Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hakikat kecerdasan

Kecerdasan pada hakikatnya memuat tujuh aspek yaitu linguistik, matematika, spasial, kinestetis, musik, antarpribadi, dan interpribadi yang kesemuanya merupakan potensi-potensi yang dengan kadar berbeda-beda ada pada setiap orang. Seseorang mungkin saja memiliki kecerdasan linguistik yang menonjol, tetapi dengan kadar kecerdasan musik yang rendah. Contohnya para politikus pasti memilki kecerdasan antarpribadi (people smart) yang tinggi, tetapi bisa dengan kecerdasan interpribadi (self smart) yang rendah. Masih banyak contoh yang dapat disebutkan. Yang jelas setiap orang memilki tujuh jenis kecerdasan itu. Namun yang jadi masalah pendidikan di Indonesia sepertinya cenderung mengoptimalkan satu atau dua kecerdasan saja. Oleh karena itu, tugas yang paling berat adalah pengoptimalisasian tujuh kecerdasan tersebut  yang artinya optimalisasi potensi seluruh otak.
“Otak manusia merupakan sumber bagi banyak hal”, kata seorang ahli otak. Yang dia maksudkan adalah otak manusia yang menjadi kekuatan fisik bagi pengembangan diri manusia secara keseluruhan.
Kecerdasan Emosi (EQ) bertumpu pada jalur emosi dalam otak manusia. Sistem limbik yang secara evolusi jauh lebih tua daripada bagian kulit otak memerankan peran penting dalam tatanan emosi. Selain itu, perkembangan otak manusia menunjukan bahwa sebelum pikiran-pikiran rasional berfungsi terutama pada jenis Homo Sepiens mereka menggunakan pikiran-pikiran emosional untuk merespon lingkungan. Posisi anatomi sistem limbik, tempat pikiran emosional ditata, yang menyokong hemispher cerebri (belahan-belahan otak, tempat pikiran rasional ditata) menunjukan kedudukan. Setidaknya sebelum manusia mampu berpikir secara rasional logis, ia terlebih dahulu memakai perasaannya.
Gambaran diatas memperlihatkan fakta yang menarik. Emosi, perasaan, pikiran-pikiran emosional atau apapun namanya jauh lebih tua daripada pikiran rasional logis manusia. Selain itu, dalam proses berpikir sistem limbik telah memberi peranan yang tidak kecil. Keputusan-keputusan cerdas yang pernah dibuat manusia merupakan hasil kerja sama antara pikiran emosional-intuitif dan pikiran rasional. Kecerdasan manusia juga bertumpu pada kerjasama dua bagian penting otak itu.
Penemuan mutakhir dalam neurosains semakin membuktikan bahwa bagian-bagian tertentu otak bertanggung jawab dalam menata jenis-jenis kecerdasan manusia. Kecerdasan matematika dan bahasa berpusat pada otak kiri. Namun tidak sebagaimana pengaturan berbahasa pada daerah Wernicke, Angular, atau Broca di otak kiri, kecerdasan matematika tidak berpusat secara tegas dalam bagian otak yang terletak di otak kiri itu. Kecerdasan musik dan spasial berpusat di otak sebelah kanan. Kecerdasan kinestetis sebagaimana dimiliki olahragawan terlatih, berpusat pada daerah motorik (gyrus precental) di kulit otak. Kecerdasan interpribadi dan antarpribadi ditata pada lobus prefrontal dan lobus temporal.
Mengacu pada penemuan neurosains tersebut, tak terhitung banyaknya konsep pendidikan dan manajemen yang berpijak pada teori Gardner tersebut. Termasuk disini penemuan teori dua otak dari Roger Sperry. Istilah otak kiri dan otak kanan telah menjadi istilah umum. Para pakar pendidikan dan manajemen mulai berbicara tentang paradigma otak kiri-otak kanan (otak global).

Rasanya kita perlu mengubah paradigma bahwa kecerdasan tidak hanya menggunakan otak kiri yang berkaitan dengan logika dan intelektual. Tetapi juga menggunakan otak kanan yang berkaitan dengan penguasaan filosofi, kreativitas dan inovasi.