihan terhadap diri sendiri, misalnya guru mengajak siswa untuk melakukan cuci tangan. Dan biasa nya disekolah dasar akan terdapat keran khusus untuk mencuci tangan. Disini guru mencontohkan cuci tangan yang baik, serta siswa mampu melakukannya sesuai dengan yang dicontohkan oleh guru.

 

2.      Kegiatan Upacara

Biasanya di sekolah suka mengadakan upacara-upacara rutin yaitu tiap hari senin. Pelaksanaan upacara ini pun tidak hanya dilakukan pada hari senin saja, tetapi ketika ada memperingati hari-hari besar. Sekolah bisa mengajak siswa untuk berpartisipasi mengajak hari-hari besar lingkungan hidup seperti hari pencanangan satu jutu pohon, hari kehutan sedunia, hari air, hari bumi, hari keanekaragaman hayati, hari lingkungan hidup sedunia, hari sampah dan hari cinta puspa dan satwa nasional.

 

3.      Kegiatan Belajar Mengajar

Teknik kegiatan belajar mengajar berbasis lingkungan dapat dilakukan dengan beberapa cara:

a.     Melakukan kegiatan karya wisata yaitu mengunjungi lingkungan yang dijadikan objek studi tertentu sebagai bagian integral dari pelaksanaan kurikulum. Misalnya mengunjuing tempat-tempat sejarah seperti Candi Borobudur. Namun bisa juga ditempat-tempat yang ada di sekitar sekolah, seperti halaman sekolah, kebun sekolah, sawah, kolam ikan, pasar, bank, dan sebagainya.

 

b.    Melakukan kegiatan perkemahan. Dengan kegiatan ini siswa dapat lebih mengerti bagaimana keadaan alam, seperti suhu udara, iklim, suasana atau mengenal masyarakat dimana kegiatan itu dilaksanakan. Kegiatan berkemah dialam terbuka sangat cocok untuk mempelajari ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial. Disini siswa dituntut untuk merekam apa yang ia rasakan, apa yang ia lihat, dan apa yang dikerjakan selama berkemah, hasilnya kemudian bisa dibawa kesekolah untuk dipelajari dan didiskusikan. Kegiatan berkemah ini bisa disatukan dengan kegiatan ekstrakurikuler pramuka.

c.     Melakukan kegiatan survey, yaitu mengunjungi objek tertentu yang relevan dengan tujuan pembelajaran. Misalnya mempelajari kegiatan adat istiadat disuatu daerah, sensus penduduk ekonomi, mata pencaharian yang dominan disuatu daerah, dan lain-lain. Kegiatan belajar yang biasa dilakukan oleh peserta didik diantaranya melalui wawancara dengan pihak-pihak yang dianggap perlu, melakukan pengamatan, kemudian hasilnya dilaporkan dikelas untuk dikaji bersama-sama.

d.    Melakukan kegiatan praktik pada tempat-tempat yang ada dilingkungan sekolah. Jenis-jenis kegiatan yang dipilih harus sesuai dan terjangkau oleh siswa, misalnya membuat anyaman, berternak ikan, berternak ayam, bahkan mencoba untuk berjualan disekolah. Praktik ini dilakukan agar peserta didik ini mampu memperoleh keterampilan atau kecakapan yang bermanfaat bagi dirinya apabila setelah menamatkan pendidikan disekolah dan tidak bisa melanjutkan studi kesekolah yang lebih tinggi. Kegiatan ini bisa dilakukan diluar jam pelajaran sebagai penunjang, biasanya dalam pelaksanaan kurikulum muatan lokal di bidang keterampilan.

e.     Melakukan suatu proyek pelayanan kepada masyarkat. Misalnya membantu dalam hal kebersihan lingkungan, kerja bakti. Manfaatnya agar siswa dapat menumbuhkan rasa peduli akan lingkungan sekitar, mereka akan memiliki pengalaman yang berharga, dapat turut membantu memecahkan masalah yang dihadapi lingkungannya.

4.      Evaluasi Pembelajaran

Penilaian yang dilakukan guru tidak hanya terbatas dengan tes kertas dan pensil, tetapi termasuk menemukan prosedur penilaian alternatif yang dapat digunakan untuk mengukur pekerjaan siswa.  Bahkan penilaian pun tidak hanya dilakukan saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, atau saat kegiatan belajar mengajar berakhir. Penilain bisa dilakukan pada saat guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan produktif yang tidak disadari oleh siswa, peran guru disana melihat keaktifan siswa saat menjawab pertanyaan.