Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sinopsis Dunia Shopie


Taman Firdaus
Seorang gadis remaja berumur 14 tahun namanya Sophie Amundsend. Ia memiliki rumah jauh dari sekolahnya. Mungkin rumahnyapun jauh dari pusat keramaian, karena rumahnya berada di pinggir hutan. Jalan dekat rumahnya yang biasa disebut Clover Close hanya dilewati orang pada akhir pekan saja.
Suatu hari Sophie pulang sekolah bersama temanya Joanna. Diperjalanan ia dan Joanna membicarakan tentang robot. Joanna berpendapat bahwa manusia itu layaknya computer yang canggih. Namun Sophia tak berpikir hal demikian. Ia berpikir bahwa manusia bukanlah hanya sebuah perangkat keras. Setelah lama berbincang akhirnya mereka berpisah menuju rumahnya masing-masing.
Sesampainya di rumah, Sophie membuka kotak surat yang ada di depan rumahnya. Biasanya surat itu berisi surat-surat untuk ibunya dan terkadang surat dari ayahnya untuk Sophie. Namun diantara surat-surat itu, Sophie menemukan sebuah surat yang dialamatkan kepadanya “Shopie Amundsend, 3 Clover Close”. Ya, tak salah lagi surat itu ditujukan kepadanya. Sophie langsung bergegas membuka amplop putih itu. Di dalamnya hanya ada secarik kertas yang berisikan sebuah pertanyaan dalam dua kata “Siapakah kamu?”. Sophie langsung berlari memasuki rumah menuju ruang kamarnya. Kemudian ia memikirkan soal pertanyaan itu. Dia tidak tahu. Dia adalah Sophie Amundsend. Namun ia berpikir bagaimana jika ia diberi nama lain misalnya Anne Knutsen, apakah ia akan menjadi orang lain?. Namun ia teringat bahwa ayahnya dulu sempat ingin memberi nama padanya Lillemor Amundsend. Ia membayangkan jika ia memperkenalkan dirinya sebagai Lillemor.
Ia langsung memasuki kamar mandi dan berhadapan dengan cermin. Ia berbicara pada bayangannya sendiri. Ia bertanya “Siapakah kamu?”. Bayangannya itu selalu mengikuti persis gerakan Shopie. Shopie menjawab “Kamu adalah aku”. Namun ia merasa taka da respon dengan bayangannya di cermin. Kemudian ia merubah pernyataannya menjadi “Aku adalah kamu”.
Sophie sering merasa tak puas dengan penampilannya. Orang-orang biasa memujinya dengan kedua matanyanya yang seperti almond. Namun, entah mungkin itu hanya sindiran karena hidungnya yang terlalu kecil dan mulutnya yang terlalu besar. Parahnya lagi Sophie memiliki rambut yang lurus dan tak bisa diapa-apakan seperti jerami. terkadang ia berpikir mengapa ia tak diberi kesempatan untuk menentukan penampilannya sendiri? Ia hanya ditimpa untuk menerima penampilan itu. Bahkan ia tak diijinkan untuk memilih dilahirkan sebagai manusia.
Pusing dengan pertanyaan tersebut, ia beranjak meninggalkankan kamar dan menuju ke taman. Saat ia sudah di luar bersama dengan surat aneh itu. Muncullah sebuah perasaan yang janggal dalam hatinya. Ia merasa seperti sebuah boneka yang tiba-tiba dihidupkan dengan tongkat sihir. Buakankah ajaib hidup berkelana di dunia ini. Ketika memikirkan tentang hidup. Ia menyadari bahwa ia tidak akan hidup selamanya. Kemudian muncul dalam benaknya pertanyaan lagi “apakah ada kehidupan setelah kematian?”. Ketika ia berusaha untuk tidak memikirkan bahwa ia tidak akan hidup selamanya. Namun pikiran itu selalu muncul dalam benaknya.
Belum selesai dengan pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam hatinya. Ia lalu menatap pada kotak surat itu lagi dan ia mendapat sebuah surat yang sama. Ia bergegas membukanya dan benar dugaannya terdapat sebuah pertanyaa aneh lagi. “darimana datangnya dunia?”. Sophie tahu bahwa bumi hanyalah sebuah planet kecil yang ada di luar angkasa. Namun darimanakah asalnya luar angkasa. Ia sempat berpikir mungkin luar angkasa itu selalu ada. Namun hati kecilnya menolak gagasan itu, apakah benar sesuatu selalu ada? Bukankah sesuatu pasti ada permulaannya? Berarti luar angkasapun ada awal mulanya. Tetapi jika sesuatu ada karena adanya sesuatu yang lain. Maka sesuatu yang lainpun terdiri dari sesuatu yang lain. Bukankah sesuatu bisa berasal dari ketiadaan juga. Namun hal itu bukankah sama hal nya dunia selalu ada?.
Mereka belajar di sekolah bahwa dunia diciptakan oleh Tuhan. Sophie berpikir mungkin ini jalan keluar terbaik dari permasalahan pertanyaan tersebut. Namun jauh dalam lubuk hatinya Sophie masihlah menentang jawaban tersebut. Jika Tuhan menciptakan dunia, lalu darimanakah Tuhan? Apakah Tuhanpun berasal dari ketiadaan?. Karena tak mungkin Tuhan dapat menciptakan sesuatu tanpa adanya diri. Oh berarti hanya satu kemungkinan bahwa Tuhan selalu ada. Namun Sophie tetap menolak pendapat itu. Seharusnya sesuatu yang ada haruslah ada permulaannya.
Tak lama kemudian, ada sebuah surat lagi. Amplopnya berwarna putih bergambar pantai tropis dan berstempel prangko Norwegia serta diberi cap “Batalyon PBB”. “Hilde Moller Knag, d/a Sophie Amundsend, 3 Clover Close…”, dan berbunyi :
Hilde sayang, Selamat ulang tahun ke 15! Karena aku yakin kamu akan mengerti, aku ingin memberimu sebuah hadiah yang membuatmu berkembang. Maafkan aku telah mengirimkan kartu ini ke alamat Sophie. Itu adalah cara yang paling mudah. Salam sayang dari ayah.
Sophie langsung bergegas mencari nam Hilde di buku telepon. Dan tidak ada. Ia bingung mengapa ada ayah yang memperdayakan anaknya dengan sebuah surat ucapan ulang tahun dan dikirim ke sembarang tempat? Ia menganggap itu cara termudah?
Di siang hari ini dalam waktu dua jam Sophie mendapat tiga surat yang berisikan hal-hal aneh. Pertama pertanyaan “Siapakah kamu”, kedua “Darimanakah datangnya dunia”, lalu sebuah ucapan ulang tahun untuk Hilde, yang ia sendiripun tak tahu siapa Hilde itu. Namun, ia berpikir semuanya saling berkaitan. Karena hidupnya selama kuarang lebih lima belas tahun ini berjalan baik-baik saja.

Takdir
Sophie masih penasaran dengan pengirim surat-surat aneh itu. Ia memusatkan  pandangannya ke kotak surat, sementara ia membaca Democritus. Namun untuk berjaga ia menuju gerbang taman. Tetapi, ketika menuruni anak tangga ia mendapati sebuah amplop putih di dalah satu anak tangga itu.
Ia telah diperdaya hari ini! Ketika Shopie mengawasi orang misterius itu ternyata orang itu tahu. Sehingga ia tak meletakkan suratnya ke dalam kotak surat. Kemudian Sophie pergi ke kamar dan membuka surat itu yang di dalamnya terdapat catatan kecil yang berisikan
   Apakah kamu percaya pada takdir?
Apakah penyakit itu hukuman daripada dewa?
Kekuatan apa yang mengatur jalannya sejarah?
Pertanyaan pertama “Apakah kamu percaya pada takdir?”. Shopie tak begitu yakin. Namun orang-orang banyak yang mempercayai takdir. Seperti mempercyai halnya ramalan-ramalan dan takhayul. Namun, Sophie percaya akan satu hal. Democritus tidak percaya pada tkhayul. Dia adalah seorang materialis. Dia hanya percaya pada atom dan ruang hampa.
Kemudian pertanyaan kedua yaitu “Apakah penyakit itu hukuman dari para dewa?”. Tentunya tidak ada seorangpun yang mempercayai hal itu. Namun, ia ingat bahwa orang beranggapan berdoa dapat membantu menyembuhkan enyakit. Jadi, walau bagaimanapun mereka pasti percaya bahwa Tuhan memiliki kekuasaan atas kesehatan orang-orang.
Pertanyaan yang terakhir lebih sulit untuk dijawab. Ia memikirkan apa yang mengatur jalannya sejarah. Ia berpikir pasti itu orang-orang? Karena jika Tuhan atau Takdir berarti orang tak diberi kebebasan.
Pikiran tentang kebebasan ini membuatnya memunculkan sebuh ide mengapa ia harus mengajak orang misterius ini bermain kucing-kucingan?. Akhirnya ia memutuskan untuk membuat surat ajakan minum kopi di rumahnya. Dengan sebuah amplop merah jambu ia letakkan surat itu di dalam kotak surat.
Pada malam hari, Sophie memandang kepada kotak surat itu saja. Ia berharap dapat melihat orang misterius itu. Pada akhirnya ia dapat melihat orang itu mengambil surat dari Sophie pada tengah malam. Dengan rasa takut dan cemas namun penasaran Sophie keluar rumah untuk mengambil surat untuknya di kotak surat. Namun, ia tahu bahwa itu bukanlah jawaban dari surat yang diberikan padanya.
Keesokan harinya Sophie mendapatkan balasan dari orang misterius itu. Tetapi jawabannya mengecewakan Sophie. Bahwa orang tersebut menolak ajakan Sophie, katanya mereka akan bertemu namun nanti jika tiba waktunya.
Tapi kembali pada para filosof. Kita telah mengetahui bagaimana mereka berusaha menemukan penjelasan alamiah bagi perubahan-perubahan yang terjadi di Alam. Sebelumnya semua ini telah dijelaskan melalui mitos.
Takhayul lama telah dihapuskan. Dan melihat keberhasilan dalam bidang kesehatan dan politik. Orang Yunani sangat mempercayai fatalisme (apapun yang terjadi telah ditentukan) dan di negeri Skandinavia ditemukan adanya kepercayaan lagnadan atau nasib, dalam saga Islandia Edda.
Orang misterius itupun menceritakan mengenai peramal di Delphi, dan sejarah serta ilmu pengobatan yang di mana orang Yunani mempercayai percaya bukan hanya takdir yang mengatur kehidupan namun sejarahpun turut serta. Dan begitu seterusnya diceritakan oleh orang misterius itu kepada Sophie dalam suratnya.
Sophie bangun dengan kaget seakan tak percaya ia melihat orang misterius itu. Dan dengan mata kepalanya sendiri ia melihat filosof itu mengambil surat darinya. Ketika ia terbangun ia melihat sehelai selendang sutra merah yang berada di dekat temboknya yang bertuliskan kata Hilde . Hilde tapi siapakah hilde? Bagaimana mungkin jalan mereka selalu berselisih begini?


Athena
Senja itu ibu Sophie pergi menemui temannya. Pada saat itu juga Sophie pergi ke taman dank e sarangnya. Dan ia menemukan sebuah paket tebal di samping kaleng kue miliknya itu. Ia langsung membuka paket itu dan ternyata berisikan sebuah kaset video. Kemudian ia langsung berlari memasuki rumah. Ia heran bagaimana filosof itu mengetahui bahwa ia memiliki VCR.
Tanpa berpikir lama Sophie langsung memasukkan kaset itu ke dalam VCRnya. Kemudian yang muncul dalam gambarnya itu adalah kota yang berantakan. Ketika mereka membidik Acropolis, Sophie menyadari bahwa itu adalah Athena. Itu merupakan rekaman langsung. Para turis berpakaian musim panas dengan kamera tersandang di bahu berkerumun di seputar reruntuhan. Kemudian salah seorang diantara mereka tampaknya ada yang membawa papan pengumuman. Ya tidak salah lagi itu bertuliskan “Hilde?”.
Setelah satu atau dua meni, tampak sebuah gambar close-up seorang pria setengah umur. Dia agak pendek dengan janggut hitam dicukur rapih, dan mengenakan sebuah baret biru. Dia memandang kea rah kamera dan berkata: “Selamat datang di Athena, Sophie. Seperti yang mungkin kamu duga, akulah Alberto Knox”. Ya tidak salah lagi itu adalah filosof yang selama ini menggurui Sophie.
Di dalam vido itu filosof menceritakan sekaligus memperlihatkan keadaan Athena di mana disitulah Socrates melakukan perjalanannya. Dimulai dari dewi pwlindung Athena, kemudian kuil-kuil di Acropolis, sampai kepada penceritaan pada saat Socrates dikatakan sebagai badut Athena.
Pria kecil it uterus mengarahkan kameranya kepada keadaan sekitar Athena. Kemudian ia berkata “memang sebelumnya kuniatkan untuk membiarkannya begitu saja, Sophie. Aku ingin kamu melihat Acropolis dan sisa-sisa Agora kuno di Athena. Tapi aku belum yakin kalau kamu telah menangkap betapa indahnya lingkungan di sini dulu… maka aku tergoda untuk melangkah sedikit lebih jauh. Snagat tidak biasa tentu saja… tapi aku yakin kita dapat merahasiakan ini. Nah, bagaimanapun selintas pandangan sudah cukup memadai…”. Kemudian dia tidak mengucapkan apa-apa lagi, dia hanya berdiri menghadap kamera. Tiba-tiba gedung-gedung tinggi dan reruntuhan itu kembali menjadi kokoh dan seperti baru lai. Terdapat banyak orang berpakaian meriah di jalan-jalan di seputar alun-alun. Sebagian menyandang pedang, yang lain menyunggi kendi di kepala, dan salah seorang di antara mereka mengepit segulung lontar di bawah lengannya.
Selanjutnya Sophie mengenali guru filsafatnya. Ia tetap mengenakan baret biru namun kini ia berpakaian tunik kuning dengan gaya yang sama seperti semua orang di sana. Diapun mendatangi Sophie dan berkata:
   “Ini lebih baik! Kini kita berada di Athena zaman kuno, Sophea. Aku ingin kamu datang sendiri ke sini. Kta berada di tahun 420 SM, hanya tiga tahun sebelum Socrates meninggal. Aku harap kamu menghargai kunjungan eksklusif ini, sebab sangat sulit untuk menyewa sebuah kamera video…”.

Sophie merasa pusing mengapa orang ini bisa membuat video pada tahun 2400 tahun lalu dimana pada saat itu belum ada kamera. Kemudian pria berbaret biru itu menghadap lagi pada Sophie dan menanyakan padanya apakah melihat dua pria yang berdiri di bawah barisan tiang penompang atap itu. Dia menunjukkan bahwa mereka berdua adalah Socrates dan muridnya Plato. Sang filosof itu melepas baretnya dan mendekatkan kameranya kepada kedua pria itu dan sedikt berbincang dengan menggunakan bahasa Yunani. Ternyata filsof itu berkata bahwa kamu seorang gadis Norwegia yang sangat ingin bertemu dengan mereka. Maka, kini Plato akan memberikan beberapa pertanyaan untuk kamu pikirkan. Tapi, kita harus melakukannya cepat-cepat sebelum para pengawal menemukan kami.”  Sophie merasa darahnya mengalir di pelipisnya ketika pria muda itu melangkah maju dan memandang kamera. Dan Plato mulai berbicara “Selamat datang di Athena, Sophie. Namaku Plato dan aku akan memberimu empat tugas. Pertama, kamu harus memikirkan bagaimana seorang tukang roti membuat lima puluh buah kue yang persis sama. Selanjutnya kamu dapat menanyakan kepada dirimu memutuskan apakah manusia itu mempunyai jiwa yang kekal. Dan akhirnya, kamu harus menjawab apakah pria dan wanita sama-sama bijaksana. Semoga sukses!”. Lalu gambar di layar menghilang. Sophie berusaha mengembalikan gambar itu namun tak bisa. Dan Sophie mulai memikirkan semua perkara yang diajukan Plato kepadanya. Namun belum selesai ia memikirkannya banyak pikiran lain yang masuk dalam benaknya. Ia pun pergi ke tempat tidurnya dan tertidur.