Resume Model Pembelajaran Simulasi
Pengertian Model Pembelajaran Simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang
artinya berpura-pura atau berbuat seakan-akan. Sebagai metode mengajar,
simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan
situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan
tertentu.
Model pembelajaran Simulasi dapat digunakan
sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat
dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya, salah satunya dengan
menggunakan model simulasi kreatif. Demikian juga untuk mengembangkan pemahaman
dan penghayatan terhadap suatu peristiwa yang lebih banyak mengarah kepada
psikomotor, maka penggunaan model pembelajaran simulasi akan sangat bermanfaat.
Simulasi adalah metode pembelajaran yang
menyajikan pelajaran dengan menggunakan situasi atau proses nyata, dengan
peserta didik terlibat aktif dalam berinteraksi dengan situasi di
lingkungannya. Peserta didik mengaplikasikan pengetahuannya yang telah
dipelajari sebelumnya. Hal ini berguna
untuk untuk memberikan respons (membuat keputusan atau melakukan tindakan)
untuk mengatasi masalah /situasi dan menerima umpan balik tentang respons
tersebut (Rheba de dan Martha A.
Thompson, 1987).
Menurut Pusat Bahasa Depdiknas (2005)
simulasi adalah satu metode pelatihan
yang memperagakan sesuatu dalam bentuk tiruan yang mirip dengan keadaan yang
sesungguhnya.
Menurut Sri Anitah, W. DKK (2007: 5.22) metode
simulasi merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam
pembelajaran kelompok. Proses pembelajaran yang menggunakan metode simulasi
cenderung objeknya bukan benda atau kegiatan yang sebenarnya, melainkan
kegiatan mengajar yang bersifat pura-pura. Kegiatan simulasi dapat dilakukan
oleh siswa pada kelas tinggi di sekolah dasar.
Jadi, model pembelajaran simulasi merupakan
model pembelajaran yang membuat suatu peniruan terhadap sesuatu yang nyata, terhadap
keadaan sekelilingnya (state of affaris) atau proses. Model pembelajaran ini dirancang untuk
membantu siswa mengalami bermacam-macam proses dan kenyataan dan untuk menguji
reaksi mereka, serta untuk memperoleh konsep keterampilan pembuatan keputusan.
Orientasi Model Pengajaran
Tujuan dan asumsi
Tujuan simulasi yaitu membantu peserta didik
mempraktekan keterampilan dalam membuat keputusan dan penyelesaian masalah,
mengembakan kemampuan interaksi antar manusia dan memberikan kesempatan peserta
didik untuk menerapkan berbagai prinsip,teori serta untuk meningkatkan
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor.
Tujuan lain dari simulasi yaitu :
a. Melatih keterampilan tertentu baik bersifat
profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari
b. Memperoleh pemahaman tentang konsep atau
prinsip
c. Melatih mecahkan masalah
d. Meningkatkan keaktifan belajar
e. Memberikan motivasi belajar kepada siswa
f.
Melatih siswa
untuk mengadakan kerjasama dalam situasi kelompok
g. Menumbuhkan daya kreatif siswa
h. Melatih siswa untuk mengembangkan sikap
toleransi.
Karakteristik
Sri Anitah, W. DKK (2007: 5.23) memaparkan
tentang karakteristik metode simulasi
sebagai berikut:
·
Pembinaan
kemampuan bekerja sama, komunikasi, dan interaksi merupakan bagian dari keterampilan
yang akan dihasilkan melalui peniruan suatu objek yang dipelajari
·
Metode ini
menuntut lebih banyak aktivitas siswa
·
Dapat digunakan
dalam pembelajaran berbasis kontekstual, bahan pembelajaran dapat diangkat dari
kehidupan sehari-hari.
Peran Guru
Guru memiliki tugas penting untuk memainkan
perannya dalam membangkitkan kesadaran siswa tentang konsep dan prinsip yang
merupakan fondasi simulasi dan reaksi mereka sendiri. Hasil dari
pengidentifikasian, terdapat empat peran guru dalam model simulasi, yakni
menjelaskan, mewasiti, melatih, dan mendiskusikan.
1. Menjelaskan; Untuk mengadakan pembelajaran berdasarkan
simulasi, siswa harus memahami aturan-aturan yang cukup memadai untuk bisa
melaksanakan aktivitas-aktivitas simulasi.
2. Mewasiti; Guru harus mengontrol partisipasi
siswa dalam permainan untuk memastikan bahwa keuntungan simulasi benar-benar
bisa didapatkan. Guru juga harus memandang simulasi sebagai keadaan yang
menuntut partisipasi aktif siswa dan sebab itulah, ada kebebasan untuk berubah,
dan siswa diberikan lebih banyak kesempatan untuk berbicara. Guru harus
bertindak sebagai wasit yang melihat apakah peraturan benar-benar diikuti dan
ditaati.
3. Melatih; Guru harus bertindak sebagai pelatih
ketika dibutuhkan, memberikan nasihat pada pemain untuk memudahkan mereka dalam
bermain dengan lebih baik, guru haruslah
menjadi penasihat yang sportif, bukan seorang pendakwah atau seorang ahli suatu
disiplin ilmu.
4. Mendiskusikan; Setelah melewati beberapa sesi,
diperlukan diskusi yang membahas hal-hal berikut, seperti bagaimana eratnya
kaitan simulasi tersebut dengan dunia nyata, kesulitan dan pandangan apa yang
dimiliki siswa, dan hubungan apa yang bisa ditemukan antara simulasi dengan
materi yang dipelajari.
Model Pengajaran
Sintaks
Model simulasi memiliki empat tahap, yakni:
orientasi, latihan partisipan, simulasi itu sendiri, dan wawancara. Pada tahap
pertama, yakni orientasi, guru menyanjikan topik yang akan dibahas dan konsep
yang akan digunakan dalam aktivitas simulasi. Selain itu, guru juga memberikan
pnjelasan mengenai simuasi jika saat itu adalah saat pertama peserta didik
melakukan simulasi. Guru juga perlu mnyajikan ikhtisar dari permainan. Tahap
pertama ini tidak boleh memakan waktu yang lama meskipun tahap tersebut
merupakan konteks yang penting bagi peserta didik dalam menjalani aktivitas
pembelajaran simulasi.
Pada tahap kedua, siswa mulai masuk pada tahap
simulasi. Pada tahap ini, guru menyusun sebuah scenario yang memaparkan peran,
aturan, proses, jenis, keputusan yang akan dibuat, dan tujuan simulasi. Guru
mengatur siswa pada peran yang bermacam-macam dan memimpin praktik dalam jangka
waktu singkat untuk memastikan bahwa siswa telah memahami semua arahan dan bisa
melaksanakan perannya masing-masing.
Tahap ketiga adalah partisipasi dalam
simulasi. Siswa berpartisipasi dalam permainan atau simulasi, dan guru juga
memainkan perannya sebagai wasit dan pelatih. Secara periodik, permainan
simulasi dapat dihentikan sehingga siswa dapat menerima umpan balik,
mengevaluasi perfoma, dan keputusan mereka, dan mengklarifikasi
kesalahan-kesalahan konsepsi.
Tahap terakhir, yakni tahap kelima adalah
wawancara partisipan. Berdasarkan hasil yang diperoleh, guru dapat membantu
siswa fokus pada hal-hal berikut : (1) Menggambarkan kejadian dan persepsi
serta reaksi mereka; (2) Menganalisis proses; (3) Menganalisis simulasi dengan
dunia nyata; (4) Menghubungkan aktivitas dengan materi pelajaran; dan (5)
Menilai serta merancang kembali suatu simulasi.
Penerapan pada materi IPA kelas VI semester II
tentang menjelaskan terjadinya gerhana bulan dan matahari
Tahap Pertama :
Orientasi
-
Menyajikan topik
luas mengenai simulasi dan konsep yang akan dipakai dalam aktivitas simulasi.
-
Menjelaskan
simulasi dan permainan.
-
Menyajikan
ikhtisar simulasi.
Penerapan pada materi :
-
Guru memotivasi
siswa dengan mengajukan pertanyaan “ pernahkan kalian melihat peristiwa gerhana
matahari atau gerhana bulan ? “
-
Mengkomunikasikan
garis besar terjadinya gerhana matahari
-
Mengkomunikasikan
gambaran simulasi
Tahap Kedua :
Latihan Partisipasi
-
Membuat scenario
-
Menugaskan peran
-
Melaksanakan praktik dalam jangka waktu yang singkat
Penerapan pada meteri :
-
Guru membagi
kelompok
-
Menjelaskan
aturan dan tatacara simulasi
-
Memberikan
gambaran cara mensimulasikan media
Tahap Ketiga :
Pelaksanan Simulasi
-
Memimpin
aktivitas permainan dan administrasi permainan.
-
Mendapatkan umpan
balik dan evaluasi (mengenai penampilan, dan pengaruh keputusan).
-
Menjelaskan
kesalahan konsepsi.
-
Melanjutkan
simulasi.
Penerapan pada materi :
a.
Siswa melakukan simulasi gerhana matahari dan guru mengawasi kinerja
siswa
b.
Adanya tanya jawab yang memancing daya kritis siswa
c.
Mejelaskan atau meluruskan bila ada kesalahan konsep saat simulasi
Tahap Empat :
Wawancara Partisipan (Satu atau Semua
Aktivitas Berikutnya)
-
Menyimpulkan
kejadian dan persepsi.
-
Menyimpulkan
kesulitan dan pandangan-pandangan.
-
Menganalisis
proses.
-
Membandingkan
aktivitas simulasi dengan dunia nyata.
-
Menghubungkan
aktivitas simulasi dengan materi pelajaran.
-
Menilai dan
merancang perbaikan
Penerapan pada materi :
a. Setiap kelompok menyampaikan kesimpulan yang
telah disepakati kelompok masing-masing
b. Siswa menyampaikan pendapat ataupun
mengutarakan kesulitan selama proses simulasi lalu mendiskusikannya
c. Guru membimbing siswa membandingkan aktivitas
simulasi dengan objek nyata
d. Guru menilai lalu menyampaikan kesimpulan
akhir serta menjelaskan perbaikan hasil diskusi.
Sistem Sosial
Karena guru telah memilih aktivitas simulasi
dan dengan cermat mengarahkan siswa pada aktivitas yang telah digambarkan,
sistem sosial dalam simulasi sangat kental. Dalam sistem yang terstruktur ini,
lingkungan pembelajaran seharusnya berkembang. Kesuksesan terakhir dalam
simulasi , sebenarnya juga ditentukan oleh kerjasama dan kemauan berpartisipasi
dalam diri siswa. Dengan bekerja sama, siswa dapat saling membagi gagasan,
saling mengevaluasi antar teman sebaya, namun tidak dengan evaluasi guru.
Sistem sosial ini seharusnya menyenangkan dan penuh dengan kerjasama.
Kelebihan dan Kekurangan
Terdapat beberapa kelebihan dengan menggunakan
simulasi sebagai metode mengajar, diantaranya adalah :
1.
Simulasi dapat
dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya
kelak; baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun menghadapi dunia
kerja.
2.
Simulasi dapat
mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui simulasi siswa diberi
kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topik yang disimulasikan.
3.
Simulasi dapat
memupuk keberanian dan percaya diri siswa.
4.
Memperkaya
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi berbagai
situasi sosial yang problematis.
5.
Simulasi dapat
meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran.
Disamping memiliki kelebihan, simulasi juga
mempunyai kelemahan, diantaranya :
1.
Pengalaman yang
diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan di
lapangan.
2.
Pengelolaan yang
kurang baik. sering simulasi dijadikan sebagai alat hiburan, sehingga tujuan
pembelajaran menjadi terabaikan.
3.
Faktor psikologis
seperti rasa malu dan takut sering mempenggaruhi siswa dalam melakukan
simulasi.
Sumber:
Joyce, Weil, & Calhoun. 2011. Models of
Teaching, Model-Model Pengajaran (edisi kedelapan). Terj. Achmad Fawaid dan
Ateilla Mirza. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sanjaya, Wina (2007).Stategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Bandung. Kencana
[online] diakses
melaluihttp://mariberkaryanew.blogspot.co.id/2015/12/materi-model-pembelajaran-simulasi.html
Winataputra, Udin S. 2001. Model-model
pembelajaran Inovatif. Universitas Terbuka, Jakarta.